[caption id="attachment_130149" align="alignnone" width="620" caption="Pembuangan Langsung Ke Sungai Limbah B3 Penyamakan Kulit Terlihat Di Jl. Jend. Sudirman Kota Garut"][/caption]
.....Sambungan dari Ekspedisi Sungai Cimanuk bag.2.
Apakah Anda seorang penggemar produk kerajinan kulit Garut seperti tas, sepatu, ikat pinggang atau jaket kulit ..?
Anda mungkin akan berpikir dua kali untuk membelinya seperti saya, ketika Anda menyaksikan bagaimana pembuangan limbah dari industri penyamakan kulit Kota Garut ini.
Setelah mendata mata air Balong di Telaga Cipanas di Desa Simpang Kec.Cikajang yang menjadi salah satu hulu Sungai Cimanuk, perjalanan dilanjutkan menyusuri Sungai Cimanuk memasuki Kota Garut.
Sungai Cimanuk memasuki Kota Garut pada titik jembatan Bayongbong, alirannya telah berwarna keruh coklat pekat walaupun terletak belum jauh dari daerah hulu Kec.Cisurupan pegunungan Papandayan dan hulu Kec.Cikajang pegunungan Cikuray-Mandalagiri. Hal ini sangat mengherankan kami, tidak biasanya sungai yang tidak jauh dari hulu dan telah sebulan memasuki kemarau tidak turun hujan, airnya masih bewarna coklat pekat menandakan membawa sedimen tanah merah dalam jumlah cukup signifikan.
Dugaan kami bahwa hal ini disebabkan telah rusaknya daerah sekitar aliran hulu seperti alih fungsi dari hutan menjadi perkebunan seperti yang telah kami saksikan pada pegunungan dataran tinggi Cikajang, atau yang lebih parah adanya penambangan besar-besaran sehingga membuat lapisan tanah dalam jumlah yang banyak terbawa air sungai.
Menyusuri Cimanuk Kota Garut kami mendata beberapa catatan penting seperti buangan air limbah Rumah Sakit Umum Dr.Slamet yang memang terletak membelakangin Sungai Cimanuk.
Yang paling mengerikan dan bikin shock adalah penemuan kami akan buangan limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang langsung tanpa melewati IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) pada dua sungai yang mengalir ke Cimanuk yaitu sungai Cikedok dan sungai Cilongkang.
Padahal limbah buangan penyamakan kulit adalah termasuk limbah kimia B3 yang keras dan berbahaya bagi kesehatan manusia, ini terlihat bagaimana para pekerja industri kulit selalu memakai alat keselamatan seperti sarung tangan dan penutup hidung dalam kontak dengan cairan berbahaya ini.
Sungai dibelakang perkampungan industri penyamakan kulit ini seperti sungai kematian yang berbau busuk dengan aliran air pekat berwarna campuran putih susu keabuan bercampur warna hijau dan biru, kami coba turun mendekat ke aliran sungai dan terlihat memang tidak ada tanda-tanda kehidupan biota sama sekali, tragis........
Bak-bak pengolahan IPAL kami saksikan tidak lagi dimanfaatkan rusak terbengkalai, Saya mempertanyakan kinerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH kota Garut) dan KLH dalam hal ini.
Tidak adanya controlling dan penegakan hukum atas pelanggaran ini seperti ada bau kolusi yang sistemik dalam hal ini antara pengusaha penyamakan kulit dengan oknum pemerintah yang berwenang.
Kecurigaan saya beralasan, pelanggaran ini cukup gampang diakses dan terlihat jelas pada jembatan di Jln.Jend Sudirman yang memotong sungai tersebut.
Sungai Cimanuk yang menjadi hajat hidup orang banyak termasuk penduduk di Majalengka dan Indramayu, belum jauh dari hulu sudah tercatat banyak dirusak.
Mulai dari daerah tangkapan air di hulunya seperti Gunung Cikuray-Mandalagiri dan Gunung Papandayan yang dibabat habis menjadi ladang sayur mayur sampai pembuangan limbah B3 penyamakan kulit Sukaregang kota Garut.
Perjalanan susur menjelang sore itu kami tutup, dengan berkunjung menumpang nginap di rumah salah seorang teman kami di Kota Garut.
bersambung.....ke Sejarah Peradaban Tidak Akan Jauh dari Sebuah Sungai .
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="IPAL dari limbah penyamakan kulit kota Garut yg terbengkalai, rusak tidak berfungsi, pada gambar terlihat pipa paralon yang menghubungkan antar kolam rusak terputus."][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Buangan limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang langsung tanpa melewati IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) pada dua sungai yang mengalir ke Cimanuk"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sungai dibelakang perkampungan industri penyamakan kulit ini seperti sungai kematiaan"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Air sungai berbuih dan berabu busuk"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Air sungai bebau busuk dengan aliran air pekat berwarna campuran putih susu keabuaan bercampur warna hijau dan biru, kami coba turun mendekat ke aliran sungai dan terlihat memang tidak ada tanda-tanda kehidupan biota sama sekali, tragis........"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Bak-bak IPAL Yang terlantarkan"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Hulu Yang dekat dengan Kota Garut airnya masih bewarna coklat pekat menandakan membawa sedimen tanah merah dalam jumlah cukup signifikan."][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sungai Cimanuk Belakang Rumah Sakit Umum Dr.Slamet Kota Garut."][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Rumah Sakit Umum Dr.Slamet Tampak Depan"][/caption]
[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Ajakan Pemanfaatan Ikan Sungai, Bisakah ikan yang ditebar bertahan di sungai yang tercemar..?"][/caption]
Foto dan Tulisan
Sudirman Asun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H