Keempat putri tersebut sangat cantik, anggun dan menarik serta sakti, sehingga seluruh raja-raja ingin meminangnya dan menjadikan sebagai permasuri.
Keempat putri tersebut kemudian mengadakan sayembara, barang siapa yang bisa menarik kembali sebuah 'kukuk' (buah labu) yang dihanyutkan di sungai, maka orang itulah yang akan menjadi suaminya.
Ternyata, tak seorang pun raja yang berhasil memenangkan sayembara tersebut. Para raja tidak bisa mengalahkan kesaktian para keempat putri raja tersebut.
Akhirnya dengan kesaktiannya Embah Gabug menarik kembali (mudik) kukuk yang telah dilarungkan ke Sungai Cilutung tersebut.
Di daerah Sumedang menuju Majalengka kami juga banyak menjumpai kebun tembakau pada tipical lahan kering yang menjadi andalan petani Sumedang.
Keluar dari Sumedang, aliran Cimanuk memasuki daerah Majalengka dan Indramayu sebagai lumbung padi, barulah kami banyak menjumpai pemanfaatan irigasi untuk persawahan, pemandangan hamparan sawah menguning dan petani yang sedang panen raya, menjemur padi hasil sawahnya dan truk-truk yang mengangkut karung-karung padi melebihi kapasitas muatan.
Begitu juga rombongan petani upahan yang berkelompok menaiki mobil-mobil pick-up habis pulang dari membantu memanen di sawah kerabatnya.
Di Majalengka kami sempat meninjau beberapa irigasi dan pintu air untuk persawahan yang kondisi nya masih lumayan baik terawat.
Menjelang magrib, memasuki daerah Indramayu, Land Rover yang kami tumpangi mengalami kerusakan ban di jalan raya Pantura Indramayu, perbaikan oleh montir/pawang sekaligus driver kendaraan ini dibantu oleh kami sebagai asisten montir cabutan.
Perbaikan memakan waktu cukup lama, hampir 3 jam lamanya. Akhirnya sampai juga kami memasuki Kota Indramayu sekitar jam 9 malam.
Setelah mengisi perut kami dengan makan malam nasi jamblang di kota Indramayu, kami langsung bertolak ke daerah Lohbener sekaligus mencari tumpangan tempat bermalam.