Meski merasa tertinggal dalam pelajaran dan pergaulan, Didin tidak langsung berputus asa. Dengan bantuan kedua orang tua yang selalu membantu menunjang pembelajarannya.
"Waktu SMP adalah masa terberat saya ketika saya lebih banyak jadi penonton di kelas atau lebih mirip wartawan sebenarnya. Saya hanya mencatat materi semampu saya, lalu orang tua mempelajarinya di rumah untuk dijelaskan lagi ke saya supaya paham,"
Ungkap Didin dalam simposium nasional Dyslexia Awareness di kementerian pendidikan Nasional, Jakarta, minggu (31/7/2010).
Begitu lulus SMP, Didin memilih melanjutkan ke SMK jurusan rekayasa perqngkat lunak alasan utama Didin memilih jurusan tersebut adalah karena jumlah siswa di tiap kelas hanya sedikit, di samping ia memang menyukai pelajaran yang lebih banyak praktik dibanding teori.
Sejak saat itu, rasa percaya diri mulai tumbuh pada dinding yang kini duduk di semester 7 institut teknologi harapan bangsa di Bandung. Di jenjang SMK itulah ia mulai bisa menunjukkan prestasinya dengan meraih nilai tertinggi untuk pelajaran-pelajaran yang ia sukai misalnya mengetik 10 jari ( blind system).
Ketua pelaksanaan harian asosiasi disleksia Indonesia (ADI ,dr kristiantini Dewi, SpA mengatakan, disleksia merupakan kelainan genetik yang berbasis neurologis. Gangguan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebodohan tingkat ekonomi maupun motivasi belajar.
Meski mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja menyandang disleksia memiliki intelegensi normal atau bahkan di atas rata-rata. Kecerdasannya seringkali menonjol di bidang atau area belajar yang lain.
"Banyak tokoh besar yang juga menyandang disleksia fisikawan Albert Einstein, mantan presiden Amerika George w bush serta aktor laga Tom Cruise adalah beberapa contoh orang-orang berprestasi yang menyandang disleksia ".Â
Ungkap dr Kristiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H