Sebagai seorang ibu, saat bulan puasa seperti ini dituntut mampu menyediakan hidangan buka puasa dan sahur yang beragam, menarik, membuat selera bangkit, meskipun tanpa anggaran yang mahal.
Membuat kudapan/takjil juga meski bervariatif, sehingga keluarga menjadi semangat dalam menyelesaikan puasa dan berselera dalam berbuka.
Variasi olahan takjil dari cincau hitam bisa menjadi salah satu varian yang mudah didapat, murah, enak, dan bergizi.
Ehm, buka puasa rasanya lebih lengkap dengan segelas cincau hitam atau kami di Jawa biasa menyebutnya janggelan, sebagian orang menyebut cao.
Meski hitam, tetapi enak, segar dan mak nyessss, bikin tenggorokan dan perut lega sekaligus nyaman. Jangan meremehkan warna hitamnya, ini hitam bukan sembarang hitam. Warna hitam legamnya mampu membuat buka puasa menjadi lebih nikmat dan segar.
Dari saya kecil, sampai sekarang sudah mempunyai tiga anak, saya termasuk penikmat janggelan atau cincau hitam selain kolang kaling yang juga enak. Jika kolang-kaling rasanya empuk sedkit keras dan kreyes-kreyes, tetapi cincau rasanya empuk, dingin dan nyam..nyam..lumat di mulut dalam beberapa kali kunyahan, bahkan bisa langsung ditelan saja. Teksturnya yang lembut tidak membenahi pencernaan.
Terbuat dari tumbuhan, dengan proses pembuatan yang cukup sederhana, biasa diproduksi industri rumah tangga. Saat kecil, saya mengira cincau ini terbuat dari agar-agar atau ager-ager, hanya berwarna hitam. Saat itu heran karena kalau membeli es campur di beri cincau hitam yang cukup banyak. Padahal harga ager-ager kan mahal (ternyata bukan ager-ager).
Selain mudah dicari, karena tersedia di pasar-pasar tradisional bahkan hadir juga di mall, cincau hitam ini juga sangat murah. Sepotong cincau hitam seukuran sekitar 15 cm x 7 cm dengan ketebalan 7 cm, hanya dijual seharga Rp 1000 saja. Itu beli di tukang sayur, kalau di pasar tradisional lebih murah lagi.
Biasanya pedagang menjual cincau dalam ember besar sehingga bentuk cetakan cincau ini besar dan tebal. Nah untuk memudahkan penjualan, dibuat potongan kecil, dengan harga bervariasi dari Rp 1000 , Rp 2000, hingga Rp 3.000. Pembeli tinggal memilih potongan yang dibutuhkan.
Cincau hitam, meski hitam warnanya, tetapi banyak manfaatnya, tidak hanya enak untuk takjil/hidangan pembuka buka puasa, tetapi di makan saat nggak puasa juga sip. Plus beranfaat bagi kesehatan.
Ada beberap hal yang tak ada salahnya perlu kita ketahui.
Pertama, kandungan gizinya tinggi, bahkan warna hitamnya memiliki kandungan anti oksidan cukup tinggi sehingga bisa menurunkan resiko diabetes, penyakit jantung, juga kanker.
Kedua, cincau hitam ini terbuat dari daun serta batang mesona palustris (janggelan) yang dikeringkan. Daun janggelan adalah bahan pokok yang dipakai untuk menghasilkan cincau hitam. Bukan terbuat dari bahan kimia. Jadi lebih aman bagi tubuh.
Ketiga, cincau hitam bisa menjadi alternatif kudapan murah meriah. Sebagai campuran es campur, es buah, es cincau dengan tambahan santan dan gula jawa atau di makan langsung. Nyes, kenyal dan lumat di mulut.
Keempat, cincau hitam bermanfaat untuk kesehatan. Tidak rugi mengkonsumsinya. Cincau ini memiliki kandungan nilai gizi yang cukup baik, terlebih bila dilihat dari kandungan mineral serta vitaminnya.
Saya merasa sreg dan yakin cincai ini tanpa bahan pengawet karena saat cincau sehari di letakkan di kulkas sudah tidak segar lagi dan rasanya kurang mantap. Beda setelah membeli di pasar (harus nyari yang pedagangnya dapat setoran cincau tiap hari) langsung di santap, tanpa menunggu esok.
Kalau tidak mau repot-repot mengolah cincau, sekarang sudah banyak cincau kemasan kaleng yang dijual di toko-toko. Meskipun menurut saya lebih enak cincau langsung (bukan kemasan), tetapi silahkan bisa menjadi altrenatif.
Murah meriah tetapi tidak murahan, nyaman di tenggorokan, enak di perut dan membuat ngiler saat puasa begini membayangkan cincau.
_Solo, 6 Juli 2015_
Â
Â
   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H