Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Harum dan Gurihnya Soto "Kayu Bakar" Mbah Mul Solo

25 Maret 2016   20:10 Diperbarui: 25 Maret 2016   21:57 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber: Suci Harjono"][/caption]Urusan kuliner, saya tidak salah jika menyebut Solo gudangnya wisata kuliner. Beragam makanan mampu memanjakan lidah, tidak hanya bagi warga Solo tetapi juga tamu, wisatawan yang berkunjung.

Makanan tempo dulu, sebagai makanan selingan seperti cambuk rambak, sate gembus, gendar juruh, lotek bisa didapatkan dengan mudah. Kemudian, makanan khas Solo yang sampai sekarang banyak menjadi sajian saat arisan seperti  selat  atau salad solo, timlo, sop, bakmi toprak. Ada lagi makanan berat  thengkleng, soto, masakan jawa, dll.

Hampir semua makanan yang saya sebutkan di atas mudah didapatkan di Solo, banyak dijual di rumah makan maupun di pinggir jalan yang dijajakan pedagang kaki lima. Tetapi ada juga rumah makan/warung yang biasanya menjadi jujukan (rujukan) untuk makanan tertentu. Misalnya untuk timlo. Salah satu yang cukup terkenal, untuk  warung timlo biasanya di Pasar Gede. Orang dengan mudah akan menunjukkan timlo Pasar Gede karena sudah terkenal.

Kemudian untuk thengkleng, meskipun ada di banyak warung dan rumah makan, thengkleng gapura Pasar Klewer tetap menjadi rujukan dan mudah untuk dicari. Selain thengkleng dan sate Mbok Galak yang berada di Sumber juga menjadi alternatif lainnya.

[caption caption="sumber : Suci Harjono"]

[/caption]Menu satu ini paling banyak dan gampang dicari, yaitu soto. Bahkan banyak tempat favorit di Solo untuk  merasakan  nasi soto, baik soto daging sapi maupun soto ayam. Soto Gading, rumah makan favorit Presiden Joko Widodo yang  berada di Gading, kemudian ada juga Soto Kirana, Soto Mbok Giyem yang tersebar di beberapa  tempat di Solo, Soto Batiah yang berada di Joho Manahan, Soto Mbah Mul  yang berada di Pasar Gremet Manahan, Soto Sarkem yang berada di  depan Pasar Kembang, soto triwindu dll..

Kebetulan kami sekeluarga pengemar soto. Kami  sering mencari penjual soto dan mencoba-coba merasakan ramuan sotonya sambil menilai kecocokan dengan lidah kami. Semua tempat tersebut sudah pernah kami singgahi dan kami merasakan kenikmatan yang berbeda-beda.

[caption caption="sumber: Suci Harjono"]

[/caption]Soto Mbah Mul

Kali ini saya ingin menceritakan Soto Mbah Mul yang berada di Pasar Gremet Manahan, Solo. Soto Mbah Mul berada di dalam Pasar Gremet, Manahan. Meskipun statusnya pasar, tetapi sejatinya pasar ini tidak terlalu luas. Hanya ada beberapa puluh los dan kios yang berada di Pasar Gremet. Pasar ini baru saja direnovasi, lokasinya mudah dijangkau. Jika dari Stadion Manahan, tinggal ke barat sekitar 200 meter. Di dekat SMK 2 dan SMA 4 ada jalan besar ke selatan. Ambil jalan tersebut dan akan ketemu Pasar Gremet. Warung Soto Mbah Mul ada di sebelah timur, di kios yang menghadap ke timur, paling selatan alias di pojok.

Soto Mbah Mul menempati dua kios dan depan kios yang kosong digunakan sebagai tempat menggelar meja dan kursi panjang . Tidak cukup jika hanya menggunakan dua kios yang berukuran sekitar 2 x 3 meter, sementara ia membutuhkan banyak meja dan kursi untuk melayani pembelinya.

Khas Rasanya karena Memasak dengan Kayu Bakar

Mbah Mul sudah berjualan soto lebih dari 20 tahun yang lalu. Dengan dibantu oleh istri dan seorang anaknya, Mbah Mul berjualan dari pagi pukul 6 sampai siang menjelang pukul 1. Mbah Mul asli dari Wonogiri tetapi sudah merantau ke beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Solo.  Kemudian ia memilih menetap di Solo dan terus berjualan nasi soto daging sapi.

[caption caption="foto : Suci Harjono"]

[/caption]Meskipun sudah berusia 76 tahun, ia tetap kelihatan sehat, segar dan kuat. Bangun pagi untuk menyiapkan racikan bumbu dan memasak bumbu sudah menjadi rutinitas sehari-hari.  Urusan belanja ia dibantu istri dan anak bungsunya, tetapi urusan meramu bumbu dan memasak adalah tanggung jawabnya.  “Pembeli tahu membedakan tangan siapa yang meracik bumbu,” demikian  jawab Mbah Mul ketika saya tanyakan kenapa tidak dimasak orang lain.

[caption caption="foto : Suci Harjono"]

[/caption]Kendati banyak warung soto di Solo, Soto Mbah Mul sangat istimewa. Saya menilai istimewa karena saat memasak soto, Mbah Mul masih menggunakan kayu bakar. Tidak hanya sekedar arang, tetapi memang benar-benar kayu bakar dan mengunakan kuali (panci besar yang dibuat dari tanah liat).

“Lebih enak, gurih dan rasanya khas. Beda kalau masaknya pakai gas.“ Alasan Mbah Mul kenapa sampai saat ini mau repot-repot memasak menggunakan kayu bakar.

Memang benar, saya sependapat dengan Mbah Mul. Rasa soto yang dimasak mengunakan kayu bakar dengan gas memang beda. Cita rasa jelas berbeda dan yang jelas bau dan rasanya sedap betul. Setahu saya, sangat jarang, bahkan sejauh ini saya baru menemukan soto yang memasaknya mengunakan kayu bakar. Kalau mengunakan arang, ada beberapa. Apalagi yang menggunakan gas, karena hampir semua warung soto memasak mengunakan gas karena lebih praktis dan dapur lebih bersih.

Dalam sehari, rata-rata Mbah Mul mampu menghabiskan 5 kilogram daging dan 7 kilogram beras. Pendapatan kotor rata-rata 1 juta/hari. Jika agak sepi ia mendapatkan sekitar Rp 800.000. Keuntungan bersihnya sekitar  Rp 200.000/ hari.

[caption caption="foto : Suci Harjono"]

[/caption]Selain enak dan mantap, harga soto juga terjangkau bahkan bisa dikatakan murah. Soto mangkok besar Rp 10.000, sedangkan mangkok kecil Rp 7.000. Tadi saya katakan murah karena irisan dagingnya cukup banyak dan empuk sekali. Oya, untuk ukuran mangkok kecil sebenarnya pakai mangkok cukup besar. Kami biasa memesan mangkok kecil dan sudah kenyang.

[caption caption="foto : Suci Harjono"]

[/caption]Oya yang tak kalah enaknya adalah teh ginastel andalan Mbah Mul. Ginastel: Gi= legi = manis, nas= panas, tel= kentel= kental.

Semangkuk soto Mbah Mul dan segelas teh panas ginastel bolehlah teman-teman coba saat bertandang ke Solo. Insyaallah tidak mengecewakan. Ehmmmm

 

_Solo, 25 Maret 2016_

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun