Mohon tunggu...
Suci Nurhandayani
Suci Nurhandayani Mohon Tunggu... Guru - Guru GTT, Ibu rumah tangga

Saya suka menulis, belajar hal2 baru yang menantang,

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kelahiran Anak-anakku

12 November 2022   22:55 Diperbarui: 12 November 2022   23:26 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

17 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 8 April 2005, telah lahir anakku yang pertama berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,7kg. Ada yang membuatku menangis ketika melihatnya pertama kali, kulitnya setipis plastik, sangat transparan sampai-sampai semua urat-uratnya kelihatan. 

Memang bukan salah anakku jika dia lahir dengan keadaan seperti itu, disinilah aku yang menjadi penyebab utamanya. Selama dalam kandungan tak henti-hentinya dia kubawa dalam nestapa, terlalu banyak beban pikiran.

Jika diluar sana kebanyakan orang hamil penuh dengan suka cita, tapi berbeda denganku, tidak ada kegembiraan selama masa kehamilan. Meskipun demikian Tuhan masih berbaik hati, selama masa kehamilan, anakku sama sekali tidak pernah rewel, dia begitu anteng didalam perutku seolah dia mengerti jika Ibunya sedang tidak baik-baik saja. 

Tidak ada permintaan yang aneh-aneh layaknya orang hamil, tidak ada pusing ataupun mual. Kesalahanku yang kedua, selama masa kehamilan aku selalu minum jamu gendongan, karena ketidak-tahuanku, juga karena kepolosanku yang belum berpengalaman ditambah lagi tidak ada yang memperhatikanku selama masa kehamilan, makanya aku membangun persepsiku sendiri, aku hanya ingin anakku sehat.

Hanya itu yang ada dalam pikiranku saat itu, yang ternyata baru aku ketahui kalo minum jamu itu benar sehat tapi ke janin panas. Ya Tuhan, bodohnya aku, tapi menyesalpun tiada guna dan menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Hingga tibalah waktu melahirkan, seolah Tuhan selalu menjagaku, tidak ada kesakitan yang berarti selama proses kelahirannya, hanya pinggang saja yang terasa ngilu, selebihnya hanya seperti orang sakit perut. Pada saat lahir tangisannyapun hanya sebentar. Ternyata ujian masih menghampiriku, belum genap 40 hari usia anakku, tumbuh benjolan sebesar salak di kepalanya.

Ya Allah Ya Tuhanku, anakku begitu kuat, dia sama sekali tidak menangis, hanya meleguh saja jika terasa nyeri, kadang dia tersenyum seolah berkata " Ibu, aku baik-baik saja, jangan menangis". Dan ternyata itu juga Karena kebodohanku, susu yang kuberikan salah takaran sehingga anakku kelebihan protein hewani. Atas anjuran dokter harus diganti dengan susu soya.

23 September 2012 anak kedua lahir, berjenis kelamin perempuan, dengan berat 3,4kg. Setiap kehamilan anak-anakku ada cerita unik tersendiri. Selama kehamilan anak yang kedua, aku dinyatakan ada kista di dalam rahimku, namun dokter berpesan padaku harus memberikan nutrisi yang lebih agar nanti kistanya bisa hancur seiring dengan perkembangan janin di perut, alhasil setiap bulan aku harus kontrol ke dokter obygen, belum lagi di kehamilan yang ini aku merasakan mual, pusing yang cukup parah dari trimester pertama sampai usia kandungan 34 minggu. 

Hamil di saat kuliah, sungguh suatu tantangan tersendiri, dengan keadaan yang serba terbatas, kadang harus bolos kuliah karena memang pusing yang luar biasa. Pada saat KKN aku harus ikhlas dengan nilai C karena memang hampir aku tidak bisa datang ke desa tempatku KKN. 

Selama kehamilan yang kedua ini, saya menjadi sering bersolek namun anehnya pada saat prediksi akhir diagnose dokter laki-laki. Bulan September yang harusnya aku diwisuda aku lalui di ruangan dokter obygen berjuang melahirkan buah hatiku yang kedua.

Dan saya melahirkan bayi yang cantik sesuai perkiraan awal. Pada saat melahirkan aku merasa aneh kenapa sampai pembukaan enam sama sekali tidak merasakan sakit seperti kebanyakan orang yang akan melahirkan.

23 April 2020 anak ketiga lahir berjenis kelamin perempuan, kali ini aku sama sekali tidak tahu beratnya karena lanngsung dibawa ke NICU. Selama kehamilan anak yang ketiga, nestapa kembali hadir dalam hidupku, seperti de javu dari nestapa bahagia kembali ke nestapa seolah-olah Tuhan tiada henti menguji kesabaran dan keikhlasanku. 

Usia kandungan 30 minggu aku dinyatakan PE (Pre-eclampsia). Pre-eklamsia adalah peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine yang terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Bila tidak segera ditangani, preeklamsia bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.

Aku terpaksa harus bolak balik ke rumah sakit karena pembengkakan di setiap bagian tubuhku dari mulai kaki, tangan, wajah. Pada saat akan melahirkan aku harus di oksigen, diberikan suntikan yang super panas sebanyak 3x, entah itu apa tapi yang aku rasakan panas seperti di atas bara api disekujur tubuhku. 

Ku pasrahkan semua ke Tuhan yang telah mengatur segalanya. Setelah melalui drama yang cukup panjang akhirnya aku bisa melahirkan normal meskipun awalnya aku pesimis karena kondisi PE juga karena usia di atas 35 tahun. Alhamdulillah anakku lahir sehat meskipun di tengah COVID-19. 

Benar yang dikatakan bidan atau dokter bahwa hamil di atas usia 35 tahun sangat beresiko, ada banyak factor yang harus dipertimbangkan, walaupun akhirnya tetap kembali pada ketetapan sang Khalik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun