Mohon tunggu...
Suci Putriningsih
Suci Putriningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Saya menyukai kegiatan berolahraga, memasak, dan membuat konten. Hobi ini membantu saya dalam meningkatkan kemampuan yang saya miliki. Saya memiliki kepribadian yang ramah dan ceria, saya senang berbicara dan menyapa banyak orang, hal tersebut membuat mood saya meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Keunikan Penyelenggaraan Tradisi Sadranan di Gunung Balak oleh Masyarakat Desa Pakis

14 Agustus 2024   21:06 Diperbarui: 14 Agustus 2024   21:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Magelang, 7 Juli 2024 - Masyarakat Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang kembali menggelar tradisi Sadranan di Gunung Balak. Kegiatan yang diadakan pada hari Minggu, 7 Juli 2024 ini berlangsung meriah dan penuh khidmat, dihadiri oleh warga desa serta wisatawan yang tertarik dengan budaya lokal. 

Sadranan merupakan tradisi tahunan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah Magelang. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas berkah yang diberikan, sekaligus sebagai momen untuk mendoakan leluhur. Nama "Sadranan" berasal dari kata "Nyadran," yang dalam bahasa Jawa berarti ziarah atau bersih-bersih makam.

Di Desa Pakis, tradisi Sadranan ini diadakan di Gunung Balak, sebuah bukit yang dianggap sakral oleh warga setempat. Gunung Balak menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk melakukan doa bersama dan ziarah ke makam leluhur yang berada di puncak bukit.

Kegiatan Sadranan dimulai sejak pagi hari dengan berbagai persiapan. Warga desa membawa berbagai makanan tradisional yang dikenal sebagai "bancakan" untuk didoakan dan kemudian disantap bersama-sama. Makanan ini biasanya berupa nasi tumpeng, lauk pauk, dan jajanan pasar yang disusun rapi di atas tampah.

(dokumen pribadi)
(dokumen pribadi)

Setelah semua persiapan selesai, warga secara bersama-sama mendaki Gunung Balak. Pendakian ini dilakukan dengan penuh khidmat, diiringi dengan doa-doa dan nyanyian tradisional Jawa. Sesampainya di puncak, masyarakat berkumpul di sekitar makam leluhur untuk memanjatkan doa, dipimpin oleh seorang sesepuh desa. Setelah doa bersama, dilakukan upacara penyebaran bunga dan makanan sebagai simbol penghormatan kepada arwah leluhur. Masyarakat juga melakukan "kembul bujana," yaitu makan bersama di puncak bukit sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur.

Kegiatan Sadranan di Gunung Balak ini tidak hanya diikuti oleh warga Desa Pakis, namun juga menarik minat wisatawan dari berbagai daerah. Mereka datang untuk menyaksikan langsung tradisi yang penuh makna ini, serta untuk menikmati keindahan alam dari puncak Gunung Balak.

Menurut salah satu seorang warga, Pak Wanto, Sadranan di Gunung Balak sudah menjadi bagian penting dari identitas Desa Pakis. "kegiatan ini sudah ada sejak zaman dahulu, tradisi ini wajib diteruskan dari generasi ke generasi. Hal ini juga menjadi rasa syukur kami karena dapat terhindar dari segala balak" ujarnya.

Tradisi Sadranan di Gunung Balak menjadi bukti kekayaan budaya lokal yang masih lestari hingga kini. Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Pakis tidak hanya merawat warisan leluhur, namun juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka. Dengan semakin banyaknya wisatawan yang tertarik, tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda serta dunia luar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun