Mohon tunggu...
Suci Julia Asyari
Suci Julia Asyari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik

Content Planner, Coppy Writer, Staff Event Organizer. Seorang ambivert yang gemar membaca dan menulis. Tertarik akan isu seputar kejurnalistikan, pendidikan, kepelajaran, self improvement, dan juga politik. Suka masak, jalan-jalan, dan kulineran. Pembelajar yang tidak akan pernah usai.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Duta Baca sebagai Pionir dalam Upaya Meningkatkan Kualitas SDM Kabupaten Cianjur melalui Literasi Digital di Tengah Era Society 5.0

2 Juni 2024   16:24 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan dan kemajuan teknologi dari hari ke hari seakan tidak pernah berhenti. Baru-baru ini masyarakat diramaikan dengan fenomena yang dikenal dengan "era society 5.0". Dilansir dari laman Online Learning Binus University, society 5.0 adalah salah satu konsep yang memungkinkan manusia menggunakan ilmu pengetahuan berbasis modern seperti artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), dan robot untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman. Society 5.0 digagas oleh negara Jepang pada 21 Januari 2019 sebagai bentuk resolusi atas konsep revolusi industri 4.0. Dalam society 5.0, manusia merupakan komponen utama dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi modern.

Kehidupan masyarakat di zaman ini sangat erat dengan berbagai produk teknologi, tak terkecuali gawai yang terkoneksi dengan internet. Ada istilah yang mengatakan bahwa hanya dengan gawai kita seakan bisa menggenggam dunia. Bagaimana tidak? Hanya dengan gawai, segala informasi dari berbagai penjuru dunia dapat dengan mudah kita ketahui hanya dalam hitungan detik. Dilansir dari laman Indonesiabaik.id, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023, atau sekitar 78,19% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah tersebut meningkat 2,67% dari periode sebelumnya yaitu sebanyak 210,03 juta pengguna. Bila dirinci berdasarkan kategori provinsi, Jawa Barat menempati posisi ketiga teratas dengan jumlah pengguna internet sebanyak 82,73%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa kondisi masyarakat saat ini sudah sangat lekat dengan kemudahan akses informasi digital, baik dalam menerima ataupun menyebarkan informasi.

Dewasa ini, gawai beserta internet seakan sudah menjadi kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup masyarakat. Arus informasi terus hilir mudik tiada henti, perangkat teknologi, dalam hal ini khususnya teknologi informasi, menghasilkan produk informasi hampir setiap saat. Hal inilah yang mengakibatkan informasi digital terus tumbuh dengan sangat pesat. Berdasarkan hasil penelitian Domo dalam Hotz (2017), dalam satu menit terdapat 350.000 tweets, 2,5 juta instagram posts, dan 3 juta facebook updates. Hingga tahun 2017, sebanyak 90% data digital yang ada diproduksi tahun 2015-2017. Para ilmuwan menyebut fenomena ketika informasi terus meluap tak terkendeli dengan istilah "information overload".


Seorang Filosof IT Universitas Oxford dari Italia bernama Luciana Floridi, menyatakan bahwa kondisi masyarakat secara umum pada hari ini diibaratkan sebagai sebuah pohon besar dengan akar yang rapuh, sedangkan luapan informasi diibaratkan sebagai buah dan daun yang bertebaran dari pohon tersebut. Ketika ada badai maka pohon tersebut akan mudah tumbang. Luapan informasi yang masyarakat terima melalui gawai beserta internet, bahkan dari seluruh penjuru dunia membuat masyarakat sulit untuk mendapat informasi bermutu yang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini kebenaran suatu informasi menjadi bias, karena banyak dari elemen masyarakat memandang bahwa bentuk keterbukaan informasi merupakan sesuatu yang positif. Padahal, tidak semua informasi bersifat baik dan benar. Tidak jarang, informasi yang ada malah keliru bahkan merugikan. Oleh karena itu, masyarakat perlu memiliki kemampuan analisis agar tidak mudah menerima segala informasi yang ada secara mentah-mentah. Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan analisis dalam diri masyarakat adalah dengan menggaungkan gerakan literasi digital.

Bagi saya, literasi tidak hanya merujuk pada aktivitas membaca dan menulis secara tekstual, lebih dari itu literasi juga merujuk pada seperangkat kemampuan dalam menganilisis dan mengolah informasi yang diperoleh baik secara tekstual maupun kondisional. Literasi digital adalah seperangkat kemampuan untuk membaca, menulis,menganalisis dan mengolah informasi yang diperoleh melalui media teknologi digital seperti internet, gawai, dan komputer. Dilansir dari laman dpr.go.id Ketua Komisi X DPR RI, Bapak Syaiful Huda menyampaikan bahwa Indeks Literasi Indonesia di dunia sangat memprihatinkan. Berdasarkan Survei PISA pada tahun 2018, Indonesia hanya memperoleh skor 371 yang akhirnya menempatkan Indonesia pada posisi nomor 74 dari 79 negara. Adapun menurut penilaian berdasarkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), skor Indonesia pada tahun 2022 hanya 64,48 dari skala 1-100.

Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah yang ada di Indonesia secara umum, dan Jawa Barat secara khusus, merupakan daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah di Jawa Barat. Pada tahun 2021, IPM Cianjur berada di angka 65,56 poin. Tingkat literasi di Cianjur masih tergolong rendah, minimnya minat literasi tersebut tentu dapat berpengaruh pada IPM di Cianjur. Aplikasi GECOO (Gerakan Cianjur Maca Online Offline) yang diluncurkan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Cianjur menjadi salah satu upaya yang diharapkan dapat meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat. Aplikasi GECOO menjadi wadah bagi masyarakat Cianjur untuk berliterasi baik secara tekstual melalui buku fisik maupun secara digital.


Untuk meningkatkan kualitas SDM Cianjur yang kelak mampu berinovasi dan memiliki daya saing tinggi, perlu adanya penanaman budaya literasi sejak dini, khususnya literasi digital. Memasuki era society 5.0 mengakibatkan banyak sektor dalam kehidupan masyarakat Cianjur mengalami proses digitalisasi dan modernisasi. Dengan segala kemudahan akses terhadap informasi, masyarakat Cianjur perlu dibekali dengan kemampuan literasi dan kemampuan analisis yang tajam. Karena jika masyarakat tidak dibekali dengan dua kemampuan tersebut, bukan tidak mungkin masyarakat akan tersesat di antara belantara informasi yang datang tiada henti. Akhirnya infromasi yang diperoleh bukan mendatangkan kebermanfaatan, tapi malah merugikan.

Duta Baca Cianjur sebagai salah satu pionir dan promotor literasi di kalangan anak muda Cianjur, memiliki peran yang cukup sentral dan krusial. Anak muda adalah aset bangsa, karena selama ini anak muda dipandang sebagai salah satu elemen di masyarakat yang berpotensi untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif. Saya yakin melalui berbagai agenda mandiri maupun kolaborasi antara Duta Baca Cianjur dengan berbagai lembaga dan stakeholder di Cianjur dalam menggaungkan gerakan literasi, sedikit banyak dapat meningkatkan minat literasi di kalangan masyarakat Cianjur. Dengan upaya yang dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten, bukan tidak mungkin kelak Cianjur bisa keluar dari posisi IPM terendah di Jawa Barat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun