[caption caption="SBY beserta rombongan saat Tour De Java. Sumber foto: Detik.com"][/caption]Tour De Java (TDJ). Mungkin ini istilah lain yang disematkan mantan presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebenarnya ajang ini, menurut saya, tak beda dengan kegiatan blusukan, kegiatan  populer yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
SBY, dengan didampingi  oleh fungsionaris Partai Demokrat (PD) menggelar acara blusukan ala Jokowi yang dinamai Tour De Java. Kegiatan tersebut dilakukan sejak Selasa (8/3) dan rencananya akan berlangsung  selama 13 hari.  Sejumlah daerah yang akan dikunjungi adalah empat provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jatim.
Seperti yang disampaikan SBY kepada publik, tujuan TDJ  ini  adalah untuk  menyerap aspirasi rakyat, selain juga  untuk berkonsolidasi dengan kader-kader daerah terkait Pilkada 2017 dan 2018.
SBY menggelar TDJ  ditemani istrinya, Ani Yudhoyono serta sejumlah fungsionaris Partai Demokrat (PD). Di antaranya ikut Waketum PD Syarief Hasan dan Roy Suryo, Hinca Panjaitan (Sekjen PD), Ketua Komisi Pemenangan Pemilu PD sekaligus Ketua Fraksi PD DPR yang juga anak bungsu  SBY,  Edhie Baskoro (Ibas), dan terakhir adalah Dede Yusuf  yang merupakan salah satu  anggota DPR RI.
Makna di Balik Tour De Java
Kita patut memberikan apresiasi kepada Bapak mantan presiden dua periode ini yang  peduli, tidak apatis dan sangat memperhatikan masyarakat.  Kesadarannya untuk tetap memperhatikan warga dengan kegiatan TDJ  patut diacungi jempol. Sebagai mantan presiden dan menjabat sebagai pimpinan Partai Demokrat, sudah seharusnya  ia ikut mendengarkan aspirasi masyarakat dan turut serta memberikan perhatian kepada pemerintah.
SBY juga ingin memberikan contoh kepada kadernya di pusat maupun di daerah agar meniru jejaknya, blusukan ke daerah untuk memperhatikan masyarakat dan mendengarkan suara mereka.
Kepada kadernya, SBY berharap agar mereka meneruskan jejak ini. Semua kader PD diminta melakukan hal yang sama untuk menyerap aspirasi masyarakat.
Apa yang dilakukan SBY memang tidak bermaksud untuk kembali mancari dukungan masyarakat sebagai investasi untuk nyapres 2019. Karena toh SBY tidak mungkin nyapres untuk ketiga kalinya. Hal itu selaras yang disampaikan kepada  sejumlah media. SBY mengatakan bahwa TDJ bukan ajang dirinya untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden di Pemilu selanjutnya.
Terlepas apa yang ia jelaskan, menurut saya, TDJ lebih dimaknai sebagai ajang sang Ketua Umum untuk mengembalikan masa kejayaan PD. Ia rela turun sendiri ke basis untuk menemui masyarakat dan mendengarkan suara mereka adalah upaya untuk mengembalikan kewibawaan PD setelah sempat jatuh manakala banyak kadernya yang tersangkut kasus korupsi dan berakhir di hotel prodeo.
Pun bisa dimaknai sebagai investasi untuk melihat kembali peluang dari PD untuk nyapres kembali, apakah sang istri, Bu Ani yang dulu sempat digadang-gadang untuk maju menggantikan posisinya atau kader PD lainnya. Yang jelas, SBY masih memilah, melihat dan mendengarkan  opini yang berkembang di masyarakat.