Mohon tunggu...
Suci Mulyati
Suci Mulyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabda Rindu "Bantu Aku Tumbuh"

18 Agustus 2022   01:20 Diperbarui: 18 Agustus 2022   01:20 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BAB 1 

BANTU AKU TUMBUH

Di dunia ini tidak harus selalu menjadi orang baik jika perlu sesekali jadi orang jahat karena pada kenyataannya dunia ini tidak selalu memanusiakan manusia.

Apa yang kamu anggap manis tidak selamanya manis toh kue yang dibuat dengan bahan dasar gula pada kenyataannya selalu ada yang rasanya kurang manis. Dan apa yang kamu anggap pahit tidak selamanya pahit toh kopi saja jika ditambahkan gula pahitnya akan ternetralkan. Sama seperti hidup akan selalu ada pahit dan manis ketika keduanya seimbang dan mampu menopang percayalan tidak akan ada yang namanya terlalu manis dan terlalu pahit yang ada hanya perpaduan rasa yang nikmat.

Tidak terasa dunia ini semakin menunjukan sisi buruknya. Ditambah pertumbuhan usia yang mamasuki kepala dua membuat gadis berambut coklat, hidung mancung, senyum kempis, bola mata coklat dan sangat menyukai warna pink itu terpaksa menurutu semua permintaan Ibunya. Bagaimana tidak gadis itu mempunyai keyakinan bahwa Ibu adalah segalanya, kebahagiaan ibu adalah hal yang utama.

Hidup dan tumbuh dari keluarga muslim membuat dirinya mempercayai bahwa surga berada ditelapak kaki Ibu dan Ibulah yang harus selalu dia hormati karena ridha Ibu adalah ridha Allah dan murka Ibu adalah murka Allah SWT.

Namanya Latte Macchiato, terdengar seperti nama minuman yang dijual di caffe-caffe bukan? Tapi dia berbeda dia bukan Latte Macchiato yang biasa disajikan di Caffe. Dia adalah tokoh utama dalam cerita fenomenal ini.

"Atte." Itulah nama panggilan gadis itu.

"Iya Mah, ada apa?" sahut Atte dari arah kamarnya.

"Mamah ingin kamu mengelola bisnis Ayah di Jakarta," pinta wanita paruh baya itu yang sudah berada di depan pintu kamar anaknya.

"Tapi Mah, aku tidak pandai dalam berbisnis," sanggah Atte.

"Kamu ya kebiasaan selalu menyerah sebelum mencoba. Ayah kamu sudah tidak ada Atte mau sama siapa lagi diurusnya? Kamu satu-satunya pewaris tunggal Ayah kamu kalau bukan kamu siapa lagi?" kekeh wanita paruh baya itu Wulan Sagarinta namanya.

Semenjak kepergian Ayahnya, Atte dipaksa harus mengurus Caffe peninggalan Ayahnya di Jakarta membuat kehidupan Atte semakin dikekang.

"Atte ingin kuliah Mah. Lagipuls aku tidak sepandai Ayah dalam membuat kopi," pembelaan Atte.

"Kamu enggak usah kuliah! buat apa kuliah? Sekolah saja kamu bermasalah. Mamah tidak bisa banyangkan kalau kamu kuliah terus kamu buat onar lagi kayak di sekolah, mau jadi apa kamu? Mending kamu urus saja bisnis Ayah," tegas wanita parus baya itu.

"Jadi mamah nyalahin aku kalau aku selalu buat masalah di sekolah? Mamah pernag gak sih mikirin perasaan aku? bagaiana jadi aku? kalau saja mamah tidak memaksa aku untuk masuk kesekolah itu dan ambil jurusan IPA aku tidak akan bermasalah Mah. Mamah kan tahu dari SMP aku tidak suka dengan IPA lalu kenaa Mamah maksa aku buat masuk jurusan itu? Coba mamah pikirkan perasaan aku? Mamah pikirin bagaimana aku harus mencoba memahami semua yang tidak aku sukai," ucap Atte seraya bercucuran air mata.

Tidak ada tapi-tapi Minggu depan mamah anter kamu ke Jakarta, di sana ada om Rudi dan tente Mayang yang akan mengajarkan kamu membuat kopi yang enak," final Wulan.

Dari sinilah awal mulanya...

Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berjalan dengan baik. Jadi akukan apa yang membuat kamu nyaman. 

Temukan kelanjutannya di Wattpad ya :) http://www.wattpad.com/story/31325426 jangan lupa mampir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun