Terserah Yusril mau bilang apa, karena memang nggak ada salahnya orang dengan kapasitas dirinya yang mantan menteri mau mencalonkan diri menjadi Gubernur. Tidak malu, ragu atau malu serta jaim karena pernah menjabat menteri sekarang ‘turun jabatan’ karena mau bertarung menjadi seorang gubernur.
Tetapi yang tidak elok, saat itu Yusril juga membuat pernyataan yang menurut saya meremehkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di sini beritanya http://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/25/15153321/Yusril.Kapasitas.Wali.Kota.tapi.Jadi.Presiden.Kacau.tuh.Jadinya?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
"Jadi, kalau ada tokoh yang mampu memecahkan persoalan nasional dan dia mau turun memecahkan persoalan daerah, ya itu baik juga," ujar Yusril.
"Yang tidak baik itu, kapasitas wali kota tetapi jadi presiden, misalnya. Itu sudah kacau tuh jadinya. He-he-he," kata Yusril.
“…Kapasitas walikota tetapi jadi presiden”, kalimat itu bukankah ditujukan kepada Jokowi? Jadi selama ini Yusril jelas telah menganggap bahwa Jokowi hanya mempunyai kapasitas seorang walikota, tidak mempunyai kapasitas gubernur apalagi kapasitas sebagai presiden.
Wow, kalimat yang sembrono dan tentu saja tidak mendasar. Entah apa yang membuat seorang profesor berpikir seperti itu. Seandainya benar yang ia katakan bahwa Jokowi tidak mempunyai kapasitas sebagai seorang gubernur apalagi presiden, kenapa ia mampu menata dan membawa Jakarta lebih baik saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta? Pun saat ini ia membawa banyak perubahan di Indonesia saat baru memasuki dua tahun menjabat sebagai presiden? Sebut saja perubahan birokrasi diIndonesia, Pemerataan pembangunan infrastruktur terutama di Indonesia timur. Pembangunan waduk, bendungan, jembatan, tol, MRT dan LRT, tol laut, dll (silahkan googling sendiri).
“Itu sudah kacau tuh jadinya” Apanya yang kacau? Bukankah selama ini justru Jokowi menyelesaikan kekacauan di tanah air.
Siapa juga presiden yang mau turun langsung ke Papua, menangani kabut asap, sidak langsung melihat perkembangan proyek di lapangan?
Rupanya Yusril lupa dengan waktu Jokowi yang belum genap dua tahun tetapi mampu menorehkan sejumlah prestasi meskipun memang belum sempurna yang mungkin seperti dipikirkan Yusril. Ingat lho pak Yusril, Jokowi baru juga setahun lebih menjabat presiden.
Untuk memuluskan langkah menjadi Gubernur DKI Jakarta, tidak elok jika Yusril malah meremehkan kemampuan Jokowi. Bukankah lebih baik ia intropeksi diri? Yang jelas Jokowi sudah membuktikan mampu menjadi Gubernur, juga sebagai presiden. Sementara Yusril belum pernah menjadi Gubernur, baru mau menjadi gubernur. Lebih elok jika ia belajar banyak dari pengalaman dan kemampuan Jokowi saat menjabat sebagi Gubernur mengelola DKI Jakarta. Mungkin itu bisa menarik minat calon pemilihnya kelak.**
_Solo, 26 Maret 2016_