Mohon tunggu...
Sucipujiati
Sucipujiati Mohon Tunggu... Pengajar -

Life learner, lecturer, stock trader.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengatur Keuangan Keluarga untuk Mulai Berinvestasi

7 Agustus 2018   15:20 Diperbarui: 7 Agustus 2018   15:24 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pengalaman pertama saya berinvestasi didasari dari ilmu yg didapet di buku Prita Ghozoe yg berjudul Make It Happen. Disana Prita secara gamblang membeberkan bagaimana kiat2 membangi pos pos pengeluaran pribadi dan keluarga agar semua kebutuhan bisa dipenunhi tanpa harus mengorbankan satu atau beberapa kepentingan.

Nah darisitulah saya coba menerapkan beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum memulai investasi

Pertama, tulislah seluruh daftar pemasukan dan pengeluaran selama 3 bulan kedepan, sehingga kita secara detail dapat mengetahui kemana saja uang tersebut dihabiskan. Ternyata dari pengalaman pribadi pos pengeluaran terbesar saya dan keluarga adalah jajan dan makan diluar.

Memang hangout sambil kulineran itu hobi menahun yg sudah dr sebelum nikah kami lakukan, setiap weekend pasti ada acara keluar dan pastinya ada uang yg dikeluarkan untuk makanan. Nah disitulah porsi terbesar pengeluaran saya.

Menurut Prita, jika kita sdh mengetahui pos mana yg sekirana bisa kita rem untuk menghemat anggaran, kita akan lebih rasional dalam membelanjakan uang. Contoh jika saya sdh tau kuliner menghabiskan banyak uang di weekend saya, sy bisa menyiasatinya dengan memasak dan makan terlebih dahulu dirumah sebelum jalan keluar, sehingga nanti kalau "kongko-kongko", tidak harus beli makanan2 berat yang tentunya lebih mahal, mungkin cukup dengan ngopi2 atau a slice of cake :))

Nah setelah kita tahu kemana saja uang tersebut dibelanjakan, lalu aturlah porsi pengeluaran pribadi secara seimbang, dengan perbandingan sebagai berikut :

1) pos untuk biaya cicilan hutang (seperti KPR dan kredit kendaraan) serta cicilan kartu kredit tidak boleh lebih dari 30% dari keseluruhan pendapatan keluarga

2) 40 - 50% digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari mulai dari belanja bulanan, bayar tagihan listrik, pulsa, internet, tv kabel, bensin, ongkos, biaya sekolah anak (SPP dan uang jajan), dll

3) Sisihkan 5% dari pendapatan untuk sedekah dan kegiatan sosial

4) 20% sisanya digunakan untuk dana darurat (10%) dan investasi (10%)

Jika pos pengeluaran belum bisa sesuai dengan porsi diatas, seperti contoh ternyata setelah dihitung-hitung selama 3 bulan terakhir ini biaya utang lebih besar dari 30% dan tidak ada dana yang tersisa untuk dana darurat apalagi investasi.

Maka kita harus melihat utang dan cicilan terbesar bersumber darimana, jika ternyata ulahnya kartu kredit lkita bisa lihat kembali barang-barang apa saja yang kita beli, apakah barang tersebut benar-benar kita butuhkan atau hanya sekedar keinginan untuk memilikinya. Salah satu cara yang bisa dicoba adalah dengan menjual barang-barang yang tidak terpakai untuk menutupi utang-utang konsumtif atau bahkan jika memungkinkan tidak menggunakan kartu kredit kembali.

Selain itu jika pengeluaran untuk biaya bulanan juga membengkak, kita perlu atur ulang apa saja yang bisa kita hemat seperti pemakaian pulsa hp, internet, listrik atau langgannan tv kabel yang bisa kurang serta uang jajan dan ongkos /bensin yang bisa disiati dengan naik kendaran umum atau membawa bekal dari rumah, sehingga bisa menghemat uang makan siang.

Porsi dana darurat dan investasi harus dibedakan, karena keduanya juga punya fungsi yang berbeda-beda. Sebaiknya kita tidak menggunakan pos dana darurat sebagai modal investasi, karena jika suatu saat ada kondisi yang mendesak dan memerlukan uang segera, nilai investasi yang kita harapkan pun menjadi sia-sia. Atau jika berinvestasi pada instrumen jangka panjang, jika kita harus menjual dalam kondisi yang terdesak maka return yang diperoleh pun tidak maksimal.

Nah, oleh karenanya sebelum berinvestasi pada bidang apapun, sebaiknya kita mengukur dulu kebutuhan dan keuangan keluarga, akan lebih baik jika investasi dimulai setelah dana darurat keluarga tercukupi. Banyak ahli keuangan yang menjelaskan porsi dana darurat untuk yang telah berkeluarga sekitar 3 hingga 5 kali besarnya pengeluaran sebulan. Jadi jika pengeluaran bulanan5 hingga 7 juta maka dana darurat yang harus disiapkan sebesar 15 hingga 35 juta.

Dana darurat bisa ditaruh dalam tabungan atau instrumen likuid yang bisa dicairkan dengan cepat seperti emas dan perhiasan. Dan menurut saya jika kita lebih memilih untuk menempatkannya di Bank, perhatikan biaya administrasi dan potongan bulanan yang diberlakukan pada Bank tersebut.

Jika jumlah potongannya melebihi besaran bunga bank yang ada, maka sedikit demi sedikit tabungan kita pun akan berkurang. Menurut pengalaman teman saya, ada satu Bank yang sudah digunakan nya bertahun untuk menyimpan dana darurat tanpa potongan biaya administrasi sehingga tabungan nya pun tetap utuh.

Selain itu, Prita juga menjelaskan kalau semua pendapatan keluarga dalam satu bulan, harus memiliki porsi pengeluaran yg seimbang, dan yang paling penting cicilan hutang dan kartu kredit tidak boleh lebih dr 30% total pendapatan keluarga. Nah 40-50% nya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari2 mulai dari belanja bulanan, bayar listrik aer, pulsa, tv kabel, internet, bensin, biaya sekolah anak, dll.

10% nya digunakan untuk dana darurat, 5% nya untuk sedekah dan 10% yang terakhir adalah untuk investasi. Sehingga dana investasi tidak lah menggangu pos2 lain dalam kebutuhan keluarga, memiliki anggaran sendiri yang terpisah dengan tujuannya jika belum bisa memberikan return dalam jangka pendek, kita tidak harus menjualnya jika ada kebutuhan lain yg mendesak dan memerlukan uang dengan cepat.

Nah sekarang kan sudah banyak jenis investasi yang bisa kita pilih, mulai dari nominal 100rb perbulan pun bisa. jadi berinvestasi itu tidak harus memiliki modal yang besar, sudah bisa mulai dicicil setiap bulannya.

Pilihan investasi pertama saya waktu itu adalah reksadana saham alasannya karena return nya paling tinggi diantara jenis reksadana yang lain (sekitar 15% yoy pertahun). Saya cicil dengan sistem auto invest 500 ribu perbulan. Dan tidak terasa setelah satu tahun berikutnya saya mendapat return 800 ribu dari RD ini.. Seneng kan :)))

Keuntungan ini dihasilkan dari kenaikan NAB (nilai aktiva bersih) dari harga beli bulan pertama hingga bulan ke 12. NAB juga dipengaruhi dari peningkatan harga saham-saham yang tergabung dalam RD tersebut.

Selain saham ada beberapa jenis RD yaitu, RD campuran yang merupakan gabungan dari saham dan obligasi dengan rata2 return pertahun 12%. RD pendapatan tetap yang berisi instrumen obligasi negara dengan sistem return dari pembagian kupon berkala, pertahun bisa menghasilkan 8-12% keuntungan. RD pasar uang return nya sama dengan bunga deposito sekitar 5-6% setahun.

Nah jadi bagi yg masih bingung mau investasi apa, mungkin pilihan reksadana bisa diambil dengan memanfaatkan auto invest yg nominalnya pun sangat terjangkau, kita udh bisa dpt return yg bisa dipake mungkin untun jalan2 keluarga, nambahin biaya masuk sekolah anak, beli baju seragam atau keperluan sekolah lain, atau malah bisa juga digunakan untuk beli investasi yg lain

So happy investing 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun