Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stop Bullying, Ajarkan Anak untuk Melawan

27 Agustus 2016   15:41 Diperbarui: 27 Agustus 2016   16:01 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana orangtua pada umumnya, selalu memberikan nasehat yang baik bagi anak-anaknya. Salah satunya agar anak menjadi anak baik, menjaga sikap, tidak berantem, tidak suka melawan, dan berbaik-baik dengan teman, serta  mencari  banyak teman.  Saya-pun dari kecil selalu diajarkan orangtua seperti itu. Pun saat saya mempunyai anak, nasehat itu kami tekankan kepada anak-anak kami. Saya dan suami selalu menekankan kepada anak-anak untuk tidak berantem dan mengalah kepada temannya untuk menghindari pertengkaran. Terlebih saat anak masuk di sekolah baru.

Tetapi ternyata tak selamanya menasehati anak menjadi  baik dan pengalah itu membawa keberuntungan. Karena terlanjur manut (penurut) dan mengikuti nasehat kami, anak pertama saya, waktu kelas 1 SD, sering di buly. Ia terlalu baik sehingga tidak berani melawan ketika di buly temannya.  Selama beberapa bulan ia selalu pulang sekolah menangis dan menceritakan kalau di sekolah di buly dengan berbagai kalimat seperti, “penakut”, “cemen”, “ jirih” .

Saat itu, kami selalu memberikan nasehat agar anak kami mengalah meskipun di kata-katai temannya. "Biarkan saja",  "tidak usah ditanggapi" , "mengalah saja" ,  "nanti juga temanmu capek sendiri", dll. Itulah kalimat yang kami hiburkan agar anak kami  tidak melawan temannya.

Seiring dengan waktu, sampai beberapa bulan, harapan kami agar temannya capek dan berhenti membuly anak kami, ternyata tidak terjadi.Bahkan sampai sekitar tiga bulan, anak kami setiap pulang sekolah selalu menangis saat menceritakan telah di-bully temannya.

Melihat perkembangan tersebut, saya dan suami sepakat untuk merubah strategi. Kami tidak bisa lagi membiarkan anak kami menjadi bulan-bulanan karena jelas tidak baik bagi perkembangan jiwanya. Meskipun pada  awalnya bertentangan dengan keinginan kami semula (mengalah kepada teman), tetapi kami akhirnya mendorong anak kami untuk berbalik melawan jika dibully temannya. Kami menekankan anak untuk melawan ,dengan catatan tidak memulai terlebih dahulu.

Meskipun butuh waktu untuk memompa semangat anak, tetapi tidak begitu lama, tidak sampai sebulan, teman yang suka membully-nya sudah tidak lagi berani. Ternyata temannya menjadi jera dan tidak mengulangi lagi karena mendapatkan perlawanan dari anak saya.

Dari pengalaman tersebut, sedikit pembelajaran bagi kami,

Pertama, Jangan biarkan anak untuk selalu mengalah. Asalkan ia tidak bersalah, tidak memulai terlebih dahulu, biarkan ia melawan baik dengan perkataan maupun tindakan. Berikan pemahaman anak untuk bisa membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan

Kedua, Tanamkan pada diri anak untuk menghargai orang lain. Meskipun mempunyai teman yang kelihatan lemah, jangan pandang kelemahan teman sebagai  ‘permainan’ yang asyik sehingga sah untuk membully-nya.

Ketiga, Biasakan menanyakan kegiatan anak di sekolah. Komunikasi menjadi kunci penting.  Anak-anak kami biasa bercerita kegiatan di sekolah. Apa saja yang terjadi hari itu disekolah kami ketahui. Saya biasa agak cerewet dengan menanyakan, “tadi disekolah mengerjakan apa saja”, “jatuh nggak” , “kepukul temannya nggak” , terpeleset nggak” , “bertengkar nggak”, dll. Dari kebiasan tersebut, akan mudah diketahui jika ada sesuatu yang menimpa anak di sekolah .

Keempat, Berikan kepercayaan anak untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Meskipun sederhana, anak akan merasa percaya diri saat bisa menyelesaikan masalah mereka di sekolah. Tidak semua  hal boleh dicampur tangani orangtua. Meskipun tentunya orangtua bisa memberikan nasehat saat diminta dan mengarahkan saat anak mulai salah arah.

Kelima, Kenali teman-teman anak di sekolah. Ketemu sesekali, menyapa dan gobrol dengan teman anak akan menciptakan kedekatan antara anak kita dengan temannya. Hal ini lebih mengakrabkan hubungan pertemanan anak kita dengan temannya. Dengan mengenali teman anak juga mengurangi keinginan teman anak kita untuk membully anak kita.

_Solo, 27 Agustus 2016_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun