Agus, Bagai Makan Buah Simalakala
AH selama ini cukup konsisten pada pilihannya di luar jalur politik. Terbukti ia tidak pernah masuk ke dunia politik meskipun bapaknya kala itu seorang presiden.
Menurut saya, tidak mudah bagi AH untuk tetap konsisten pada pilihannya , karena godaan besar pasti ada saat  bapaknya menjabat orang pertama di negeri ini. Jika saja AH mau berpolitik, ia dengan mudah bisa melakukannya. Dengan dukungan bapaknya yang presiden, AH bisa saja menduduki kursi petinggi parpol, menteri  atau menjadi  kepala daerah.
Tetapi itu tidak dilakukannya. Â Itu membuktikan AH serius menekuni karir militernya. Ia bercita-cita mencapai karir tinggi di militer paling tidak sampai menyandang jenderal bintang empat dipundaknya.
Namun, ia terpaksa menyerah dengan ambisi keluargnya, bapak dan ibunya ayang ingin meneruskan dinasti politik di negeri ini.
AH bagaikan makan buah simalakama, ia bersikeras menolak keinginan bapaknya tetapi ia juga tidak mau dianggap  menjadi anak durhaka.
Maka tak ada jalan lain selain mengiyakan  perintah bapaknya untuk maju pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Padahal AH sendiri setengah hati dan tidak rela melepas karier  di militer yang dibangunnya sejak  usianya masih sangat muda.
AH menjadi korban ambisi politik orangtuanya yang kejam dan tidak mau menghargai pilihan anaknya sendiri.  AH akan semakin terpuruk karena sudah resign dari militer dan tidak terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. DUhhhhhh…..kejamnya pak BY. **
_Solo, 23 September 2016_
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI