Entah berapa kapal dan berapa ribu pasukan yang dikerahkan ? Aku belum sempat bertanya ke pegawai statistik yang bertugas mencatat saat itu.
Akhirnya pada 29 Mei 1453 Setelah Masehi perjuangan al-Fatih membuahkan hasil untuk merebut Konstantinopel dan merngganti namanya menjadi Istanbul.
Dalam catatan kepemimpinan Muhammad al-Fatih, meskipun ia seorang panglima yang gagah nan pemberani ia juga memiliki adab-spiritual yang tinggi. Â Ia memimpin pasukannya sebelum melakukan penyerangan ke Konstantinopel memerintahkan pasukannya untuk berpuasa terlebih dahulu.
Ketika memilih imam Sholat Jum'at pertama kali di masjid Aya Sofia, ia mengatakan kepada pasukannya: Siapa yang sejak aqil baligh tidak pernah meninggalkan Sholat Fardhu supaya tetap berdiri !. Semua pasukannya beridiri. Kemudian al-Fatih melanjutkan: Siapa yang sejak aqil baligh belum pernah meninggalkan Sholat Rawatib supaya tetap berdiri !. Saat itu, sebagian pasukannya mulai ada yang duduk karena pernah meninggalkan Sholat Rawatib.
Kemudian al-Fatih melanjutkan lagi: Siapa yang sejak aqil baligh belum pernah meninggalkan Sholat Dhuha supaya tetap berdiri !. Saat itu, pasukannya semakin banyak yang duduk karena pernah meninggalkan Sholat Dhuha. Dan kemudian al-Fatih melanjutkan lagi: Siapa yang sejak aqil baligh belum pernah meninggalkan sholat malam (Qiyamun al-Laili) supaya tetap berdiri !.
Yach ... setelah al-Fatih berkata demikian, ternyata semua pasukannya duduk sambil istighfar dan hanya al-Fatih seorang diri yang tetap berdiri. Artinya al-Fatih sejak aqil baligh sampai saat itu adalah orang yang tekun melaksakan perintah Allah SWT baik yang wajib maupun yang sunnat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H