Tahun Kunjungan Wisata Ciliwung Mengajak warga untuk kembali ke sungai, satu budaya warga Betawi yang sudah hampir ditinggalkan. Sungai bukan lagi tempat yang mengasyikan untuk sekedar tempat berkumpul, tempat berinteraksi sosial dan atraksi budaya, tempat rekreasi piknik keluarga ataupun hanya untuk sekedar duduk-duduk santai di sore hari sambil menikmati rindang dan sejuknya tepian sungai. Kotor dan tercemarnya sungai telah membuat berkumpul di tepian sungai bukan lagi merupakan kegiatan favorit, selain orang yang benar-benar gila mancing dan anak-anak, hanya merekalah yang masih mau bermain-main dan mengunjungi sungai Jakarta. Memancing pun bagi mereka hanya untuk sekedar menghabiskan waktu sore hari, menghindari terikanya panas Jakarta karena efek dari global warming yang semakin parah. Ikan yang bisa dipancingin juga sudah jarang, digantikan dengan ikan Sapu-sapu sebagai raja sungai baru yang kuat dan imun akan pencemaran limbah. Sedangkan anak-anak, ya... namanya anak-anak. biarpun segimana kotor dan tercemarnya sungai, bagi mereka semua tempat adalah tempat bermain yang seru, setelah mereka berjam-jam berkutat dengan sistem pendidikan yang membosankan, selalu wajib mengandalkan hapalan tanpa diajarkan aplikasinya dan praktek di lingkungan mereka. Memang ketika pertama ide wisata Ciliwung ini digulirkan sampai sekarangpun masih banyak yang pesimis dan mencibir bahwa hal itu merupakan hal yang mustahil, " Mana ada orang yang mau berwisata di sungai yang kotor dan bau..." atau " Anda yakin membuat wisata sungai bukannya menambah sampah?" Acara launching Tahun Kunjungan Wisata Cilwung yang diadakan di Komunitas Ciliwung Condet terlaksana atas bantuan dan kontribusi teman-teman komunitas dari hulu sampai hilir dan juga teman-teman komunitas hijau dengan misi "Satu Ciliwung, Ciliwung yang lebih lestari dan layak bagi warganya" . Peluncuran ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2011, dimana kita mengingatkan kembali bahwa lingkungan paling dekat kita sedang sekarat. Acara dimulai dari jam 10 pagi dengan kegiatan teman-teman Teens Go Green , Transformasi Hijau dan Lantan Bentala yang mengadakan Face Painting kepada anak-anak dan sosialisi bahaya bahan STYROFOAM yang mengancam kelestariaan lingkungan, juga ketrampilan mendaur ulang bahan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti pembatas buku dan mainan. Mendongeng membangun generasi baru perawat sungai Sedangkan Para Pendongeng dari Dongeng Kanvas, Dongeng Segar dari Rumah Baca Zhaffa berpartisipasi mengajak dan menyampaikan pesan kepada anak-anak untuk menjaga dan melestarikan alam dalam bentuk bermain dan cerita dongeng yang jenaka dan interaktif. Dongeng dengan cerita seorang anak bernama Uncus yang tinggal dibantaran sungai yang mempunyai kebiasaan membuang sampah disungai hingga suatu hari berakibat menjadi banjir yang mengancam rumah serta menghanyutakan mainan kesangannya.. Yang paling istimewa dari kegiatan acara ini adalah dukungan penuh ibu Tatiek Fauzi Bowo dengan kehadiran dan partisipasi beliau dalam kegiatan ini. Sejalan dengan Gerakan Masyarakat Peduli Sampah (GEMASH) berMisi "Jakartaku Yang Nyaman, Bersihkan Sampah Yuuuk...!" yang dicanangkan ibu Tatiek, mengajak kembali warga untuk menjadikan sungai sebagai tempat yang lebih nyaman dan lestari. Ibu Tatiek berkesempatan menanam bibit pohon salak Condet dan menebar bibit ikan ke sungai Ciliwung sebagai simbol sungai yang hijau dan lebih lestari buat anak cucu kita. Shilaturami ini ibu Tatiek juga mendengar bagaiman curahan hati para warga, tokoh masyarakat dan ulama tentan bagaimana degradasi penurunan ekosistem sungai Ciliwung dari tahun ke tahun, keluhan bagaimana dulu mereka bisa bermain di sungai dan juga bagaimana kearifan lokal masa silam sebagaimana sewaktu mereka masih kecil sehabis khitanan, luka sayatan tersebut akan cepat sembuh jika dibasuh dengan air Ciliwung, dan itu pasti sekarang sangat berbahaya dilakukan karena air sungai penuh limbah dan kuman bibit penyakit. Tak terlewat pada acara ini adalah wisat kuliner sajiaan makanan kampung seperti dodol betawi, wajik, deblak, Gplak, Ongol-ongol, kue pisang, unti, bugis,pastel, risol , es kolang-kaling, es buah, pepes ikan Peda dan nasi tumpeng. Maknyusss.......! Tentu yang paling istimewa adalah ketika semua pengunjung dipersilakan mencicipi Salak Condet, yang merupakan maskot kebanggaan kota Jakarta. Kegiatan seperti ini kami melihat bagaiman antusiasnya sambutan warga untuk pemanfaatan kembali sungai sebagai halaman kampung mereka, tempat mereka bisa kembali bermain dan bercengkrama ria. Kami sangat berterima kasih atas partisipasi teman-teman Facebook dan beberapa teman Kompasianer yang ikut hadir dalam kegiatan ini. Komunitas Ciliwung yang berpartisipasi: - Komunitas Peduli Ciliwung (KPC Bogor) - Sanggar Daun (Ciliwung Lenteng Agung) - Komunitas Ciliwung Condet - Komunitas Peduli Ciliwung Tanjungan - Komunitas Ciliwung Rawajati - Green Camp Halimun ( Ciliwung Mangarai) Komunitas Hijau yang berpartisipasi: - Transformasi Hijau (Trashi) - Teens Go Green - Yayasan Lantan Bentala - Dongeng Kanvas - Dongeng Segar - Pendongeng Cilik - Rumah Baca Zhaffa - Rumah Pohon Activity - Trem Kota - Jakarta Green Monster - Jakarta Glue Juga partisipasi dari Media - Green Radio FM - Jakarta Post - DAAI TV - LintasCafe.com - Majalah 88 - TV One Terima kasih disampaikan juga pada warga dan tokoh masyarakat Condet serta pihak-pihak media yang terlewat yang belum tersebut diatas. Acara Launching masih akan berlangsung tgl 12 dan 19 Juni sekalian menyambut HUT Jakarta 22 Juni. Foto dan Laporan: Sudirman Asun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H