Mohon tunggu...
Sudiono
Sudiono Mohon Tunggu... Lainnya - I Owner Vpareto Travel Indonesia I Konsultan Ausbildung I https://play.google.com/store/apps/details?id=com.NEWVPARETOTOURNTRAVEL.android&pli=1

Pemerhati Masyarakat, Field study : Lychee des metiers des sciences et de I'industrie Robert Schuman, Le Havre (2013). Echange France-Indonesie visite d'etudes des provisieur - Scolaire Descrates Maupassant Lychee de Fecamp. Lycee Louis Modeste Leroy, Evreux (2014), Lycee Professional Jean Rostand, Rouen (2014), Asean Culinary Academy, Kuala Lumpur (2012). Departement of Skills Development Ministry of Human Resources Malaysia (2013). Seoul Technical High School (STHS) 2012. Jeju Self Governing School (2012), Assesor BNSP Marketting (2016), Assesor Akreditasi S/M (2015), Pelatihan CEC Coach Wiranesia (2022), pemilik Vpareto travel Indonesia,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Eco Green, Lain Teori Lain Praktik

11 Agustus 2020   10:10 Diperbarui: 11 Agustus 2020   10:23 1801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

APA ECO GREEN ?

Siapa sih orang yang tak kenal dengan istilah  Eco Green ? PenGgiat Lingkungan Hidup pasti tahu, orang kantoran paham, masyarakat kota selalu dengar, bahkan di lingkungan pendidikan baik mulai sekolah Dasar, Menengah, hingga Perguruan Tinggi pasti pernah dengar. Saat masa kuliah dulu kita mendapat mata kuliah PKLH (Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup). 

Eco Green adalah sebuah  gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan perancangan  dari tahap planning (perencanaan), action (pelaksanaan) dan material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dari sumber daya yang efektif dan efisien. (brainly/tanya). Kita bisa membayangkan betapa bumi yang kita huni sekarang ini jika program Eco green  gagal bisa menyebabkan kerugian bukan saja satu  pulau, satu negara, atau satu continental, satu bangsa dan satu benua, akan tetapi satu planet akan musnah. Bisa dibayangkan  dampak kegagalan program eco green. 

Kalau tadi dikatakan Eco Green adalah suatu Gerakan berkelanjutan hakikatnya hingga saat ini seharusnya sudah menampakkan perubahan dari sebelum diperkenalkan eco green. Apakah program Eco green ada hubungannya dengan  Greenpeace yang di dirikan tahun 1972 menurut penulis tetap ada hubungannya. 

Eco Green dan Greenpeace mengusung perihal lingkungan yang ramah, dan menyelamatkan dunia dari kerusakan fatal akibat ulah manusia rakus. Eco Green menyangkut kehidupan sehari-hari namun terkadang manusia tidak menyadari bahwa aktivitas ekononi, sosial dan kebiasaan membawa konsekuensi terhadap kualitas alam sekitar kita. Wilayah atau daerah yang lingkungan alamnya rusak bisa dipastikan itu adalah efek langsung pengelolaan sumber daya alam yang salah.

Kalau kita bicara kearifan lokal tentang Eco Green dan manusia Indonesia konsisten mau mengikuti maka lingkungan alam kita seharusnya bisa memberikan rasa aman. Banyak fakta mengungkap bahwa Kearifan lokal yang sejalan dengan Eco Green  sangat besar faedahnya. Kita lihat Suku Baduy Dalam, Banten. 

Baru-baru tetua adat (Jaro) Suku Baduy Dalam menolak daerah tempat tinggalnya dijadikan salah satu tujuan wisata (destinasi Wisata) oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata (Travel Tempo). Siapa sih yang mau setiap saat aktivitas keseharian mereka di rumah, di kebun, dll di tonton orang luar ? Mereka merasa sangat  terganggu.

Belum lagi mereka khawatir bahwa adanya pihak luar yang memasuki daerah mereka membawa perubahan pada habit (kebiasaan) penduduk setempat. Mulai dari cara bicara, penggunaan baju, elektronika, sampai kemungkinan melanggar larangan-larangan jaro yang di anggap tabu. 

Ketakutan terbesar adalah mereka khawatir di ekploitasi sumber daya alam dan budayanya dengan cara-cara yang menurut anggapan Suku Baduy Dalam merugikan.  Kita sepakat bahwa keukueh Jaro untuk melindungi alam sekitanya dari kemudaharatan adalah Kearifan Lokal Eco Green. 

ECO GREEN : Teori dan Praktek 

Kembali ke Eco Green yang disebutkan tadi diatas yaitu penggunaan material ramah pada lingkungan. Nah, ini sebenarnya ada distorsi informasi perihal material ramah pada lingkungan.  Banyak kesalahan-kesalahan mendasar di masyarakat  dikarenakan kurangnya sosialisasi program Eco Green. Pelaksanaan Eco Green  antara Teori dan Praktek  amat jauh dari kondisi ideal. Jarang sekali kita temukan di Media Sosial Gerakan Eco Green padahal imbauan, sosialisasi dan Kampanye yang berkesinambungan akan membantu dan menyelamatkan Bumi beserta umat manusia.

Secara lahiriah manusia pada dasarnya a bisa membedakan  mana pilihan yang baik dan mana buruk, mana yang manfaat dan mana yang tak manfaat, mana yang berguna mana yang merusak dan mana yang boleh dan mana yang dilarang. Teorinya adalah demikian. Meski begitu pada pelaksanaannya banyak menyimpang dari teori dan insting naluriah manusia.

Beberapa hal mendasar yang tidak dilakukan sehari-hari manusia padahal paham dan tahu betul apa itu Eco Green. 

A. LEMBAGA PENDIDIKAN :

Secara teoritis lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah mulai  dari Kepala Sekolah, Guru, dan juga murid-murid tahu apa itu program Eco Green. Larangan buang sampah sembarangan, memilih dan memilah sampah sesuai jenisnya, menggunakan air, menggunakan listrik dan menjaga lingkungan dari kotor, dan berdebu, lingkungan berbasis hijau  belum sepenuhnya menjadi habits (kebiasaan) hidup. 

Indikatornya adalah setiap tahun Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan atau kementerian Pendidikan dan kebudayaan menyelenggrakan lomba Adiwiyata, Sekolah Hijau dan sebagainya. Padahal untuk mempersiapkan lomba dibutuhkan anggaran sekolah yang cukup besar atas pembelian alat2 kebersihan dan melakukan pengkondisian lingkungan yang sesuai ketentuan lomba. 

Sekolah melakukan studi banding ke sekolah2 yang pernah menjuarai lomba adiwiyata, pelatihan dan bimbingan teknis juga memerlukan biaya. Kedatangan tim penilai lomba juga menggunakan dana yang tidak sedikit melakukan kunjungan penilaian pada lembaga/sekolah kandidat lomba.

B. PERKANTORAN

Tak kalah pentingnya peran pimpinan kantor teorinya  juga memiliki andil Program Eco Green itu berhasil.  Meski begitu secara praktik banyak yang belum menerapkan. Di lobby perkantoran  dalam jumlah  terbatas  ditemukan tempat sampah yang seharusnya disediakan 3 jenis warna (merah, kuning dan hijau) padahal ketiga warna tersebut fungsinya berbeda-beda. 

Tong sampah Hijau untuk sampah yang dapat di daur ulang (organik), Tong sampah Kuning untuk sampah yang tak dapat di daur ulang (anorganik), dan tong sampah merah adalah sampah bahan-bahan berbahaya (B3). Biasanya pihak perkantoran menyiapkan satu tempat sampah besar saja dan semua jenis sampah baik sampah organik, non organik dan B3 masuk ke dalam tempat tersebut. Pihak perkantoran tidak mau ribet dan membuang sampah apa adanya ke TPS Kantor (Tempat penampungan Sementara) Sampah yang lokasi terdekat.

Kita belum tahu bagaimana pembatasan penggunaan kertas dalam proses administrasi apakah ada upaya menekan seminim mungkin penggunaan kertas yang berbahan baku dari tanaman hutan ? Semakin tinggi penggunaan kertas maka ikut berkontribusi terhadap  penebangan hutan.  Kayu yang di pasok itu adalah bahan baku pembuatan kertas berupa bubur (pulp).

C. LINGKUNGAN MASYARAKAT

Untuk di masyarakat sepertinya banyak masyarakat lebih cuek. Eco Green kesannya adalah urusan petugas kebersihan. Setiap hari kita melihat bagaimana petugas orange (PPSU) di jalanan Protokol dan non protokol di DKI Jakarta menyapu dan membersihkan berbagai jenis sampah yang dibuang baik sengaja maupun tidak sengaja oleh pengguna jalan. 

Penggunaan Listrik yang sempat menjadi polemik di masyarakat saat masa pandemik Covid-19 bisa saja karena ketiadaan pemerintah menyampaikan kepada masyarakat penggunaan listrik seefisien mungkin. Kebiasaan mencolok listrik untuk charge HP, dan keperluan lain tanpa di cabut menyebabkan aliran listrik terus berjalan. 

Padahal Tenaga Listrik kita bukan menggunakan Tenaga Nuklir masih menggantungkan kepada kekuatan sumber daya air, Diesel dan Batu bara. Sumber air akan mengalami krisis jika musim kemarau, danau atau embung akan berkurang cadangan air dan berimbas pada kemampuan memutar turbin listrik menjadi terbatas. Penggunaan BBM solar dan batubara menjadikan polusi udara dan lingkungan. Polusi udara membawa dampak buruk langsung kepada kesehatan manusia. 

D. PENUTUP

Menurut penulis ECO GREEN adalah program mahal. Maka dari itu tanpa support dana yang terus menerus baik  bersumber dari donatur, negara atau sumbangsih masyarakat Eco Greean akan menjadi program yang stagnan. Program Eco Green yang bagus, menarik dan bermanfaat untuk jangka panjang bila kampanye, Sosialisasi dan kepedulian masyarakat makin meningkat. 

Perlunya menanamkan terus menerus kesadaran dan pemahaman masyarakat atas Eco Green janganlah pernah melemah. Dibutuhkan gaya militan dan spartan serta berani melawan arus dari kondisi yang ada dari para volunteer (relawan) lingkungan karena bangsa ini dalam proses menuju kedewasaan sebab bangsa ini lebih paham teori yang berbab-bab daripada melaksanakan  dengan benar dan konsekuen satu paragraf saja. Wallahu'alam bis sawab. (11/8/2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun