Generasi-Z , yang lahir antara pertengahan 1990-2010 sedang menghadapi dilema karir yang unik di era digital ini. Mereka tumbuh dengan teknologi canggih, akses informasi tanpa bata, dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Di satu sisi, ada tekanan untuk mengikuti jejak tradisional memilih karir sebagai "budak korporat" atau mengambil resiko menjadi seorang pebisnis mandiri dengan memanfaatkan kemajuan tekonolgi.Â
Dari hasil survei menunjukkan bahwa 61,5% dari Gen-Z memilih menjadi pebisnis, sementara 34,6% memilih bekerja di perusahaan sebagai pegawai tetap sering disebut sebagai "budak korporat" dan sisanya, sebesar 3,9% lebih memilih menjadi seorang mahasihwa dan pegawai BUMN (pertamina dan pertambangan).
MENGAPA MEMILIH MENJADI BUDAK KORPORAT?
Pilihan ini tentu tidak muncul tanpa alasan. Harapan utama 34,6% Gen-Z yang memilih jalur korporat adalah untuk mengejar stabilitas ekonomi melalui gaji tetap dan benefit tambahan. Selain itu ada faktor lain yang membuat Gen-Z sulit memilih menjadi budak korporat.
Gaji tetap dan fasilitas, ini adalah 2 elemen penting yang yang sering menjadi pertimbangan utama dalam memilih pekerjaan dengan gaji yang tetap dan fasilitisa seperti transportasi, makan atau perumahan menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen-Z
Keamanan finansial, dengan gaji bulanan yag terjamin adalah alasan utaman Gen-Z memilih menjadi budak korporat yang dimana tidak khawatir dengan risiko kegagalan atau kerugian yang dapat terjadi dalam bisnis.
Kesempatan belajar dan berkembang, dimasa sekarang banyak perusahaan yang memberikan pelatihan, sertifikasi dan peluang promosi bagi Gen-Z untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Akan tetapi, kekurangan dari menjadi budak korporat adalah terbatasnya ruang untuk berinovasi. Sebagian dari organisasi besar, keputusan seringkali diambil oleh atasan, sehingga ide dan kreatifitas bisa terbatas.
MENGAPA MEMILIH MENJADI SEORANG PEBISNIS?
Disisi lain, bagi 61,5% gen-Z yang memilih untuk menjadi seorang pebisnis menganggap sebagai peluang untuk menuangkan segala inovasi dan kreatifitas yang dimiliki. Ditengah perubahan ekonomi global yang dinamis, peluang untuk membangun bisnis semakin terbuka terutama dengan kemajuan teknologi dan akses pasar yang lebih luas. Selain itu ada faktor yang membuat Gen-Z memilih menjadi seorang pebisnis.
Menyalurkan ide dan kreatiftas, dunia bisnis adalah tempat yang tepat bagi para Gen-Z yang ingin menuangkan ide-ide segar yang kreatif dan inovatif. Sebagai pebisnis, Gen-Z punya kendali penuh dalam menciptakan produk atau layanan yang unik sesuai dengan kreatifitasnya.
Mengejar passion, bagi Gen-Z bisnis dimulai dari minat yang mereka gemari. Sebagai generasi yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang luas, Gen-Z memiliki peluang besar untuk menuangkat minat menjadi usaha yang nyata.
Jam kerja yang flesible, biasanya Gen-Z tidak mau terikat dengan jam kerja yang tetap akan tetapi Gen-Z memilih untuk menentukan kapan dan bagaimana mereka bekerja. Ini adalah salah satu keuntungan besar bagi Gen-Z.
Membuka lapangan pekerjaan, dengan membangun bisnis Gen-Z dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, memberikan peluang penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan sekitar.
Akan tetapi, risiko kegagalan yang tinggi dan tanggungjawab yang besar menjadi tantangan utama bagi pebisnis, disisi lain dapat menciptakan dampak positif, baik bagi sendiri maupun orang lain sekaligus mengeksplore potensi penuh yang dimiliki.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Gen-Z adalah generasi yang berani bermimpi besar dengan 61,5% berkeinginan menjadi seorang pebisnis, mereka tidak hanya berupaya merealisasikan ide kreatif tetapi menjadikan usaha mereka sebagai cerminan nilai dan tujuan hidup. Dengan semangat inovasi, Gen-Z mampu menghadirkan solusi baru yang relevan dengan kebutuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI