Penjelasan tentang Panca Yadnya dari lontar Agastya Parwa adalah yang menjadi acuan utama pelaksanaan yadnya di Indonesia. Menurut lontar ini Panca yadnya adalah :
- Dewa Yadnya, yaitu persembahan dengan minyak dan biji-bijian kehadapan Dewa Siwa dan Dewa Agni di tempat pemujaan dewa.
- Rsi Yadnya, yaitu persembahan dengan menghormati pendeta dan membaca kitab suci.
- Pitra Yadnya, yaitu upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam Siwa.
- Bhuta Yadnya, yaitu persembahan dengan mensejahterakan tumbuhan dan menyelenggarakan upacara tawur serta upacara panca wali krama.
- Manusa Yadnya, yaitu persembahan dengan memberi makanan kepada masyarakat.
Dari beberapa sumber di atas yang lebih tepat digunakan sebagai dasar pelaksanaan yadnya di Indonesia adalah Lontas Agastya Parwa. Tetapi dalam konteks pengertian dan pelaksanaannya mengacu pada penjelasan-penjelasan Kitab Weda sehingga di Indonesia Panca Yadnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Dewa Yadya, adalah persembahan yang tulus iklhas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Dewa Yadnya dilaksanakan terutama dalam rangka memenuhi kewajiban Dewa Rna, yakni hutang hidup kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Pelaksanaan Dewa Yadnya dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan menjadi yadnya dengan cara melaksanakan semua aktivitas yang didasari oleh kesadaran, keikhlasan, penuh tanggung jawab dan menjadikan aktivitas tersebut sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagaimana sabda Tuhan melalui Bahagawad Gita dalam beberapa sloka seperti :
Yajòà athà t karmano ‘nyatra loko ‘yaý karma-bandhanah,
Tad-artham karma kaunteya mukta-saògaá samà cara
( Bhagawad Gita, III.9 )
Artinya:
Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti ( Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan dan jangan terikat dengan hasilnya.
Tasmà d asaktaá satataý kà ryaý karmasamà cara,
Asakto hy à caran karma param à pnoti pùrsaá
( Bhagawad Gita, III.19 )
Artinya:
Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi.
Saktà á karmaóy awidwà mso yathà kurwanti bhæata,
Kuryà d widwà ýs tathà saktaú cikìrûur loka-saògraham
( Bhagawad Gita, III.25 )
Artinya:
Bhà rata
Seperti orang bodoh yang bekerja karena pamrih dari kegiatannya, demikian pula hendaknya orang terpelajar bekerja, wahai ( Arjuna ), tetapi tanpa pamrih dan semata-mata dengan keinginan untuk memelihara kesejahteraan tatanan dunia ini saja.