Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jangan Ada Lagi "Orang Miskin Dilarang Sakit"

28 Agustus 2015   23:04 Diperbarui: 28 Agustus 2015   23:56 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedia payung sebelum hujan, peribahasa itu tepat untuk masyarakat yang ingin hidupnya lebih nyaman, aman dan tidak panik saat tiba-tiba sakit. Pastilah tidak ada seorangpun  yang ingin sakit, tetapi jika sakit datang, siapa yang bisa menolaknya?

Wes awak loro, isih mikir biayane” (Sudah merasakan sakit, masih harus memikirkan biaya berobat ) keluhan seperti itu biasa saya dengar. Dan saya sendiri juga merasakan hal yang sama. Seperti jatuh masih tertimpa tangga pula. Nasib jelek yang bertumpuk-tumpuk.

Kami sendiri pernah merasakan hal yang sama. Saat anak-anak masih kecil, tiba-tiba sakit dan harus di opname. Kebetulan kami tidak mempunyai asuransi kesehatan, sehingga biaya rumah sakit yang cukup tinggi bagi kami ( tahun 2003 dua anak sakit masuk rumah sakit karena diare, opname 3 hari dengan biaya sekitar Rp 4,5 juta) harus ditebus dengan mengambil tabungan yang kami kumpulkan sedikit demi sedikit selama bertahun –tahun untuk keperluan lain. Rasanya kerja keras bertahun-tahun habis dalam sekejap. Tetapi demi anak, apapun akan kami lakukan.

Selain biaya yang cukup tinggi saat anak-anak masuk rumah sakit, biaya berobat jalan ke dokter juga cukup menguras kantong kami yang hanya  pegawai biasa di salah satu kantor swasta. Beruntung kami jarang sakit, hanya sesekali sakit ringan yang tidak memerlukan opname. Hanya anak kami  yang beberapa kali  sakit.

 

Premi Terjangkau Bikin Hidup Nyaman

Senang dan lega, itulah perasaan kami, saat tahun 2014, pemerintah mempunyai program Jaminan Kesehatan Nasional yang terkenal dengan BPJS Kesehatan.
Rasanya tak salah lagi, program ini meringankan beban masyarakat seperti kami. Saat asuransi  kesehatan lain tak bisa kami jangkau karena mematok premi tinggi , rata-rata diatas Rp 350.000 pernasabah /bulan, dengan ikut BPJS Kesehatan hanya cukup merogoh kantong Rp 59.500/bulan/orang untuk kelas 1. Sementara untuk kelas 2 hanya Rp 42.500/bulan/orang dan kelas 3 denga Rp 25.500/bulan/orang.

Sampai dua bulan pertama sejak diluncurkan, kami mengikuti informasi seputar BPJS Kesehatan. Pernah langsung mau ngurus kepesertaan tetapi urung karena setiap datang ke kantor BPJS Kesehatan selalu penuh orang yang antri. Saya melihat antusias masyarakat cukup tinggi untuik mendaftar.

Akhirnya tanggal 6 Maret 2014, saya datang ke kantor BPJS Kesehatan di kota Solo. Karena baru berjalan di bulan ketiga, antrian panjang mengular. Saya harus sabar untuk dilayani karena lebih dari tiga loket Customer Service (CS) dibuka untuk melayani pendaftar. Sekitar satu jam kemudian saya mendapatkan giliran dilayani para petugas yang ramah dan memberikan penjelasan yang saya butuhkan. Proses berlangsung dengan cepat, sampai saya mendapatkan kartu peserta BPJS kesehatan setelah membayar premi untuk satu bulan.


Hari itu juga, kami sekeluaraga resmi terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan secara mandiri. Hidup kami rasanya lebih nyaman karena untuk urusan kesehatan sudah tidak terbebani.

Selama setahun lebih kami menjadi peserta, sudah berkali-kali kami menggunakan kartu BPJS untuk berobat ke dokter keluarga. Beberapa kali juga menggunakan rujukan dokter faskes pertama untuk berobat ke rumah sakit. Saat berobat, tidak usah pusing memikirkan biaya. Tinggal membawa kartu dan menunggu antrian. Sementara untuk berobat ke rumah sakit tinggal menyiapkan berkas rujukan dan kartu peserta serta  antri di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun