Surabaya, kota pahlawan yang dikenal dengan hiruk pikuk urban serta cuaca panasnya, kini tengah menghadapi fenomena baru yang menjadi sorotan---cuaca ekstrem. Dari hujan lebat yang tiba-tiba hingga suhu yang melonjak drastis, perubahan ini memengaruhi banyak aspek kehidupan. Namun, sejauh mana kita memahami situasi ini, dan apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapinya?
Memahami Cuaca Ekstrem: Gejala dan Penyebabnya
Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini bukan hanya isu lokal, melainkan bagian dari dinamika perubahan iklim global. Di Surabaya, gejala-gejala seperti intensitas hujan yang tak menentu, angin kencang, dan suhu yang fluktuatif menjadi tanda nyata. Sebagai kota besar dengan urbanisasi pesat, Surabaya menghadapi tantangan besar dalam menghadapi perubahan iklim. Efek Urban Heat Island (UHI)---di mana suhu di perkotaan meningkat dibandingkan daerah pedesaan---membuat cuaca ekstrem menjadi lebih intens. Selain itu, pola hujan yang tak menentu sering kali mengakibatkan genangan air hingga banjir di berbagai kawasan, seperti yang tercatat di daerah Jalan Ahmad Yani dan Mayjen Sungkono.
BMKG mencatat bahwa hujan lebat yang terjadi belakangan ini sering disertai angin kencang dengan kecepatan lebih dari 30 km/jam. Kombinasi ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga tetapi juga berisiko merusak infrastruktur seperti pohon tumbang dan kerusakan kabel listrik.
Dampak Cuaca Ekstrem Bagi Warga Surabaya
Fenomena ini tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga menyentuh setiap aspek kehidupan masyarakat Surabaya. Berikut beberapa dampaknya:
1. Kemacetan Akibat Banjir
BMKG dan Pemkot Surabaya sering melaporkan genangan di beberapa titik utama kota selama musim hujan. Contohnya, berita dari Kompas pada Februari 2023 menyebutkan bahwa Jalan Ahmad Yani sering terdampak banjir akibat hujan deras.
2. Masalah Kesehatan
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Surabaya, peningkatan suhu ekstrem telah memicu kenaikan kasus dehidrasi dan gangguan pernapasan, khususnya pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.
3. Kerugian Ekonomi
Menurut laporan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, cuaca ekstrem mengganggu pasokan hasil bumi di Surabaya, memengaruhi harga di pasar tradisional. Hal ini sejalan dengan laporan inflasi BPS selama musim hujan.
Langkah Bijak Menghadapi Cuaca Ekstrem
Menghadapi cuaca ekstrem bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita bersama. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil oleh warga Surabaya:
1. Waspada dan Siaga
Gunakan aplikasi seperti Info BMKG untuk memantau prakiraan cuaca terkini. Hindari bepergian di jam rawan hujan lebat atau saat peringatan dini angin kencang dirilis.
2. Persiapan Rumah
Pastikan saluran air di sekitar rumah tidak tersumbat. Pangkas ranting pohon yang berpotensi tumbang. Jika Anda tinggal di kawasan rawan banjir, siapkan pompa air dan sandbag untuk antisipasi.
3. Jaga Kesehatan
Konsumsi cukup air untuk menghindari dehidrasi, terutama saat suhu panas meningkat setelah hujan deras. Gunakan masker saat keluar rumah untuk melindungi diri dari debu dan polusi udara.
4. Partisipasi Komunal
Ikut serta dalam kegiatan bersih-bersih lingkungan. Inisiatif kecil seperti membersihkan got di sekitar rumah dapat mencegah genangan air besar.
Harapan untuk Surabaya yang Lebih Tangguh
Fenomena cuaca ekstrem ini menjadi peringatan bahwa manusia harus lebih selaras dengan alam. Surabaya, sebagai kota metropolitan, memiliki tantangan besar sekaligus peluang emas untuk menjadi contoh kota yang adaptif terhadap perubahan iklim. Melalui langkah-langkah kecil yang konsisten, kita semua dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Jadi, mari mulai dari diri kita sendiri---kecil namun berdampak besar. Karena Surabaya adalah rumah kita bersama, dan rumah harus selalu dijaga.
Artikel ini disusun berdasarkan data dari BMKG dan laporan resmi pemerintah kota. Mari sebarkan informasi ini agar semakin banyak warga yang siap menghadapi cuaca ekstrem di Surabaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H