[caption caption="sumber foto : regional.kompas.com"][/caption]
JLEBB!! Begitulah kiranya kata singkat, padat dan tepat yang bisa disematkan untuk  blusukan Presiden Joko Widodo (Jokowi)  ke proyek Wisma Atlet di Hambalang , Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/3/2016) kemarin.
Betapa tidak mak JLEB dan SKAK MAT, juga sekali dayung dua tiga pulau terlampaui,ia blusukan ke Hambalang juga menjawab kritikan SBY. Jawaban atas kritikan tersebut, karena dua hari sebelumnya mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritik pembangunan infrastruktur yang dikerjakan Jokowi. SBY mengatakan, pemerintah jangan memaksakan membangun infrastruktur jika perekonomian sedang sulit. Apalagi jika pada akhirnya bantuan atau subsidi kepada rakyat menjadi korbannya.
SBY seperti akhir-akhir ini sering berkomentar pedas terhadap pemerintahan Jokowi melalui  media sosial dan terus berlanjut saat melakukan Tour De Java di empat propinsi.
Jokowi, meskipun terkenal tegas, cantas , seperti biasanya, tidak mau berpolemik, meladeni sikap dan kritikan mantan presiden RI ke-6.  Jokowi tidak mau ‘memalukan’ SBY secara langsung, misalnya dengan mengatakan sejumlah program di masa pemerintahan SBY yang belum jalan, jalan tetapi tidak selesai dikerjakan alias mangkrak atau tidak jelas progresnya.
Tidak, Jokowi tidak mau membuat ketua Parta Demokrat tersebut dipermalukan publik. Padahal jelas sekali ia bisa melakukan hal yang sama, dengan memaparkan program yang tidak jelas di masa pemerintahan SBY.
Tanpa banyak cakap, Jokowi memilih meninjau proyek Wisma Atlet di  Hambalang atau proyek Hambalang yang mangkrak dan tidak jelas kelanjutannya.
Tanpa gembar gembor dan banyak bicara Jokowi  mengecek langsung  wisma yang rencananya digunakan sebagai pusat pendidikan olahraga tersebut. Proyek yang dikerjakan saat pemerintahan SBY,  yang  memakan  anggaran trilyunan rupaiah tersebut terletak di sebuah bukit Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sekali lagi Jokowi tidak berkoar-koar dengan mengatakan pembangunan Wisma Atlet yang muspro, mubadir, gagal total setelah menghabiskan uang negara trilyunan rupiah tersebut.
Tetapi hanya diwakili dengan bahasa tubuh, dengan mengeleng-gelengkan kepala, publik sudah sangat paham bahwa Jokowi tidak habis pikir uang trilyunan hanya menguap tidak jelas tanpa ada hasil yang bisa dimanfaatkan secara nyata.
Dengan bahasa tubuh Jokowi tersebut, mestinya SBY tahu bahwa apa yang disampaikan sebelumnya tentang ‘pemerintah jangan memaksakan membangun infrastruktur jika perekonomian sedang sulit’ langsung di SKAK MAT  Jokowi  dengan telak.
Jokowi seakan menjawab, saat ini pemerintahnnya fokus pada pembangunan infrastuktur karena infrastruktur itu padat modal dan jangka panjang. Ia juga menegaskan, sejak awal pemerintahnya, bahwa buruknya infrastruktur menjadi hambatan utama pertumbuhan ekonomi, sehingga perbaikan infrastruktur dibutuhkan agar biaya produksi, transportasi, distribusi bisa diminimalisir. Jadi, pemerintahannya saat ini  serius memperhatikan pembangunan infrastruktur. Tentu saja bukan infrastruktur asal-asalan tetapi  yang berkualitas, bermanfaat dan bebas dari korupsi.
Sikap Jokowi mengingatkan kita,  bahwa saat pembangunan Wisma Atlet, kondisi perekonomian tidak sedang sulit, sehingga uang trilyunan bisa mengelontor ke proyek tersebut. Karena kondisi perekonomian tidak sulit, apakah itu yang menyebabkan  saat pemerintahan SBY dengan seenaknya merencanakan proyek bernilai fantastis  di tanah yang menurut Balitbang PU  adalah tanah labil, yang akhirnya proyek tersebut  tidak ada manfaatnya sama sekali dan tersandung kasus?  Bukankah uang trilyunan tersebut mestinya bisa untuk subsidi rakyat atau untuk program lain yang lebih bermanfaat pak Beye?
Ach , entahlah, mungkin saat itu SBY terlalu keseringan bikin album sehingga tidak memperhatikan proyek yang tengah direncanakan para menterinya.**
Â
_Solo, 19 Maret 2016_
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H