Mohon tunggu...
cici
cici Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Berbagi meskipun sedikit" itu menjadi salah satu inspirasi saya untuk menulis. Jadi semoga tulisan saya bermanfaat buat pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sekolah Rumah Kedua bagi Anak, Akankah Rumah Itu Aman?

12 Juli 2024   20:17 Diperbarui: 12 Juli 2024   20:26 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim PKM RSH UNY: Sekolah rumah kedua bagi anak. Akankah rumah itu aman? 

Belajar sepanjang hayat begitu katanya dalam kehidupan. Belajar apapun dimanapun dan kapanpun. Seperti yang kita tahu, sejak dahulu di Indonesia sudah terdapat tempat belajar-mengajar. Baik pada jenjang pendidikan formal maupun non formal. Salah satu yang paling kita kenal yaitu sekolah. Banyak sekali siswa yang menghabiskan waktunya belajar di sekolah. Baik tingkat rendah maupun ke tingkat tinggi. Oleh karena itu muncullah konsep sekolah adalah rumah kedua bagi anak. 

Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya peran sekolah bagi pertumbuhan anak. Bagaimana guru yang merupakan orang tua kedua di dalam rumah itu mendidik anak-anaknya agar mendapatkan pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan hal lain dalam kehidupan sehari-hari. Yang nantinya akan diperlukan dalam kehidupan baik masa sekarang maupun yang akan datang. 

Meskipun sekolah rumah kedua bagi anak, pada nyatanya masih banyak sekali permasalahan didalamnya dan harus segera ditangani. Salah satunya yaitu kasus kekerasan seksual. Bukan hanya di jenjang sekolah tinggi bahkan di Sekolah Dasar juga kasus ini masih marak terjadi. 

Dilansir dari kompas.id (2024) juga menjelaskan bahwa kasus pemerkosaan siswi sekolah dasar oleh puluhan pria di Baubau masih terus bergulir. Polisi mengusut kasus hingga menetapkan 10 tersangka yang semuanya juga di bawah umur. 

Dilansir dari kemenpppa.go.id (2024) Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), mencatat pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak dengan 5.552 korban anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki, di mana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2024.

https://www.freepik.com
https://www.freepik.com

Jika kasus kekerasan seksual dibiarkan akan memberikan dampak negatif fisik maupun psikis anak. Beberapa diantaranya yaitu trauma, penyakit menular seksual, rasa rendah diri, menjadikan anak menarik diri dari masyarakat, dan masih banyak yang lainnya. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya solusi untuk mencegah adanya kasus kekerasan seksual. Salah satu solusi yang Tim PKM RSH UNY tawarkan yaitu dengan pendidikan seksual. 

Tim PKM RSH UNY yang beranggotakan Suci Rohmawati, Vina Wijayanti, Nabila Putri Bilqist, Ardelia Aprilia, Akmal Maulana didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam pendanaan PKM mengusulkan adanya aplikasi game untuk mengajarkan anak mengenai pendidikan seksual. 

Mengapa aplikasi game? Hal tersebut karena diera sekarang anak-anak sudah lebih familiar dengan game dan gadget. Sudah banyak anak-anak yang menggunakan gadget dalam kehidupannya. Terlebih didukung perkembangan internet yang semakin luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun