Mohon tunggu...
Suci Mulyani
Suci Mulyani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Siber Asia

Penulis novel digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

6 Tipe Manajemen Konflik, Mana yang Lebih Efektif?

14 Juli 2021   08:13 Diperbarui: 14 Juli 2021   08:18 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah menjadi hal lumrah bahwa setiap individu pasti pernah mendapat konflik dengan individu lain maupun konflik antar organisasi, baik itu hal kecil atau besar. Lantas, apa penyebab konflik? Apa dampak dari konflik dan apa saja jenis manajemen konflik?

Sebelum membahas bagaimana konflik itu terjadi dan cara mengaturnya, ada baiknya perlu di ketahui arti konflik itu sendiri.

APA ITU KONFLIK?

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) "1996:518"

Konflik ialah percekcokan, perselisihan atau pertentangan.

Menurut Ariyono Suyono

Konflik adalah suatu proses atau keadaan dimana kedua belah pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai atau pun tuntutan dari masing-masing pihak.

Menurut James W. Vander Zanden

Dalam bukunya yang berjudul Sociology, James mengungkapkan bahkan konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan maupun menyisihkan lawan mereka.

Dari pandangan para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa penyebab konflik terjadi karena;

  • Adanya perbedaan kepentingan masing-masing individu
  • Adanya perbedaan pemikiran atau pemahaman
  • Adanya perbedaan peraturan yang dianut sehingga menjadi pemicu perdebatan
  • Adanya perbedaan cara pandang
  • Perubahan situasi dan kondisi maupun lingkungan baru
  • Adanya ketidakjelasan tujuan

Konflik merupakan hal yang bisa terjadi antar individu, antar tim work, internal organisasi bahkan sampai eksternal antar organisasi. Biasanya semakin luas ruang lingkup konflik maka akan semakin kompleks pula permasalahannya, sayangnya ruang lingkup konflik yang luas akan semakin sulit pula mencari solusi. Lalu apa dampaknya jika konflik tersebut ada dalam skala yang cukup besar?

Yang pertama ialah dampak langsung yang akan secara otomatis menciptakan suasana kondisi lingkungan organisasi yang kurang kondusif serta terganggunya mekanisme kerja tim karena terhambat dengan hubungan yang tidak harmonis antar tim.

Yang kedua adalah dampak tidak langsung, yaitu akan terciptanya kehambatan proses pencapaian suatu organisasi dan menurunkan kinerja organisasi.

Jika konflik tidak diselesaikan dengan segera atau dibiarkan berlarut-larut begitu saja maka dampak langsung maupun tidak langsung yang sudah dipaparkan diatas akan semakin merugikan pada masing-masing individu atau organisasi terkait yang bermasalah. Maka setiap individu perlu memahami dan memiliki manajemen konflik dengan baik agar dapat ia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

(gambar dari pixabay)
(gambar dari pixabay)

Tujuan memahami manajemen konflik tentu saja untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik, bagaimana seseorang berpikir, bersikap dan mengutarakannya agar tidak terjadi percekcokan. Menghindari dari konflik yang sedang berlangsung agar tidak memperkeruh suasana, atau berinisiatif menyelesaikan konflik dalam waktu sesingkat mungkin.

Menurut Dawn M. Baskerville, ada enam tipe manajemen konflik, diantaranya;

  • Tipe Avoiding

Tipe ini merupakan individua tau organisasi yang cenderung lebih memilih menghindari konflik. Hal-hal sensitive yang sekiranya dapat memicu perdebatan sebisa mungkin harus dihindari. Memanajemen konflik dengan cara Avoiding merupakan cara efektif untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari konflik.

  • Tipe Acomodating

Individu atau organisasi mengumpulkan berbagai pendapat dari banyak pihak agar dapat mencari solusi dengan tetap mengutamakan kepentingan salah satu pihak yang berkonflik. Cara ini bisa menyelesaikan konflik namun bisa jadi menimbulkan konflik baru.

  • Tipe Compromising

Tipe ini berbeda dengan tipe Acomodating, yang mana compromising lebih memperhatikan pendapat serta kepentikan semua pihak secara menyeluruh. Berkompromi serta bernegosiasi dengan pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menemukan jalan tengah, solusi untuk kebaikan Bersama.

  • Tipe Competing

Menyelenggarakan kompetisi bagi pihak yang terlibat konflik untuk saling memenangkan kepentingan masing-masing dianggap lebih efektif. Namun dibalik itu, manajemen konflik dengan tipe competing merupakan strategi cadangan dan dianggap kurang adil jika kedua belah pihak yang bersaing tidak memiliki kekuatan yang seimbang.

  • Tipe Colaborating

Menyelesaikan konflik dengan cara bekerjasama untuk meraih hasil yang memuaskan sebab semua pihak berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah serta tetap fokus pada kepentingan semua pihak. Tipe ini merupakan manajemen konflik yang menerapkan win-win solution.

  • Tipe Conglomeration

Conglomeration atau mixture type menyelesaikan konflik dengan cara memadupadakan kelima tipe manajemen konflik lainnya. Tipe ini merupakan penyelesaian konflik yang banyak memakan waktu dan tenaga.

Dengan mengetahui penyebab, dampak serta berbagai tipe manajemen konflik, sudah selayaknya tiap individu memiliki sikap toleran, sudut pandang yang luas, pemahaman yang terbuka serta bijak dalam bertindak.

Demikian, semoga membantu dan sukses selalu.


Suci Mulyani - Universitas Siber Asia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun