Mohon tunggu...
Sudirman Asun
Sudirman Asun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.\r\n\r\n(Pasal 66 UU No.32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)\r\nhttp://sudirmanasun.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Undangan Publik #HariCiliwung1111 "Konservasi Ekosistem Ciliwung, Selamatkan yang Tersisa"

29 Oktober 2012   13:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_220613" align="aligncenter" width="542" caption="Senggawangan Maskot Ciliwung"][/caption] Ada yang bilang "kepalanya besar, bermata merah dan ada tanduknya.." dan ada pula yang menyebutkan "bibirnya merah bergincu dan di atas punggungnya seperti ada motif kaligrafi tulisan China" begitu misteriusnya sosok makhluk "Senggawangan" bagi sebagian masyarakat Sungai Ciliwung. Angkatan tua Ciliwung yang masih pernah mengalami masa kejayaan Sungai Ciliwung, menceritakan jaman dimana warga masih sering "ngebak", bahasa betawi yang artinya ngoyor/ main berenang berlama lama seharian di sungai sampai mata merah karena sambil menyelam. Cerita Senggawangan menjadi semisteri cerita monster loch ness di Skotlandia, oleh karena ukurannya yang raksasa dipercaya telah menjadi setengah gaib (hewan siluman), tidak ada yang pernah melihat makhluk ini secara utuh. Maskot Ciliwung : Senggawangan "Kearifan Kultural Menghormati Sungai" Beberapa orang yang beruntung mengaku hanya diperlihatkan riak ombak dan semburan airnya ketika makhluk ini menenggak udara di permukaan air, walau sering tidak diketahui apakah itu hanya bayangan sepotong kayu besar atau sebungkah batu kali. Cerita Senggawangan berkembang dari mulut ke mulut dan ada disertai penambahan bumbu, berkembang seperti cerita cerita mitos lainnya, Buaya Putih, Buaya Buntung, Uling, Lembu Air. Karena Mistisnya keberadaan Senggawangan, sebagian masyarakat percaya orang yang berpapasan dengan hewan gaib ini akan jatuh sakit panas dingin karena terkejut atau ketakutan. Jangankan menangkap, melihat saja masih dianggap sesuatu yang sakral. Mungkin cerita cerita ini terdengar tidak masuk akal, penyampaian secara turun temurun dari para orang tua sepertinya menakuti, namun ketika kita kaji ulang bahwa itulah pesan menjaga lingkungan, konservasi secara kultural, menghormati kehidupan lain di sungai, bagaimana kehidupan bisa saling berdampingan tanpa merusak. Namun kini perlahan tapi pasti nilai nilai kearifan terkikis oleh budaya pendatang dan dimakan jaman. 11 November 2011 11 November 2011, Kalangan akademis dikejutkan dengan penemuaan Chitra chitra javanensis di aliran Sungai Ciliwung Tanjung Barat- Jakarta Selatan, kemunculan bulus raksasa ini terhitung sangat jarang, sehingga data mengenai satwa ini pun, juga cukup minim. Pakar herpetologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Institut Teknologi Bandung, Djoko Tjahjono Iskandar, mengatakan, bulus raksasa Ciliwung (Chitra chitra javanensis) sudah ditemukan sejak seabad lalu. Penemuan pertama tahun 1908, kata Djoko, mendapatkan dua individu. Satu individu kemudian disimpan di Museum Biologi Bogor dan satu lagi disimpan di salah satu museum di Jerman. Setelah penemuan pada tahun 1908 tersebut, sangat sedikit laporan penemuannya. Penemuan selanjutnya baru dilaporkan 70 tahun kemudian, tahun 1971 dan 1973. Penemuan terakhir bulus raksasa ini pada Jumat (11/11/2011). Bulus raksasa yang ditemukan di wilayah Tanjung Barat, Jakarta Selatan, ini memiliki ukuran 140 x 90 cm dan berat 140 kilogram. Penemuaan Senggawangan pada tgl 11/11/11 oleh penangkap bulus di Tanjung Barat membuktikan bahwa Konservasi Sungai Ciliwung perlu segera dilakukan. Senggawangan dengan ukuran panjang 1,5 M dan bobot 140 kg, ditemukan berjumlah 2 ekor (1pasang) dan diperkirakan telah berumur ratusan tahun. Karena adanya kearifan cerita Senggawangan, Haji Zaenudin Bombay yang menyelamatkan bulus tersebut dengan membeli dari para pencari bulus di Ciliwung , akhirnya memutuskan melepas satwa ini kembali ke Ciliwung, pada Rabu (16/11/2011) dini hari. Menggagas Kembali Kesadaran Konservasi oleh Masyarakat dari Peringatan Hari Ciliwung 11 November Menjadikan Senggawangan sebagai maskot Ciliwung, mengangkat kembali kearifan lokal menghormati dan menjaga kehidupan sungai. Mungkin dengan ini suatu saat kita rindu akan jaman dulu, mendengar nasehat-nasehat dari para orang tua “nak, awas jangan main di situ, di situ tempatnya Senggawangan” atau anak anak yang berteriak “eh, kayanya ada yang nyenggol kaki saya” berpikir kakinya tersentuh Senggawangan lewat padahal mungkin hanya dorongan sampah kayu yang lewat ketika dia berenang. Kita juga akan rindu dengan pesan untuk hanya mengambil ikan secukupnya di sungai, menyisakan untuk jatah makanan Senggawangan, bukannya malah mengambil sebanyak banyaknya dengan racun putasium / tuba yang mematikan semua biota sungai sampai ke telur telurnya, dan merusak sungai sebagai sumber daya air bersih. Ternyata Konservasi bukan sesuatu yang baru, ternyata prinsip dasar konservasi telah dilakukan di Ciliwung oleh orang orang tua kita jaman dulu. Penemuan kembali Chitra chitra javanensis berumur lebih dari ratusan tahun yang masuk daftar merah terancam punah oleh Badan Konservasi Internasional IUCN memberi peringatan kepada kita bahwa kita harus memulihkan kembali sungai Ciliwung. Pemulihan sungai di beberapa negara lain, keberhasilannya pemulihan ekosistem sungai di tandai dengan kembalinya spesies-spesies yang dulu pernah hilang, satu persatu kembali ada dan bertambah. Dan bagaimana dengan Sungai Ciliwung kita, darimana kita harus memulai…? Selamat Hari Ciliwung, Mari Kita Selamatkan yang Tersisa….. Hari Ciliwung 11 November 2012 "Konservasi Ekosistem Ciliwung, Selamatkan Yang Tersisa". Waktu                     : 11 November 2012  pukul 08.00-16.00 Pusat Kegiatan : Komunitas Ciliwung Bojonggede (cp:Agnes 0896 3812 3071 ) Jl. Haji Wahid - Kampung Glonggong Jembatan Pargesi Desa Kedung Waringin - Bojonggede Kabupaten Bogor - Jawa Barat. 16320 Tujuan Penetapan Hari Ciliwung 1. Meningkatkan kepedulian warga tepi Ciliwung untuk menjaga kelestarian sungai 2. Media pembelajaran warga hulu hilir aliran Ciliwung akan pentingnya menjaga ekosistem Ciliwung 3. Ajang sosialisasi warga Ciliwung hulu hilir untuk bertukar gagasan dalam hal upaya pelestarian Ciliwung 4. Upaya mengajak pemerintah lintas propinsi untuk bersama menjaga kelestarian Ciliwung dari sisi kebijakan Bentuk Kegiatan 1. Mulung sampah Ciliwung 2. Dongeng di Ciliwung 3. Pameran Komunitas 4. Launching maskot Ciliwung 5. Rembug Ciliwung bersama pemerintah dan masyarakat 6. Pemutaran dan diskusi film lingkungan 7. Pameran foto Ciliwung 8. Lomba gambar dan mewarnai 9. Tubing di Ciliwung 10. Magic Ciliwung 11. Design poster kampanye penyelamatan Ciliwung 12. Helping Hands for Ciliwung 13. Surat anak Ciliwung 14. Pameran jenis ikan asli Ciliwung 15. Santap masakan asli Ciliwung 16. Live music tepi Ciliwung 17. Jelajah kampung Glonggong 18. Tanam Pohon Informasi Selengkapnya: CP : Sudirman Asun 021- 711 402 77 (Flexi) Abdul Kodir  0813 8074 8996 atau Kunjungi Blog Resmi Hari Ciliwung http://ciliwunginstitute.blogspot.com/ Fun Page Ciliwung Institute di Facebook : http://www.facebook.com/ciliwungnationalpark/ Akun Twitter : @ciliwungnatpark Time Line #HariCiliwung1111 [caption id="attachment_220618" align="aligncenter" width="520" caption="Hari Ciliwung 11 November"]

13515143651281890282
13515143651281890282
[/caption] [caption id="attachment_220645" align="aligncenter" width="527" caption="Dari stasiun Bojonggede naik angkot 07 arah cilebut (500 M) turun di depan Jl. Haji Wahid jalan kaki masuk ke arah Sungai Ciliwung. Atau naik ojek 5 ribu rupiah, bilang Glonggong. CP : Agness Indah Pratiwi 0896 38123 071"]
135152295492972175
135152295492972175
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun