Terang benderang, jelas sejelas-jelasnya, selesai sudah, setelah PDIP memberikan pengumumam resmi untuk mengusung bakal calon gubernur DKI Jakarta 2017 yaitu pasangan  Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Syaiful Hidayat  (di singkat Adjo).
Kenapa terang,jelas dan selesai? Ya, terang benderang karena pilihan politik PDIP sudah jelas, memilih Ahok. Jelas, ya pasti sudah jelas, tidak perlu diterawang, ditelisik, di tunggu  dengan deg-degan siapa yang akan di usung PDIP dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Selesai, ya karena selesai sudah  perdebatan tentang parpol yang menjadi kendaraan politik Ahok maju Pilgub bulan Februari 2017 nanti.
Terpilihnya Ahok sebagai kandidat yang diusung PDIP,  tidak mengejutkan  lagi, karena sudah banyak yang memprediksikan Ahok tidak akan dilepas oleh PDIP. Ahok dianggap cukup berhasil membawa DKI Jakarta lebih baik, sehingga ia  berpotensi besar untuk menang  jika maju sebagai calon gubernur mendatang.
Bagi saya itu bukan hal yang menarik.
Yang menarik justru,  terpilihnya Ahok adalah bukti kelihaian dan cemerlangnya  strategi Ahok dalam mengacak-acak parpol sekaliber PDIP. Dan bukti PDIP bertekuk lutut di kakinya. Alasan saya adalah:
Pertama, PDIP rela mendukung  tanpa syarat  Ahok menjadi kader
Meskipun jelas Ahok bukan kader PDIP tetapi PDIP rela mendukungnya dengan tanpa  memintanya menjadi  partai bermoncong putih tersebut.
Seperti yang dituturkan Ahok, dirinya tidak menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) meski PDI-P resmi mengusungnya pada Pilkada DKI Jakarta 2017. "Enggak.. Enggak jadi kader kok," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (20/9/2016).(kompas.com).
Ahok lihai membuat PDIP bertekuk lutut mendukungnya padahal tahu bahwa Ahok tidak masuk ke PDIP.  Hal ini membuktikan kalau  NILAI Ahok memang tinggi dan ia mempunyai bargaining yang besar dan masuk akal di mata PDIP.
Contoh kecil, saat wakil walikota Solo (Purnomo)  yang waktu itu akan maju sebagai pendamping  calon Walikota  FX Hadi Rudyatmo  (dulu pasangan Jokowi) , harus menjadi kader PDIP dan rela meninggalkan PAN . Baru setelah itu Purnomo di duetkan dengan FX Hadi Rudyatmo, dan menjadi wakil Rudi , kemudian mereka kembali memenangkan Pilkada Serentak 2015 .
Kedua, Ahok mampu membuat PDIP terpecah.