c. Sebagai sarana menghubungkan diri dengan Tuhan
Alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia adalah ciptaan Hyang Widhi. Oleh karena itu hidup manusia dalam rangka mencapai tujuannya tidak akan lepas dari tuntunan dan kekuasaan Tuhan. Untuk menjaga agar senantiasa jalan kehidupan kita pada arah yang benar dan selalu mendapat sinar suci serta tuntunan Hyang Widhi maka haruslah kita selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sebagaimana dalam ajaran Tri Hita Karana. Cara paling sederhana menghubungkan diri dengan Tuhan adalah sembahyang. Sembahyang artinya menyembah Hyang Widhi. Jika dalam kehidupan kita senantiasa dapat memusatkan pikiran, memuja Hyang widhi maka tujuan tertinggi pasti akan tercapai sebagaimana sabda Tuhan dalam Bhagawad Gita Bab IX sloka 34 :
Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbaktilah pada-Ku, dan tunduklah pada-Ku, dan dengan mendisiplinkan dirimu serta menjadikan-Ku sebagai tujuan, engkau akan sampai kepada-Ku.
Untuk senantiasa dapat memusatkan pikiran dan memuja Hyang Widhi tidaklah mudah. Perlu kedisiplinan dan keihlasan dalam menjalaninya. Satu-satunya cara agar kita selalu dapat menghubungkan diri dengan Maha Pencipta adalah dengan mempelajari, memahami dan melaksanakan Yadnya. Yadnya dalam kegiatan karma keseharian adalah sarana untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Terlebih Yadnya dalam bentuk Upacara/ritual jelas merupakan wujud nyata usaha menghubungkan manusia dengan Sang Penciptanya.
d. Sebagai ungkapan rasa terima kasih.
Manusia memiliki rasa dan pikiran dan dalam tatanan kehidupan sosial terikat pada aturan susila dan moral. Dengan olah rasa yang baik maka rasa syukur merupakan salah satu motivasi utama untuk selalu berbuat kebajikan. Kita diberikan hidup sebagai manusia, dilahirkan pada keluarga yang satwam, berada pada lingkungan sosial yang baik , dan diciptakan bersama bumi yang penuh keindahan dan kedamaian, adalah suatu yang luar biasa. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi manusia bijak untuk tidak bersyukur dan tidak berterima kasih kepada Sang Pencipta.
Ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi itulah dilakukan dengan Yadnya
Bekerja dengan benar dan giat, menolong orang yang kesusahan, belajar giat, dan kegiatan lain yang didasari pengabdian dan rasa ikhlas adalah salah satu contoh ungkapan rasa syukur dan ucapan terima kasih atas anugrah Tuhan untuk kesehatan, keselamatan diri, rejeki, serta kehidupan yang kita terima.
Upacara/ritual yang dilakukan Umat Hindu baik yang bersifat rutin (contohnya ngejot, maturan sehari-hari dsb ), maupun berkala ( rahinan, odalan, serta hari suci lainnya ) salah satu tujuan utamanya sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Hyang Widhi atas semua anugrah Beliau.
e. Untuk menciptakan kehidupan yang harmonis
Hyang Widhi menciptakan alam dengan segala isinya untuk memutar kehidupan. Sekecil apapun ciptaan-Nya memiliki fungsi tersendiri dalam kehidupan ini. Dewa, Asura, manusia, binatang, tumbuhan, bulan, bintang, bahkan bakteri dan kumanpun semuanya memiliki tugas dan fungsi tersendiri dalam memutar kehidupan ini. Alam dengan segala isinya memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu manusia sebagai bagian alam semesta mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas dan fungsinya untuk ikut menciptakan keharmonisan kehidupan. Dalam Bhagawad Gita , III.16 dijelaskan :
Pàrtha
Di dunia ini, mereka yang tidak ikut memutar roda kehidupan ini, pada dasarnya bersifat jahat, memperturutkan nafsu semata dan mengalami penderitaan, wahai
Agar perputaran roda kehidupan ini berjalan dengan harmonsi maka peranan manusia sangat penting. Jika manusia dalam melakoni hidup penuh keserakahan dan mengabaikan prinsip-prinsip Dharma maka kehancuran pasti terjadi.
Hanya dengan Yadnya keharmonisan alam dapat tercipta. Yadnya menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi, manusia dengan sesamanya dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam.
Dalam melaksanakan Yadnya ada tiga kewajiban utama yang harus dilunasi manusia atas keberadaannya di dunia ini yang disebut Tri Rna ( tiga hutang hidup). Tri Rna ini dibayar dengan pelaksanaan Panca Yadnya. Perlu diingat bahwa Yadnya tidak semata-mata dilaksanakan dengan upakara/ritual.
Tri Rna terdiri dari :
- Dewa Rna, yaitu hutang hidup kepada Hyang Widhi yang telah menciptakan alam semesta termasuk diri kita. Untuk semua ini wajib kita bayar dengan Dewa Yanya dan Bhuta Yadnya. Dewa Yadnya dalam bentuk pemujaan kepada Hyang Widhi serta melaksanakan Dharma. Butha Yadnya dilakukan untuk memelihara alam lingkungan sebagai tempat kehidupan semua mahluk.
- Rsi Rna, yaitu hutang kepada para Rsi yang mengorbankan kehidupannya sehingga dapat memberikan pencerahan kepada manusia melalui ajaran-ajarannya sehingga manusia dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Rsi Rna dilunasi dengan melaksanakan Rsi Yadnya.
- Pitra Rna, yaitu hutang kepada orang tua dan leluhur. Leluhur dan orang tua sangat memiliki peranan besar atas kehidupan kita saat ini. Karma leluhur dan orang tua berpengaruh terhadap keberadaan setiap orang. Paling tidak kelahiran kita di dunia karena adanya leluhur dan orang tua. Oleh karena itu maka sudah menjadi kewajiban untuk membalas hutang tersebut. Membayar hutang kepada orang tua dan leluhur dilakukan dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya
3. BENTUK DAN JENIS YADNYA
a. Bentuk – bentuk Yadnya
Kitab Bhagawad Gita dalam berbagai sloka menjelaskan bahwa bentuk-bentuk yadnya terdiri dari :
- Yadnya dalam bentuk persembahan/Upakara
- Yadnya dalam bentuk pengendalian diri/tapa
- Yadnya dalam bentuk aktivitas/karma
- Yadnya dalam bentuk harta benda / kekayaan/punia
- Yadnya dalam bentuk ilmu pengetahuan/jnana