Pertemuan kita memang terlalu singkat untuk diartikan sebuah keseriusan. Namun hatiku tak pernah berubah haluan sayang, hatiku memang tak ada ruang untuk selain dirimu. Kau telah mampu mengisi relung hatiku yang terdalam. Entah kau tahu atau berusaha tak ingin mengetahuinya. Hatiku tak berbohong seperti persona yang engkau tampakkan selama ini sayangku.
Mulai terasa lelah aku tertahan, engaku pun diam tak kunjung datang padaku di ujung kegelisahanku. Tak mampukah engkau mengucapkan satu kata saja seperti yang kau hiaskan di telingaku waktu itu. Tak selamanya aku diam, bergeraklah sayang, katakanlah sayang kali ini saja. Untukku sendiri mungkin, meski sekedar untaian kata belaka. Tak cukupkah toleransi yang ku berikan padamu, sehingga kau terdiam seolah ingin enyah. Ataukah aku salah mencoba meyakinkan hatiku untuk yang kesekian kalinya bahwa akulah satu-satunya yang kau puja.
Diammu sungguh membuat hatiku pilu. Mungkinkah kau dibelakangku tak seperti yang selama ini aku dapatkan. Tak bisakah kau hadir sejenak untuk mengucapkan kata cinta seperti yang dulu I love you sayang. Mungkinkah kata itu telah terkikis dari hatimu hari demi hari. Sedangkan aku masih hidup dengan jiwa yang kau isi penuh cinta dari mulutmu.
Aku menunggumu, menunggumu, masih menunggumu. Haruskah aku mati untuk sekdar menghilangkan rasa yang bergejolak begitu besar di dada ini hingga terasa sesak. Bujuk rayuan setan memang ahlinya untuk menghanyutkan manusia. Untunglah aku masih sadar begitu berartinya diriku ini untuk orang lain di sana. Iya orang tua yang telah menaruh harapan besar padaku.
Dosa apa yang telah aku lakukan Tuhan? Hingga hati ini rasanya tak mampu lagi menampung segala keluhan yang kian lama kian menuntunku pada jurang kesedihan. Aku berdosa Tuhan jika aku menyalahkanmu atas apa yang aku alami ini sehingga nama-Mu lah yang ku sebut-sebut atas rasa sakit ini. Ampuni aku..
Detik ini, bayangmu mulai memudar di kelopak mata ini. Aku tak mampu untuk merubah waktu seperti awal kita bersama. Peluhku berjatuhan, menutupi senyuman. Kesedihan yang teramat dalam. Kau tawarkan untaian kata yang indah namun cukup membuatku tersiksa.
Di ujung senja ini aku berdiri, menanti dengan segala penuh. Kurayu dirimu untuk pertemuan di sore ini, iya tepatnya matahari menenggelamkan dirinya. Dirimu kini memang sungguh bayangan. Temui aku di ujung senja ini. Setidaknya aku tahu, jalan mana yang harus aku tuju. Tetap bersamamu atau berpisah……
Maafkan aku sayang, aku tak mampu tinggal hanya dengan bayanganmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H