Mohon tunggu...
Sudarmawan Yuwono
Sudarmawan Yuwono Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Arsitektur

Membaca, menggambar, meneliti budaya, sejarah, arsitektur kota.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Lingkungan, Dongeng dan Banjir Bekasi

5 Maret 2023   18:05 Diperbarui: 5 Maret 2023   18:11 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir Bekasi seperti menjadi sesuatu yang rutin. Pada tulisan tentang Banjir di Bekasi (3/3/2023) sejarah telah mengingatkan hal tersebut. Ketidakmampuan serta melupakan sejarah berakibat bencana terjadi. Hal itu tidak terlepas dari peran pendidikan. 

Sejarah sebagai proses adalah bagian proses belajar sebagaimana pengertian sejarah itu sendiri. Jaman prasejarah adalah dihubungkan sejarah yang tidak tertulis, sebaliknya sejarah adalah kondisi yang tertulis. 

Pendidikan memang tidak semata mata yang tertulis, namun berabad abad lalu, tulisan membuktikan kehadiran peradaban atau sejarah manusia itu sendiri. Demikian pula fenomena banjir dihubungkan dengan pendidikan lingkungan.

Terdidik atau Tidak 

Bukti keberadaan pendidikan yang nyata bukan sederet angka statistik lulusan atau deretan gelar pendidikan. Pendidikan dalam posisi sebagai bagian struktural kebudayaan adalah kemampuan manusia beradaptasi dalam perubahan lingkungan. Kemampuan manusia bertahan ribuan tahun adalah proses belajarnya yang membangun kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. 

Bentuk pendidikan sendiri berasal dari proses belajar pada keluarga, masyarakat dan sekolah. Keluarga dan masyarakat justru menempati porsi terbesar dan utama yang menopang pendidikan manusia. Ibu disebut sebagai madrasatul awwal atau pendidikan pertama, yang mengajarkan berbagai pengetahuan dan praktis di keluarga. Masyarakat membentuk pranata sosial. 

Banjir dalam pendidikan sudah biasa dihubungkan dengan kelalaian manusia atau perilaku salah terhadap lingkungannya. Membuang sampah atau merusak hutan merupakan contoh biasa. Namun percaya tidak, merubah lingkungan yang sebenarnya adalah wewenang pemerintah tidak banyak disinggung. Padahal faktor ini sangat penting dan sangat berpengaruh merubah struktur lingkungan bertahan terhadap iklim. 

Apa yang salah kalau begitu ? Pendidikan tidak dihubungkan dengan praktek itu yang pertama. Pengetahuan dari proses tidak dilaksanakan sebagai suatu praktek dalam kehidupan. Kitab suci menyindir dengan bahasa, kamu tidak melakukan sesuai kebenaran yang kamu katakan. Ini bentuk penyangkalan yang fatal. 

Jadi terdidik atau tidak, bukan sekedar tahu atau tidak, sekolah atau tidak, tetapi memahami dan melaksanakan atau tidak.

Dongeng Pendidikan Banjir 

Dongeng tentang banjir dalam literasi nyaris selalu dihubungkan dengan kesalahan manusia. Kesalahan yang dimaksud adalah perilaku, baik dalam perspektif teologi maupun ekologi yang sebenarnya sama. Dalam bahasa agama, disebut sebagai penghukuman atau dalam bahasa ekologi sebagai mengembalikan posisi keseimbangan alam. 

Hal ini bisa dimengerti mengingat keseimbangan juga menjadi bahasa agama bagi manusia untuk selalu memperhatikan keseimbangan semesta. Mengapa dongeng menjadi penting pada masa lalu ? Hal ini disebabkan dongeng menjadi pendidikan moral antar generasi yang memang sejak awal harus ditanamkan pada anak anak. 

Kembali pada fungsi dongeng, yang bersifat oral atau tradisi lisan sebenarnya adalah katup pengaman transisi kebudayaan. Ketika masih kecil, anak anak cenderung memahami dongeng benar benar sebagai ajaran dan setelah beranjak remaja, logika mereka memahami pendidikan yang ada di dalamnya. 

Banjir di Bekasi, harus mulai ditanggunglangi secara holistik bukan masalah fisik semata melainkan mind set terhadap lingkungan. Ketidakseimbangan lingkungan akibat kesalahan manusia ini masih dianggap sebagai bukan masalah. Pendekatan sosial kultural semestinya juga dikedepankan untuk mendidik dan membangun masyarakat. Pendidikan antar generasi terutama pada anak anak untuk lebih memahami persoalan lingkungan dalam perspektif mereka. 

Transfer pengetahuan dan kesadaran melalui kepada anak anak memerlukan strategi. Salah satunya adalah dongeng kepada anak anak. Karena kurangnya dongeng lingkungan ini menjadi salah satu problem yang akibatnya sangat serius. 

Oleh sebab itu para guru, pemuka masyarakat,  pemuka agama ataupun siapa saja yang berhubungan dengan anak anak untuk giat menciptakan dongeng pada anak. Hal ini dilakukan oleh I Made Taro melalui dongeng dongengnya baik yang digali dari nilai nilai budaya setempat atau sumber lain bahkan budaya modern dapat ditiru. 

Bekasi, 5 Maret 2023.

    



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun