Mohon tunggu...
Sudiono
Sudiono Mohon Tunggu... Lainnya - I Owner Vpareto Travel Indonesia I Konsultan Ausbildung I https://play.google.com/store/apps/details?id=com.NEWVPARETOTOURNTRAVEL.android&pli=1

Pemerhati Masyarakat, Field study : Lychee des metiers des sciences et de I'industrie Robert Schuman, Le Havre (2013). Echange France-Indonesie visite d'etudes des provisieur - Scolaire Descrates Maupassant Lychee de Fecamp. Lycee Louis Modeste Leroy, Evreux (2014), Lycee Professional Jean Rostand, Rouen (2014), Asean Culinary Academy, Kuala Lumpur (2012). Departement of Skills Development Ministry of Human Resources Malaysia (2013). Seoul Technical High School (STHS) 2012. Jeju Self Governing School (2012), Assesor BNSP Marketting (2016), Assesor Akreditasi S/M (2015), Pelatihan CEC Coach Wiranesia (2022), pemilik Vpareto travel Indonesia,

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Efek Lama Ngga Naik Angkutan Umum (Trans Jakarta)

15 Januari 2022   15:09 Diperbarui: 15 Januari 2022   15:11 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dear all, kata orang jangan suka kuper nanti jadi baper lho ! Nah, inilah yang aku rasakan langsung dan kejadiannya Kamis, 13 Januari 2022 lalu. Ceritanya begini.... Aku janjian dengan rekan bisnis untuk ketemuan di sebuah Mall kawasan Pejaten, Pejaten Village  Jakarta Selatan. Kantor ku ada di Jalan Rawaterate 2 Kawasan East Jakarta Industrial Pulogadung (EJIP) Jakarta Timur. Janjian dengan rekan bisnis yang tinggalnya berbeda, saya dari kawasan Jakarta Timur (Pulogadung), sebutlah W (Pejaten) dan A (Cinere).

Kita sepakat bertiga akan kumpul pukul 13.00 WIB di sebuah tempat sebutlah "Asoy Donat". Aku dah otewe dari pukul 11.00 WIB dan berharap pertemuan akan on time, lancar dan bikin hati gembira. Masalahnya karena tanggal 13 Januari 2022 lalu adalah hari ganjil. Maka saya putuskan untuk mencoba angkutan umum nah, kan banyak pilihan. Grab Car, Go Car, Gojek, Go Car ataupun taksi menuju ke Pejaten. Kalau naik roda dua terbayang dong bagaimana pas di tengah jalan dari Pulogadung ke Pejaten ? Jauh, panas dan bagaimana kalau tiba2 berkeringat plus ongkos yang ngga murah Rp. 56.000,- sekali jalan. Mau naik taksi lebih dari itu tapi terbayang macet kalau pas masuk mampang prapatan sampai pejaten. Hm, pikir-pikir lagi. Mau naik Commuter line ya saya harus naik Roda dua ke Stasiun Buaran/Klender menunggu Commuter Line turun Manggarai Stasiun dan lenjutkan perjalanan berganti kereta ke Stasiun Pasar Minggu. Sampai Pasar Minggu saya harus naik ojek online ke Pejaten Village. Hmmm....

Timbang sana-sini akhirnya aku putuskan naik  Busway alias transjakarta (TJ) sepertinya lebih hemat dan praktis begitu pikiranku mulailah pertualanganku. Setelah minta antar teman ke Halte TU GAS depan pintu Masuk EJIP Jalan Pemuda, Jakarta Timur aku naik tangga menuju Halte  TJ. Pas masuk halte aku dengan gaya sok tahu langsung nyelonong menggunakan e-money sebuah bank pemerintah untuk tap masuk. 

"Tunggu dulu pak mohon maaf" kata petugas  wanita di pintu masuk.

 Aku kaget : "ada apa mbak tanya ku ? Ada yang salah ?

Petugas : "Bapak belum scan aplikasi Peduli lindungi"

Aku : "Oh, maaf mbak  langsung klik, klik, klik...scan"

Petugas : " silakan pak lakukan tap masuk"

Aku :" Terima kasih" lega rasanya.

Pas masuk teringat kalau mau ke Pejaten naik bus TJ mana ? Aku tanya sama petugas dia bilang bus TJ mana saja nanti turun di Halte Halimun.

PENGALAMAN PERTAMA : NGGA TAHU KALAU NAIK BUS TJ HARUS SCAN PEDULI LINDUNGI...

Tak pakai lama sekitar 5 menit bus TJ  datang dan saya pun naik . Mungkin ini bus TJ baru dari terminal Pemberangkatan Pulogadung karena masih halte pertama di dalam bus TJ baru sekitar 4 orang penumpang. Begitu masuk wah banyak kursi penumpang banyak kosong pikiran ku. Setelah menimang-nimang maka aku putuskan cari posisi duduk yang saya sukai yaitu bagian depan dekat sopir selain dapat melihat posisi depan dan sepertinya depan juga kosong. Duduklah aku di belakang sopir TJ. wah, bus AC dingin, duduk depan terasa nyaman apalagi murah cuma bayar ngga sampai Rp. 10.000,- Eh, baru saja pantat ini ingin menikmati aman dan nyaman Bus TJ tiba-tiba sopir melihat ke arah saya :

"Pak, pak...pindah ayoo pindah" aku ngga paham pada siapa sopir bicara saya pikir suruh pindah bus TJ aku diam eh sopir teriak lagi "pakkkk....pindah ini depan kursi khusus wanita" katanya kesal, Upsss, malunya aku...

PENGALAMAN KEDUA : KURSI DEPAN BUSWAY KHUSUS WANITA PRIA TERLARANG

Waduh....bathin ku sambil menahan malu...

Perjalanan dari Halte TU GAS ke Halte Halimun sebagai Halte transit tidak lama dan lancar dan saya kembali bertanya pada petugas halte harus mengganti bus TJ nomor  berapa jurusan Ragunan di jawab oleh petugas dengan baik dan sopan. Selama di Halte Halimun saya melihat bagaimana petugas halte Halimun melarang beberapa calon penumpang bus TJ masuk karena tidak scan aplikasi Peduli Lindungi. Tampaknya tanggungjawab petugas patut di apresiasi dan penumpang juga cukup tinggi kesadarannya untuk tidak memaksakan dirinya masuk ke dalam ruang tunggu dan keluar Halte Halimun. Mobil bus TJ yang ditunggu ke arah Ragunan pun datang dan saya tak lama menunggunya

PENGALAMAN KETIGA : PETUGAS TANGGUNGJAWAB PENUH, CALON PENUMPANG TDK MEMAKSAKAN DIRI

Singkat cerita setelah selesai urusan di Pejaten Village selesai dan waktu menunjukkan pukul 14.20 WIB saya pun bergegas kembali ke kantor dengan melakukan perjalanan pulang dengan rute yang sama. Dengan menaiki bus TJ dari Halte Pejaten dengan cara yang sama yaitu scan barcode peduli lindungi, tap kartu masuk dan menunggu hingga bus TJ datang. Sebelum melakukan tap tadi ada wanita sepertinya pencari kerja atau apa saya ngga tahu usianya masih muda tiba2 hentikan saya dan berkata "Pak tolong saya mau masuk ke halte dan sodorkan uang Rp. 10.000,- untuk bisa gunakan kartu e-money agar bisa masuk namun saya tolak.  Saya ngga sempat tanya banyak langsung mengiyakan wanita muda tadi untuk masuk ke halte busway dan mengucapkan terima kasih. Saya tidak tahu apakah wanita tadi yang saya bantu bisa keluar dari halte busway karena tdk memiliki kartu e-money ....

PENGALAMAN KEEMPAT : ULURKAN BANTUAN PADA SIAPAPUN TANPA BANYAK TANYA INI ITU JANGAN KITA DI TOLAK

Sampailah  saya turun di Halte Halimun, pukul 15.45 WIB diperjalanan pulang tepat di HR Rasuna Said ada demo massa di Kementeraian Kesehatan RI yang membuat macet karena selesai demo dan massa demo menuju ke arah Gedung KPK. Suasana sore di Halte Halimun cukup ramai  dan padat calon penumpang jam-jam pulang kerja dan beberapa kali petugas halte memotret untuk melaporkan pada pimpinan kondisi terkini. Kebingungan saya terjawab saat menanyakan bus TJ arah Pulogadung dan di jawab bus TJ No. 4. Setelah menunggu 10 menit akhirnya bus No 4 tiba di hadapan saya dengan langkah tenang maka saya merasa  adem dan tenteram. Tiba-tiba saya bingung campur heran bus TJ bukan menuju  arah manggarai namum malah menuju Halte Tosari ke arah Blok M. Hadeuh...bingung., di tengah kebingungan mau ke Pulogadung malah ke jalan MH Thamrin akhirnya saya memutuskan turun di halte Tosari. Sempat bathin ini berdiskusi kata hati yang sebelah " naik  busway ke jurusan Kota" nanti lanjutkan naik Commuter line (CL) turun stasiun Buaran.  Sebelah lagi berkata "tanya petugas..." akhirnya saya ikuti hati  bisikan nurani ini tanya petugas di gate mana dan bus TJ nomor berapa saya harus naik untuk ke Pulogadung ? Bus yang di tunggu tiba naiklah nomor 4C...penumpang agak ramai karena jam pulang kebingungan melanda lagi karena bus terus ke arah selatan (Blok M) waduh....

PENGALAMAN KELIMA : BERTANYALAH SELAGI ADA ORANG SEKITARMU YANG BISA KAU TANYA JANGAN SOK TAHU

Eh, ternyata cuma muterin Air Mancur Hotel Indonesia dan kembali ke jalur arah utara sesuai harapan plong.... Bus TJ terus menuju Pramuka, Pemuda dan sampailah bus TJ yang saya naiki  di Halte TU GAS pukul 16.58 WIB. Alhamdulillah

itulah sedikit cerita perjalanan menggunakan angkutan umum Busway (Trans Jakarta). Pada kesempatan lain mungkin ada cerita yang berbeda. Hal yang bisa disimpulkan adalah 

Manusia itu pada hakikatnya lemah dan terbatas pengetahuannya...

Wallahu alam bis sawab

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Bima Duta 15012022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun