Mohon tunggu...
Suci Fitria Safira
Suci Fitria Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Minat pada tulis menulis artikel dan opini, suka membaca.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Manisnya Es Teh, Pahitnya Diabetes : Benarkah Ada Kaitannya?

10 Oktober 2024   23:20 Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:30 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya penjual es teh di Indonesia menjadi fenomena menarik akhir-akhir ini. Disepanjang jalan dipenuhi penjual es teh berbagai merek yang diserbu pembeli yang mengantri.

Di cuaca yang cukup panas sekarang, es teh yang segar dan manis menjadi pilihan utama untuk melepas dahaga terutama anak muda bahkan anak kecilpun menyukainya. Dibalik kenikmatan yang dirasakan, ada dampak negatif yang membahayakan untuk tubuh kita. Terutama pada aspek gula yang dikandung pada minuman es teh tersebut yang cukup tinggi. Fenomena ini ternyata menyimpan ancaman serius bagi kesehatan Masyarakat, terutama penyakit diabetes.

Konsumsi es teh yang berlebihan, terutama tak jarang para penjual yang menambahkan gula tambahan dalam jumlah tinggi, menjadi salah satu factor resiko utama meningkatnya kasus diabetes di Indonesia. Mengkonsumsi es teh atau minuman manis yang sudah menjadi barang atau hal kebiasaan ,maka untuk menghentikannya akan sulit. Dimana tubuh yang sudah bergantung pada gula, tubuh tersebut akan terus-menerus menginginkan asupan gula dalam jumlah banyak. 

Dengan situasi yang kompleks ini, kurangnya edukasi mengenai bahaya gula menjadi salah satu factor yang memperparah masalah ini. Kalangan Masyarakat menganggap mengonsumsi es teh  adalah hal wajar atau sesuatu yang normal dalam sehari-hari yang mereka lakukan. Mereka belum mempunyai kesadaran mengenai dampak gula yang mereka konsumsi tersebut berlebih yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti diabetes. 

Es teh manis yang banyak diperjual belikan diberbagai kedai minuman umumnya mengandung kadar gula yang sangat tinggi. Dalam satu gelas es teh manis, jumlah gula bisa mencapai lebih dari 50 gram, jauh melebihi batas konsumsi harian yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI. Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan hiperglikemia, yang merupakan kondisi di mana kadar gula darah meningkat dan dapat berujung pada diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik. Diabetes adalah penyakit serius yang dapat merusak berbagai organ tubuh dan menyebabkan komplikasi fatal.

Masyarakat perlu lebih sadar akan dampak kesehatan dari konsumsi es teh manis secara berlebihan. Meskipun menyegarkan, penting untuk membatasi asupan gula dan memilih variasi minuman yang lebih sehat. Mengurangi frekuensi konsumsi es teh manis dan mempertimbangkan alternatif seperti teh tawar atau jus buah tanpa tambahan gula bisa menjadi langkah preventif yang bijak. Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya ini, diharapkan masyarakat dapat menikmati minuman kesukaan mereka  tanpa mengorbankan kesehatan jangka Panjang.

Anak Muda Terkena Gagal Ginjal setelah di diagnosis Diabetes

Dilansir dari situs Kemenkes, beberapa penelitian mengungkapkan Indonesia menempati posisi ketiga di Asia Tenggara dengan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), sebesar 20,23 liter per orang.Bahkan disebutkan bahwa konsumsi MDBK itu mengalami peningkatan 15 kali lipat dalam 20 tahun terakhir, dari 51 juta liter pada 1996 menjadi 780 juta liter pada  2014.Dampaknya, kelebihan konsumsi minuman berpemanis satu porsi per hari akan meningkatkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 sebesar 18%, stroke 13%, dan serangan jantung (infark miokard) 22%.

Ada kasus dimana seseorang di diagnosis gagal ginjal saat usianya masih 18 tahun. Dia mengakui bahwa dirinya memiliki kebiasaan membeli minuman manis setiap harinya serta memiliki pola hidup yang tidak sehat, namun saat itu juga dia tidak mengetahui dampak buruk yang akan dihadapi saat mengkonsumsi minuman yang tinggi gula dan juga zat lain yang berbahaya bagi ginjal. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan sekitar 60 anak tengah menjalani terapi gagal ginjal di Rumah Sakit Rujukan Kasus Ginjal Anak yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Kurangnya Kesadaran Bahaya Minuman Manis:Es Teh

Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) setidaknya satu dari lima anak Indonesia berusia 12-18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal, yang disebabkan oleh gaya hidup kurang sehat. Bagi anak-anak sendiri yang terbiasa mengonsumsi minuman manis karena  tidak tahu akan bahayanya yang hanya mengutamakan rasa atau penampilan yang bagi mereka menarik saja adalah salah satu aspek kurangnya kesadaran orang tua dalam mendidik anaknya agar mengurangi mengonsumsi minuman manis seperti es teh mungkin terdengar sepele namun jika dibiasakan sejak kecil maka akan berakibat buruk di kemudian hari untuk Kesehatan. Hal lain ada pada sosialisasi yang masif tentang dampak buruk dari konsumsi berlebih produk kemasan yang tinggi GGL.

Sosialisasi seperti di sekolah, di lingkungan rumah, hingga televisi dan sosial media, harus lebih dikencarkan kembali dan dikemas dengan lebih menarik agar masyarakat yang belum begitu tertarik dapat mencari lebih mendalam mengetahui seberbahaya apa dengan minuman manis yang dianggap sepele namun juga mengandung kepahitan karena dapat meregangkan nyawanya sendiri.

Pemerintah akhirnya nengambil Langkah unruk membuat Pengendalian konsumsi GGL yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Serta salah satu upaya penting lainnya menekan konsumsi GGL di masyarakat adalah dengan menerapkan cukai yang optimal pada produk kemasan. Ada sanksi administrasi dan bisa juga ke pidana, karena tidak bersesuaian antara kandungan setelah dilakukan cek lab. 

Solusi untuk mengatasi maraknya kasus diabetes akibat konsumsi es teh manis tidaklah sederhana. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu bertindak bersama. Sebagai individu, mari kita mulai dengan mengurangi konsumsi gula dan memilih alternatif yang lebih sehat. Produsen minuman juga perlu berperan aktif dalam menyediakan produk yang lebih rendah gula. Pemerintah pun harus membuat regulasi yang lebih ketat dan menggalakkan kampanye edukasi. Dengan kerja sama semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mengurangi risiko diabetes.

Mari mulai dari diri sendiri dengan memilih gaya hidup sehat, mendukung kebijakan pemerintah yang pro-kesehatan, dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun