Beberapa waktu lalu, saya sempat merenungi nasib bangsa ini yang nampaknya belum beranjak dari masalah ekonomi. Terpikir oleh saya bahwa suatu saat, kita akan kehilangan lahan subur karena digantikan oleh bangunan yang megah nan menjulang. Banyak lahan pertanian yang kini disulap menjadi mal dan pusat perbelanjaan. Padahal, ada satu hal yang tak bisa dihindari, yakni kenyataan bahwa manusia membutuhkan makanan pokok yang sumbernya dari tanah. Okelah, saat ini teknologi modern sudah mencoba menggunakan media lain untuk produksi pangan, seperti metode hidroponik. Tetapi, seberapa banyak model penanaman itu jika dibandingkan dengan lahan tanah yang saat ini masih tersisa? Saya masih yakin, kita belum terlambat. Tanah-tanah di pedesaan masih banyakyang terbengkalai sebab ditinggal pemiliknya hijrah ke kota. Bukankah lebih baik kita pikirkan untuk membuat rencana integratif demi memberdayakan masyarakat melalui keunggulan yang mereka miliki?
Beberapa hari terakhir ini, saya dan kawan-kawan sedang merancang sebuah pengembangan lahan subur di sebuah pedesaan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ini bukan suatu isapan jempol karena model yang hendak kami terapkan sudah ada contohnya. Di desa Kepurun, Klaten, yang berada di lereng Merapi, kini telah berdiri PT KepurunPawana Indonesia (KPI). Perusahaan ini mencoba mengintegrasikan seluruh potensi alam yang pada akhirnya bersinergi secara murah dan bahkan tanpa biaya. Rencananya, dalam waktu dekat, kami akan melakukan kunjungan ke daerah ini untuk mempelajari lebih dalam tentang program pertanian terpadu. Kebetulan, salah satu konsultan PT KPI adalah salah satu kolega dekat.
Sistem yang mereka lakukan sejauh yang saya ketahui adalah model integratif antara budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan dengan industri yang menjadi pengolah hasilnya. Proyek ini bisa dimulai dengan membangun lokasi peternakan, misalnya sapi, yang menjadi rantai pertama pensuplai tahap-tahap berikutnya. Ketika banyak sapi yang dipelihara di desa itu, kotoran sapi bisa diolah menjadi pupuk kompos untuk tanaman organik. Dengan tanaman organik ini, seperti sayuran dan buah-buahan, selain lebih sehat bila dikonsumsi, nilai jualnya juga tinggi. Kemudian, selain kompos, kotoran sapi dapat diproses menjadi energi gas melalui desain FIFO (First in First Out) yang menghasilkan metana (CH4). Gas ini dapat menyalakan kompor dan berfungsi sebagai sumber energi listrik. Adapun daging sapi dapat diproses menjadi bahan olahan seperti bakso dan dendeng. Pabrik pembuatannya bisa disediakan di sekitar kampung itu sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk penjualan.
Di sisi lain, sebagianpenduduk bisa memelihara bebek dan ayam yang bisa menjadi penyuplai kebutuhan protein masyarakat. Bila peternakan ini besar, bebek dan ayam itu bisa dijadikan sebagai bahan untuk franchise ayam dan bebek bakar yang dikelola masyarakat melalui industri rumah tangga. Kemudian, kotoran dari bebek dan ayam itu cukup bagus untuk makanan ikan, seperti gurami, nila, gabus, dan lele, yang terletak di bawah kandang. Sistem integral ini dapat mengurangi biaya hingga 100%. Dengan kata lain, rantai makanan yang terjadi antara peternakan dan perikanan akan menambah penghasilan.
Produksi lain yang bisa dikembangkan oleh petani adalah umbi-umbian semacam ubi dan kentang yang dapat diolah dengan teknologi tepat guna. Lahan yang diperlukan tidak harus luas, ada berbagai teknik minimalis pemanfaatan lahan sehingga dapat menghasilkan produk melimpah. Salah satunya adalah model polibag, pipa berdiri atau pot gantung. Dengan teknologi ini, nilai tambah hasil pertanian ini akan meningkat sehingga pendapatan masyarakat desa akan bertambah pula. Untuk pemasaran yang biasanya menjadi kendala, di desa tersebut perlu dilengkapi dengan puja sera atau supermarket yang menampung segala hasil produksi desa tersebut.
Dari uraian ini, saya yakin bahwa potensi kekayaan alam yang masih dimiliki oleh pedesaan bila mendapat sentuhan teknologi kreatif akan meningkatkan taraf hidup orang banyak. Kemampuan memanfaatkan lahan subur dengan berbagai usaha peternakan, pertanian, dan perikanan secara sinergi-simultan akan menjadikan masyarakat kita berdaya dan mandiri. Kita tidak perlu menjadikan kota sebagai lokasi pencarian rezeki karena masih banyak sumber alam yang bisa kita manfaatkan untuk kesejahteraan hidup kita. Semoga…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H