Mohon tunggu...
Suci Mulyati
Suci Mulyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya tilawah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Emosional Intelligence yang Dikemukakan oleh Daniel Goleman

7 November 2024   17:50 Diperbarui: 7 November 2024   17:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Emosional Intelligence Menurut Daniel Goleman

Berikut adalah konsep kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman.

Latar Belakang Kecerdasan Emosional :

Kecerdasan emosional, atau Emotional Intelligence (EI), menjadi perhatian luas setelah Daniel Goleman menerbitkan bukunya Emotional Intelligence : Why It Can Matter More Than IQ pada tahun 1995. Dalam buku ini, Daniel Goleman mengajukan pandangan bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ), melainkan juga oleh kemampuan mengelola emosi atau yang ia sebut sebagai kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman, adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, mengelola, dan memanfaatkan emosi secara efektif, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Ia berpendapat bahwa mereka yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat berinteraksi dengan lebih baik, membangun hubungan yang lebih kuat, dan mencapai keberhasilan lebih tinggi dibandingkan mereka yang hanya memiliki IQ tinggi tetapi tidak pandai mengelola emosi. Dalam berbagai penelitian, kecerdasan emosional ini terbukti memiliki peran besar dalam menentukan kebahagiaan, kesuksesan, dan kesejahteraan seseorang di berbagai aspek kehidupan.

Lima Komponen Utama Kecerdasan Emosional menurut Daniel Goleman :

Daniel Goleman membagi kecerdasan emosional ke dalam lima komponen utama yang saling berkaitan, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing komponen:

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah dasar dari kecerdasan emosional. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri serta bagaimana emosi tersebut dapat mempengaruhi pikiran, perilaku, dan keputusan. Orang yang memiliki kesadaran diri yang baik mampu mengidentifikasi emosi yang mereka rasakan, memahami penyebabnya, dan mengenali bagaimana emosi tersebut memengaruhi tindakan mereka.

Dengan kesadaran diri, seseorang mampu menilai kelebihan dan kelemahan dirinya secara jujur. Mereka bisa lebih objektif dalam menilai situasi dan berani menghadapi fakta tentang diri sendiri, baik positif maupun negatif. Kesadaran diri yang tinggi juga membantu seseorang untuk lebih peka dalam menghadapi situasi stres atau konflik.

2. Pengaturan Diri (Self-Regulation)

Pengaturan diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat dan konstruktif. Ini berarti bisa menahan diri dari ledakan emosional, menunda kepuasan, serta mengendalikan impuls yang mungkin merugikan. Pengaturan diri juga melibatkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan situasi yang tidak terduga, serta menjaga ketenangan dalam menghadapi tantangan.

Orang dengan pengaturan diri yang baik cenderung tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi negatif. Mereka dapat berpikir jernih dan mengambil keputusan secara rasional, bahkan saat dihadapkan dengan situasi yang sulit. Ini membuat mereka lebih bisa diandalkan dan lebih bijaksana dalam menghadapi konflik atau masalah.

3. Motivasi (Motivation)

Motivasi dalam konteks kecerdasan emosional adalah dorongan internal untuk mencapai tujuan, di luar dorongan finansial atau ego. Daniel Goleman menggambarkan motivasi sebagai semangat atau antusiasme yang muncul dari dalam diri, yang membuat seseorang terus maju meskipun menghadapi kesulitan atau kegagalan.

Orang dengan motivasi yang tinggi memiliki keinginan untuk terus belajar dan berkembang, mereka memiliki standar yang tinggi, dan mereka tetap optimis walaupun menghadapi tantangan. Mereka tidak mudah putus asa dan memiliki kemampuan untuk melihat kegagalan sebagai pelajaran. Daniel Goleman berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah pendorong utama di balik prestasi dan produktivitas seseorang.

4. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain. Orang yang memiliki empati tinggi dapat lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang di sekitarnya. Empati sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik, karena membuat seseorang lebih mampu berkomunikasi dan memahami sudut pandang orang lain.

Dalam konteks sosial atau kerja, empati membantu seseorang untuk menilai emosi dan kebutuhan timnya serta merespons dengan cara yang mendukung. Ini sangat berguna bagi para pemimpin, yang harus bisa memahami kondisi emosional timnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis. Empati juga mendorong perilaku etis dan rasa hormat terhadap perbedaan individu.

5. Keterampilan Sosial (Social Skills)

Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang baik dengan orang lain. Ini mencakup kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, berkolaborasi, mempengaruhi, menginspirasi, dan menyelesaikan konflik. Orang dengan keterampilan sosial yang baik mampu mengelola hubungan interpersonal dengan baik dan sering kali menjadi pemimpin yang efektif.

Dalam situasi profesional, keterampilan sosial membuat seseorang mampu bekerja sama dalam tim, memotivasi orang lain, serta membangun jaringan yang bermanfaat. Mereka tahu bagaimana mengekspresikan pendapat dengan cara yang bisa diterima oleh orang lain, sehingga meminimalkan konflik. Ini juga termasuk kemampuan mendengarkan secara aktif, menghargai orang lain, dan beradaptasi dengan gaya komunikasi lawan bicara.

Pentingnya Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman menekankan bahwa kecerdasan emosional lebih dari sekadar mengendalikan emosi. Ini adalah keterampilan hidup yang penting dalam mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Dalam dunia kerja, kecerdasan emosional sering kali menjadi faktor penentu dalam promosi, kepemimpinan, dan hubungan antarpekerja.

Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan, berkomunikasi lebih efektif, dan menunjukkan kepercayaan diri serta empati yang besar. Mereka juga biasanya lebih bahagia dan puas dengan hidupnya karena mampu mengelola emosinya dengan baik, sehingga tidak terjebak dalam stres yang berlebihan atau konflik yang merugikan.

Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Meskipun beberapa orang mungkin secara alami memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, menurut Daniel Goleman, kecerdasan emosional juga dapat dikembangkan melalui latihan dan kesadaran diri. Beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional antara lain:

Melatih kesadaran diri dengan rutin merefleksikan diri dan emosi yang dirasakan.

Berlatih pengendalian diri dalam situasi emosional, seperti menunda reaksi terhadap hal yang memicu kemarahan.

Mengembangkan empati dengan memperhatikan bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi orang lain.

Melatih keterampilan sosial melalui komunikasi yang lebih baik, mendengarkan aktif, dan belajar menyelesaikan konflik secara positif.

Dengan mengembangkan kecerdasan emosional, seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya, menjadi individu yang lebih berpengaruh dalam lingkungannya, dan memperkuat hubungan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun