Bukan karena tidak mempunyai cukup uang, mereka toh orang-orang yang mampu. Bahkan ibu A mempunyai berhektar-hektar ladang di hutan yang ditanami karet. Selain itu ia juga hidup berkecukupan. Suaminya mempunyai usaha penjualan kayu, yang lebih dari cukup untuk hidup mereka sekeluarga. Hasil ladang karet juga memadai, setipa harinya mereka menyadap karet dan dijual sehingga tersedia uang tunai. Selain itu, mobil keluaran terbaru juga terparkir di halaman rumah.
Ibu B juga sama, ia hidup cukup dengan membuka usaha toko kelontong di rumahnya. Pekerjaan suami sebagai petani juga cukup memadai, karena anak-anaknya sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tetapi ia juga tidak berpangku tangan, di sela-sela menjaga toko kelontongnya, ia seperti ibu yang lain membuat tepung dari singkong.
Meskipun tidak sederhana cara membuatnya, tetapi mereka senang bisa membuat salah satu kebutuhan sehari-hari dari tangan mereka sendiri.
Sejatinya mereka perempuan mandiri, tanpa kenal lelah menyediakan kebutuhan keluarga. Pagi selepas anak-anak sekolah, mereka biasa membantu suami ke ladang karet untuk menyadap karet. Selebihnya mengurus rumah tangga salah satunya membuat tepung dan kerupuk.
Bertahun-tahun, bahkan mereka mengaku lupa kapan terakhir membeli tepung dan kerupuk, karena mereka selalu membuat kedua jenis makanan tersebut.
Pemanfaatan kebun dengan menanam singkong kemudian di olah menjadi beragam makanan sehari-hari membuat mereka merasa bangga karena bisa menyediakan pangan olahan tangan sendiri, membantu meringankan beban suami karena bisa berhemat dan yang paling penting adalah ikut melestarikan pangan lokal.Murah meriah tetapi tetap bernilai gizi tinggi.
Â
Â
Â
Â