Penipuan pekerjaan dikenal sebagai recruitment fraud atau job offer fraud. Merupakan praktik penipuan yang sering dilakukan oleh individu atau organisasi yang mengaku mewakili perusahaan tertentu atau menjanjikan peluang pekerjaan yang menarik, kemudian kenyataannya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Penipuan ini biasanya bertujuan untuk mengeksploitasi calon pekerja secara finansial atau dengan memperoleh informasi pribadi mereka.
Menurut Dan Ariely, (The Honest Truth About Dishonesty : 114), "banyak orang cenderung tergoda untuk memanipulasi informasi atau menipu dalam lingkungan profesional terutama saat ada tekanan keuangan atau sosial".
Penipuan pekerjaan ini sering kali terjadi karena adanya ketidakseimbangan informasi dan sering kali mempermainkan keinginan individu untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik atau karier yang stabil.
Banyak sekali modus penipuan kerja yang kita jumpai secara tidak sadar, tak hanya satu atau dua korban saja yang dirugikan secara psikis dan material terlebih pada generasi muda saat ini.Â
Salah satunya datang dari teman saya sendiri yang sudah bersedia menjadi narasumber. Terimakasih banyak saya ucapkan,
Beliau membagikan pengalamannya menjadi korban dari job offer fraud, dan dampak yang ia alami setelah kejadian tersebut.
Beliau adalah perempuan yang berusia 21 tahun, dengan followers 5rb di Instagram.
Untuk menghormati ruang private-nya saya tidak akan menyebutkan informasi pribadinya.
Beliau adalah salah satu dari sekian banyak Gen-Z yang selalu aktif di media sosial termasuk Instagram, bukan hal yang asing baginya membagikan momen pribadi pada Snapgram (SG) berupa sosial life dan kerjaan (photoshoot brandnya dan event tertentu).
Dari situlah awal mula modus penipuan ini berlangsung,Â
Pelaku men-DM korban dalam salah satu SGnya. Saat itu pelaku melontar pesan memuji dan mengajak kerjasama yang meyakinkan korban untuk menjadi host live untuk interaksi dengan viewer dalam suatu aplikasi melalui link yang dikirimkan pelaku.
Tentunya dengan nominal yang cukup tinggi, bahkan dibayar dengan dolar.
Tanpa curiga, korban menyetujui tawaran tersebut dan mulai meng-klik link tersebut dan mendownload aplikasi (APK) yang dimaksudkan.Â
Kecurigaan dimulai ketika log in di apk tersebut, karena terdapat beberapa akun live yang kurang etis di awal log in.
Namun korban masih berprasangka baik, karena mengira apk tersebut hanya sebagian konten kurang etis sebagian lagi konten live ngobrol ngobrol pada umumnya.
Namun, setelah korban menganalisis selama beberapa jam apk tersebut, memperkuat rasa curiganya karena mayoritas konten dalam apk tersebut hal hal tidak etis terkait 18+ korban pun langsung meng-uninstal apk tersebut dan lebih selektif dengan orang yang mengajaknya kerjasama.
Beliau tidak menaruh curiga apapun karena beberapa kali sempat ada yang menawarkan hal serupa dan menjadi partner kerja.
"Tidak ada hal aneh yang dilontarkan pelaku, pelakunya memuji hasil photoshoot yang saya bagikan di SG dan langsung menyampaikan ketertarikannya untuk mengajak saya kerjasama menjadi host live di salah satu apk. Dan apk-nya dikirim melalui link, dimana apk tersebut tidak ada di playstore" ucap korban, Senin (04/11/24)
"Saya langsung download apk yang dimaksud, sekali buka ada beberapa konten yang kurang nyaman dilihat, dipikir tuh hanya beberapa saja yang begitu. Pas scroll cukup lama dan menganalisanya, saya pun paham kalau ini gak bener, memang khusus akun live 18+. Langsung saya uninstal karena takut." ujarnya lagi, Senin (04/11/24)
Bahkan korbanpun menyampaikan bahwa dirinya merasa dirugikan walaupun tidak secara fisik dan materi, namun secara mental sangat dirugikan.
"Awal kejadian saya merasa tidak tenang dan selalu waspada saat menggunakan media sosial, saya takut tidak menggunakannya dengan baik. Takut jika rekam data saya di aplikasi tersebut dipergunakan untuk hal hal yang negatif. Takut pandangan orang berubah jika tau saya pernah terjebak dalam situasi ini, bahkan saya jadi sangat sangat selektif dalam memilih orang yang tertarik mengajak saya kerjasama dalam hal apapun". Senin (04/11/24)
Saya dan korban berharap dengan di-Up nya kasus ini menjadikan kita semua aware dalam keadaan apapun dimanapun.
Terutama terkait penggunaan media sosial dan kepercayaan terhadap orang asing.Â
Jangan malu dan takut speak up sebagai korban, karena bagaimanapun kesalahan utama terdapat dipelaku.
Foto dari google Foto dari google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H