Sketsa memiliki nilai nilai filosofis seperti karya seni yang lain. Bapak Ir Rochmad WS salah seorang guru gambar saya mengajarkan bahwa sketsa itu adalah karya yang paripurna. Membuat sketsa bisa menjadi suatu bentuk karya gambar arsitektur tersendiri yang dapat dinikmati dan diapresiasi. Kalau bisa dinikmati dan diapresiasi ini berarti sudah memenuhi kaidah sebagai karya seni.Â
Membentuk Kesan Selesai
Untuk menjadi karya paripurna, sketsa wajib dibuat dengan tarikan sempurna yaitu tarikan dengan tegas atau tidak ragu ragu. Ketegasan ini yang didukung kemampuan teknis merupa akan menjadi kekuatan sketsa itu sendiri. Secara teknis goresan media gambar membentuk karakter sesuai dengan sifat media, seperti pensil atau tinta atau cat air atau media lain yang digunakan.Â
Pak Rochmad mengajarkan pengakhiran untuk membuat sketsa dengan kesan selesai. Kesan selesai ini membentuk persepsi pemirsa atau pengapresiasi melihat karya ini sudah selesai. Kesan selesai ini akan menonjolkan bagian mana yang benar benar diselesaikan dan bagian mana yang dibiarkan apa adannya.
 Tujuannya untuk membentuk komposisi sketsa dianggap sudah selesai atau pembuat sketsa menganggap karyanya sudah selesai.Â
Filosofi Kesan SelesaiÂ
Suatu kesan ini sebenarnya adalah keputusan sang pembuat sketsa menyatakan bahwa karyanya sudah selesai. Ini penting karena karya sketsa itu dibuat dengan waktu cepat, melakukan reduksi dan membuat representasi goresan yang mengekspresikan kehendak merupa.Â
Hidup ini sendiri adalah seperti sketsa. Hidup adalah suatu karya yang dibatasi waktu, media dan keinginan. Melalui sketsa kita bisa melatih membuat karya yang bermakna, ketika karya tersebut bermakna yaitu dinikmati dan diapresiasi. Tentu saja hal itu hanya bisa terjadi ketika sketsa kita dianggap sudah selesai. Pertanggungjawaban selesai juga berarti ada rasa puas, rasa syukur karyanya telah selesai.Â
Hidup juga ketidaksempurnaan (proses tidak sempurna) tetapi dimaknai sebagai kesempurnaan dalam kerangka pemikiran bersyukur. Bersyukur karena masih bisa melahirkan karya.Â
Dari aspek teknis yang lebih rasional dan emosional, sebuah karya sketsa selalu dimaklumi sebagai karya ekspresif. Oleh sebab itu pemirsa akan mengapresiasi suatu karya yang mengundang penghayatan lebih mendalam bukan sekedar mengagumi.Â
Kesungguhan adalah nilai nilai yang dibawa dalam membuat sketsa. Kesungguhan untuk mewujudkan rupa dan menorehkan karakter rupa pada karya sehingga paripurna. Kemudian membuat sketsa yang lain lagi. Bilamana tidak selesai maka karya tersebut tidak sempurna dalam pengertian pembuat karya merasa karya tersebut belum selesai secara teknis atau maknawi. Â Harus selesai sehingga dapat melanjutkan kewajiban berikutnya. Seperti dalam Al Qur'an, setelah selesai maka akan berkarya kembali.Â