Semenjak kepergian Ayahnya, Atte dipaksa harus mengurus Caffe peninggalan Ayahnya di Jakarta membuat kehidupan Atte semakin dikekang.
"Atte ingin kuliah Mah. Lagipuls aku tidak sepandai Ayah dalam membuat kopi," pembelaan Atte.
"Kamu enggak usah kuliah! buat apa kuliah? Sekolah saja kamu bermasalah. Mamah tidak bisa banyangkan kalau kamu kuliah terus kamu buat onar lagi kayak di sekolah, mau jadi apa kamu? Mending kamu urus saja bisnis Ayah," tegas wanita parus baya itu.
"Jadi mamah nyalahin aku kalau aku selalu buat masalah di sekolah? Mamah pernag gak sih mikirin perasaan aku? bagaiana jadi aku? kalau saja mamah tidak memaksa aku untuk masuk kesekolah itu dan ambil jurusan IPA aku tidak akan bermasalah Mah. Mamah kan tahu dari SMP aku tidak suka dengan IPA lalu kenaa Mamah maksa aku buat masuk jurusan itu? Coba mamah pikirkan perasaan aku? Mamah pikirin bagaimana aku harus mencoba memahami semua yang tidak aku sukai," ucap Atte seraya bercucuran air mata.
Tidak ada tapi-tapi Minggu depan mamah anter kamu ke Jakarta, di sana ada om Rudi dan tente Mayang yang akan mengajarkan kamu membuat kopi yang enak," final Wulan.
Dari sinilah awal mulanya...
Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berjalan dengan baik. Jadi akukan apa yang membuat kamu nyaman.Â
Temukan kelanjutannya di Wattpad ya :) http://www.wattpad.com/story/31325426 jangan lupa mampir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H