Di Solo, sekolah-sekolah tidak lagi melakukan MOS dengan mengerjai siswanya karena praktis yang mengelola acara MOS adalah guru-guru, tidak lagi siswanya seperti tahun sebelumnya. Di sekolah anak saya dan beberapa sekolah temannya, nyaris OSIS tidak mempunyai peran sama sekali karena semua dikerjakan oleh gurunya. Bahkan di sekolah anak saya, pengurus OSIS pun tidak nongol.
Sementara di sekolah anak saya lainnya, yang kebetulan anak saya terlibat dalam pengurusan OSIS, pengurus OSIS masih dilibatkan. Bahkan setelah Lebaran sebelum masuk sekolah untuk pertama kalinya (18 Juli), anak saya dan pengurus OSIS lainnya sudah beberapa kali rapat untuk persiapan MOS. OSIS masih dilibatkan pada kegiatan MOS meskipun bersifat hanya membantu gurunya. Memang tidak lagi ada atribut dan barang-barang aneh yang harus dibawa oleh murid baru, tetapi setidaknya pengurus OSIS masih berperan dalam kegiatan MOS tersebut.
Sebagai orang tua saya lega karena tidak usah repot-repot mencari-cari aksesoris, atribut dan barang-barang yang aneh-aneh untuk di bawa MOS.
Tetapi anehnya, dari beberapa anak yang saya tanya, malah heran karena saat masuk sekolah tidak disuruh bawa barang aneh-aneh. Ketika saya tanya, dijawab, “Kurang asyik, nggak berkesan. Nggak apa-apa repot bawa barang aneh tetapi ada kenangannya.”
Ada lagi yang jawab, “Nggak asyik pengenalan sekolah di isi ceramah melulu oleh guru.”
Nah, lho, gimana dong? Ternyata ada juga yang menikmati hari pertama di sekolah dengan bawa barang aneh-aneh. Jangan-jangan para orang tua saja yang resah tetapi anak-anak merasa asyik saja ya, hehe…
_Solo, 18 Juli 2016_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H