Tak soal bagaimanapun caranya, melanggar norma atau tidak, merugugikan orang lain atau tidak, yang penting dapat tercapai akan diraihnya karena anggapannya dengan itu akan membawa kebahagiaan. Namun sayang seribu sayang, jika jalan yang ditempuh berujung pada berurusan dengan pihak berwajib atau Aparat Penegak Hukum. Â
Sesal kemudian tiada berguna. Semuanya sudah terlanjur. Harta dan jabatan yang dibangun dari awal berujung pada penderitaan. Menderita jiwanya, menderita pula status sosialnya karena semuanya telah menghilang dengan perlahan. Dijalani sisa-sisa hidupnya dengan tangisan dalam hati yang semakin hari semakin larat.
Sebaliknya, banyak pula yang mengartikan bahagia itu dengan sederhana dan tidak perlu modal, diraihnya dengan apa yang ada tanpa perlu barang mewah. Aku pernah melihat anak-anak berlarian main layang-layang di tanah lapang, begitu layang-layangnya meninggi melayang anak itu kegirangan menunjukkan rasa bahagianya. Aku sering bertemu dengan pengamen jalanan di banyak terminal yang menyanyikan lagu konyol dan lucu sambil tertawa riang gembira sebagai tanda kebahagiaannya.Â
Sering pula kulihat ODGJ yang tidur di pinggir jalanan tanpa selimut tebal, mereka tidur lelap tanpa beban. Dan masih banyak lagi yang dapat diangkat untuk dicontohkan di sini jika ternyata bahagia itu memang tidak harus mewah. Namun kebahagiannya itu hakiki atau tidak ? itu permasalahan lain. Yang jelas, mereka bisa menunjukkan kebahagiaannya tanpa harus mewah. Â
Kata orang-orang bijak, sebenarnya Allah SWT telah memberikan panduan dan janji yang jelas jika bahagia itu hanya akan diraih dengan bersyukur kepada-Nya. Siapa yang senantiasa bersyukur kepada-Nya atas ni'mat yang sudah diberikan maka Allah SWT akan menambah ni'mat yang diterimanya dengan ni'mat lainnya. Perasaan cukup terhadap apa yang diterimanya, itupun merupakan salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri.
Sebaliknya, Allah SWT akan memberiakan hukuman kepada orang yang tidak pandai bersyukur atau mengingkari ni'mat-Nya (kufur ni'mat). Hukuman yang diberikan beragam bentuknya, salah satunya adalah senantiasa merasa kurang terhadap yang dida patinyasehingga senantiasa merasa resah, gundah, sulit tidur, iri, dengki terhadap teman, dan masih banyak penyakit hati lainnya yang dapat membuatnya tergelincir pada jalan yang tidak di-ridhai-Nya.
Dan (ingatlah) tatkala Pemelihara kalian mengumumkan bahwasanya jika kalian bersyukur, maka sungguh Aku akan tambah untuk kalian (akan nikmat). Dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksa-Ku sangatlah pedih (Q.S. Ibrahim: 15)
Memang akan beruntung bagi mereka yang dianugerahi Allah SWT dengan kemewahan, senantiasa ber-istighfar akan kesalahan-kesalahan masa lalunya, selalu bersyukur atas ni'mat yang diperolehnya, serta rajin berdo'a dalam setiap kesempatan. Mereka akan mendaptkan kebahagiaan yang sejati, bahagia di dunia hingga akhirat kelak.
Sebaliknya, kehinaan bagi mereka yang hidupnya tidak memiliki kemewahan, tidak pandai bersyukur, tidak pernah beristighfar, dan tidak mau berdo'a. Sudah dipastikan tidak memiliki bahagia.
"Sangat boleh jadi sesuatu yang kamu benci itu merupakan sumber kebaikan bagimu, dan sangat boleh jadi sesuatu yang kamu cintai itu merupakan sumber penedritaan bagimu" (Q.S. Al-Baqarah: 216).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H