Apa yang pasti terjadi saat bulan puasa? Salah satu yang selalu saya ingat adalah saat bulan puasa pastilah muncul penyakit tahunan atau kambuhan yaitu sweeping atau razia.
Sweeping atau razia yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan kelompok islam dan berlagak paling benar, bersih, suci, alim, paling taqwa dan tentunya merasa paling bisa menegakkan ajaran agama islam.
Sudah bukan barang baru manakala sejumlah orang dari kelompok tertentu tersebut akan berteriak-teriak dengan tidak sopan, seakan-akan memberikan kotbah untuk mengajak orang-orang yang dianggap ‘tidak taat agama’ hanya karena berbeda dengan pemahaman mereka memaknai bulan puasa.
Kelompok yang merasa benar tersebut biasanya melakukan sweeping di rumah makan, warung yang berjualan makanan, toko yang berjualan minuman keras , dan tempat hiburan. Tidak hanya menyampaikan himbauan secara baik-baik tetapi lebih sering dengan cara kasar, mengancam dan tak jarang dengan cara kekerasan. Mengertak, memaki-maki, bahkan tak segan merusak, mengobrak-abrik, memecahkan barang dagangan. Kelompok tersebut merasa sah dan wajar saja melakukan tindakan anarkis karena merasa benar dan membela kepentingan umat islam.
Selain ulah sekelompok ‘preman’tersebut, sweeping tahunan juga dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah. Ada beberapa daerah yang menerapkan peraturan larangan membuka warung makanan saat siang hari. Sehingga melakukan sweeping manakala ada rumah makan/warung yang buka di siang hari saat bulan puasa. Beragam cara yang dilakukan untuk memberikan ‘peringatan’ ada yang hanya ditegur tetapi ada juga yang dagangan di sita. Pelanggan yang kedapatan sedang makan saat razia juga tak luput dari hukuman. Di Bogor, bahkan pelanggan yang makan mendapatkan hukuman fisik berupa push up yang diberikan dengan tujuan agar mereka jera, tidak mengulangi kesalahan yang sama (detik.com).
Memaknai Puasa
Memaknai puasa, saya kira tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja ,juga tidak hanya sekedar menahan diri dari amarah, hawa nafsu dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Berpuasa menjadi salah satu aturan dari Tuhan yang jika melanggarnya tentu akan mendapatkan hukuman. Tentu saja hukuman itu berasal dari Tuhan, bukan hukuman dari pemerintah atau sekelompok orang tertentu yang ‘merasa menjadi wakil Tuhan’ di dunia.
Bagi saya, berpuasa juga dimaknai dengan memberikan toleransi dan menghormati orang-orang yang tidak menjalankan puasa.
Jika pemerintah daerah (melalui Satpol PP, polisi) menerapkan aturan melarang hal-hal tertentu di bulan puasa demi ketertiban dan kepentingan masyarakat masih bisa dipahami. Tetapi bagi kelompok tertentu, oh NO. Karena salah satu tugas pemerintah untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi warganya. Tetapi untuk kelompok tertentu tersebut tidak berhal karena mereka juga warga yang tidak berhak menertibkan warga lainnya , entah dengan alasan apapun.
Tetapi bagi saya, karena negara kita terdiri dari banyak keberagaman, alangkah baiknya jika aturan tersebut tidak berlebihan. Untuk razia minuman keras, tempat hiburan malam, silahkan karena memang tidak terlalu banyak manfaat. Tetapi untuk warung makan ada pengecualian. Misalnya silahkan warung makan buka di siang hari tetapi untuk menghormati orang yang sedang berpuasa, maka warung harus ditutupi kain atau terpal sehingga tidak terlalu mencolok dari luar.
Satu hal yang mungkin segaja dilupakan, bahwa para penjual makanan tersebut sebagian besar mengantungkan hidupnya dari berjualan. Apalagi saat bulan puasa menjelang lebaran, kebutuhan hidup biasanya lebih banyak lagi sehingga mereka cenderung bekerja lebih keras untuk memenuhinya. Kalau warung ditutup dan dilarang beroperasi di siang hari, sementara mereka biasa melayani konsumen di siang hari, bagaimana mereka menafkahi keluarganya?
Ada baiknya salah satu pesan alm Gus Dur harus selalu kita ingat, “Jika kita merasa muslim yang terhormat, maka kita akan menghormati orang yang tidak berpuasa.”
Mohon maaf jika ada yang tidak sependapat.
_Solo, 11 Juni 2016_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H