pemilik apartemen atau bukan kami kembalikan kepada masing-masing Individu karena setiap kebijakan yang dilakukan oleh pengembang satu sama lain tentunya berbeda. Biasanya penjualan unit kios/atau apartemen kepada masyarakat dilakukan dengan iklan yang sangat menarik minat pemilik uang.Â
Ini merupakan pengalaman pribadi namun apakah ini mewakili sebagian besar keluhanPernah membeli satu unit Apartemen di kawasan Jakarta Timur beberapa tahun lalu dengan harapan untuk bisa digunakan dan dimanfaatkan seperti di sewa atau pakai sendiri. Setelah selesai melaksanakan pembayaran dan proses pembangunan sampai pada hari serah terima kunci unit. Sebelumnya semua penghuni di sodori dengan lembaran perjanjian dan persetujuan yang berlembar-lembar dan hurufnya kecil-kecil. Apakah memang demikian setiap kita melakukan transaksi antara developer dan konsumen selalu dengan huruf kecil-kecil hingga konsumen malas baca ? nanti kalau tak di baca ada komplain lain-lain eh, lagi-lagi yang disalahkan developer tetap saja konsumen dengan alasan malas baca.Â
Singkat kata apartemen yang dalam brosurnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas kebutuhan buat penghuni membuat masyarakat rela mengeluarkan uang untuk membeli. Walaupun kenyataannya antara gambar brosur penjualan apartemen dengan kenyataan amat berbeda.Â
Kita tidak membayangkan bahwa kualitas bangunan apartemen bertingkat  dengan tembok yang ada retak rambut, kamar mandi yang harus dibersihkan dulu sebelum di pakai, jaringan kabel yang tampak di atas plafon atau mungkin juga ukuran apartemen yang kita miliki menjadi berkurang karena terdapat tiang beton di kamar apartemen yang ukurannya bisa mengurangi hampir satu meter persegi dari yang seharusnya. Tapi anehnya biaya IPL (Perawatan) pihak developer tidak mau mengurangi karena ada tiang beton utama.
Belum lagi perilaku sesama penghuni apartemen menempati di  lantai yang sama. apa karena memang saat pindah pemilik kontrak dulu ? sebab barang pindahan yang dibawa  sangat banyak sehingga tidak semua barang kontrakan tidak bisa masuk sehingga ditaruh sepanjang lorong jalan. Tentu saja ini amat menganggu bagi penghuni lain, seperti sepeda, tempat sampah dan lainnya. Perlu pihak developer untuk mengatur tata cara penyimpanan barang bila perlu bangun dan siapkan gudang penyimpanan dan bisa dijadikan sumber pendapatan developer.
Tagihan air dan listrik yang tidak sesuai juga menimbulkan masalah terutama apartemen yang menggunakan tagihan PLN Pasca bayar. Jika memungkinkan carilah yang apartemen menggunakan pembayara pra bayar/token.Â
Belum lagi parkir kendaraan yang saling serobot yang menimbulkan sengketa antar pemilik kendaraan sebab banyak kendaraan maunya penghuni parkir dekat unit tempat tinggal tidak mau berjauhan.
Gambaran yang paling sering terjadi adalah konflik antara pemilik unit dan  developer, ini yang paling rumit. Rebutan wewenang Pengembang dengan sekelompok PPPSRS . Puncaknya adalah saling maki memaki dan contoh ekstrem para pemilik unit membuat makam/kuburan dengan batu nisan ada nama developer/pemilik. Ada juga developer yang tepati janjinya untuk memberikan seretifikat kepemilikan kepada pemiliknya.
Bukan menakut-nakuti tapi memang kalau selama ini anggapan saya bahwa memiliki hunia apartemen itu nyaman, aman  dan senang ternyata investasi memiliki apartemen sangat beresiko tinggi dan membuat sakit kepala. Banyak cnflict of interest di dalamnya.
Bagi kompasioner yang memiliki dan tinggal di apartemen jika hunian anda tanpa masalah maka bersyukurlah karena anda orang beruntung satu di antara 100 orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H