Mohon tunggu...
Sudiana Riana
Sudiana Riana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Usada Tradisional yang Digunakan untuk Menangkal Cetik Kerikan Gangsa

28 Maret 2023   13:17 Diperbarui: 28 Maret 2023   13:21 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

USADA TRADISIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK MENANGKAL CETIK KERIAKAN GANGSA  

Pulau bali adalah propinsi yang terletak di Indonesia.bali mempunyai beberapa kabupaten/kota di antaranya : kabupaten jembrana,kabupaten Tabanan.kabupaten badung,kabupatengianyar,kabupaten klungkung,kabupaten Karangasem,kabupaten bangli,kabupaten buleleng dan kota Denpasar.dari berbagai kabupaten itu mempunyai tradisi setempat yang berbeda beda.

Banyak sekali perbedaan yang terjadi di masyarakat dan banyak juga masyarakat yang menekuni ilmu spiritual atau istilah nya ilmu pengeleakan,dari kemampuan tersebut ada saja seseorang yang menyalahgunakan ilmunya tersebut digunakan menyakiti seseorang,menakuti orang orang dan lain sebagainya yang bertujuan ke hal negative. Dari kemampuanya  itu  seseorang penekun akan mempergunakan ilmunya untuk menyakiti orang  yang Pada umumnya, masyarakat Bali menyakini bahwa jika seseorang mengalami sakit keras berkepanjangan, maka penyakit tersebut berhubungan dengan cetik. Salah satunya cetik kerikan gangasa Secara empiris,pengobatan cetik kerikan gangsa telah sering ditemui dalam masyarakat Hindu-Bali.Namun, hingga saat ini belum ada bukti publikasi terkait pengobatan cetik kerikan gangsa tersebut.

Kandungan Cetik Kerikan Gangsa

selain menggunakan logam perunggu, cetik ini juga menggunakan bahan alami. Bahan alami yang digunakan adalah medang (bagian halus atau merang) tiing gading (bambu kuning), dan tiing buluh (nama jenis bambu).Perunggu, yang merupakan campuran dari dua logam tembaga dan timah, memiliki toksisitas atau tingkat kerusakan tinggi untuk tubuh. Seseorang yang keracunan logam ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan neurologi, fungsi ginjal, sistem hemopoitik hemolisis, hingga kematian. Sedangkan merang bambu bersifat iritatif terhadap tubuh.Cetik kerikan gangsa ini dapat dicampur dengan labu kuning (waluh). Labu kuning dapat meningkatkan efek toksik karena mengandung tembaga yang sangat tinggi.

Gejala dan Tanda Terkena Cetik Kerikan Gangsa 

Seseorang yang terkena cetik kerikan gangsa akan muncul gejala akut hingga kronik. Gejala akut yang akan dapat dirasakan dan diamati dalam kurun waktu 6 bulan. Gejala yang muncul di antaranya sesak napas, kejang, sakit perut, mual, muntah, muntah darah, dan terkadang napas penderita berbau seperti bawang putih.Sedangkan gejala kronik akan muncul lebih dari 6 bulan. Gejalanya dapat dilihat secara spesifik, yaitu terdapat garis-garis horisontal bersusun di bagian kuku. Tubuh penderita akan terlihat semakin kurus, lemah, dan kulit berwarna kuning. Hal ini mirip seperti penderita gangguan hati dan ginjal.

Tanaman Obat untuk Pengobatan Cetik Kerikan Gangsa

Adapun obat yang dapat digunakan untuk mengobati cetik kerikan gangsa. Yaitu Tujuh jenis tanaman obat tersebut antara lain bawang putih, jangu atau jeringau, gamongan, ketela, daun kembang sepatu, serai, dan air kelapa.Dari semua bahan tersebut, campuran sereh dan air kelapa lah yang paling efektif untuk mengobati cetik kerikan gangsa. Sereh atau serai mengandung minyak astiri, biosorpsi yang baik untuk logam berat.Sedangkan air kelapa berfungsi sebagai pengikat logam berat. Kandungan kalsium di dalam air kelapa dapat menurunkan kadar logam berat dalam darah.Itulah makna cetik kerikan gangsa, racun tradisional di Bali. Secara niskala biasanya praktisi ilmu hitam yang menggunakan cetik kerikan gangsa ini akan menambahkan kekuatan perusak dengan mantra-mantra tertentu. Cetik juga bisa dikirimkan dari jarak jauh. Namun tidak sembarangan orang yang bisa melakukannya.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun