Mohon tunggu...
Suci ayu rahmadani
Suci ayu rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kepribadian saya INFJ, memiliki hobi memasak dan mempunyai bakat di bidang kesenian.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kasus Robot Bedah Da Venci yang Berujung Tragis

6 Januari 2025   18:49 Diperbarui: 6 Januari 2025   18:49 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Abstrak

      Artikel ini membahas kasus tragis yang melibatkan penggunaan robot bedah Da Vinci, menyoroti dilema etika dan tantangan yang muncul dalam integrasi kecerdasan buatan dalam praktik medis. Meskipun teknologi robotik ini dirancang untuk meningkatkan presisi dan efisiensi dalam prosedur bedah, insiden yang terjadi menunjukkan bahwa ada risiko signifikan yang perlu dipertimbangkan, termasuk masalah tanggung jawab medis, keamanan pasien, dan keputusan berbasis algoritma. Melalui analisis mendalam terhadap peristiwa tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kecerdasan buatan dapat memengaruhi praktik medis, serta pentingnya mengembangkan pedoman etika yang kuat untuk memastikan keselamatan pasien dan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi kesehatan. Dengan memahami implikasi dari kasus ini, diharapkan dapat dihasilkan rekomendasi untuk perbaikan dan pengawasan yang lebih baik dalam penggunaan teknologi robotik di bidang kesehatan.

Kata Kunci : Kecerdasan Buatan, Etika Kesehatan, Tanggung Jawab Medis, Teknologi Medis.

Pendahuluan

      Etika kesehatan merujuk pada prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku profesional di bidang kesehatan, dengan tujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil oleh tenaga medis dan penyedia layanan kesehatan berfokus pada kesejahteraan pasien dan masyarakat. Etika kesehatan melibatkan keputusan dan kebijakan yang mempertimbangkan hak-hak pasien, keselamatan, dan keadilan dalam pelayanan medis.

      Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan teknologi robotik dalam bidang kedokteran telah mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah robot bedah Da Vinci, yang diklaim dapat meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam prosedur bedah. Namun, seiring dengan kemajuan ini, muncul berbagai pertanyaan dan tantangan etika yang perlu dihadapi. Kasus tragis yang melibatkan robot bedah Da Vinci menyoroti pentingnya memahami implikasi dari penggunaan kecerdasan buatan dalam konteks kesehatan. Insiden ini tidak hanya menimbulkan pertanyaan tentang keamanan pasien, tetapi juga mengangkat isu-isu terkait tanggung jawab medis dan keputusan berbasis algoritma. Dalam situasi di mana teknologi dapat mempengaruhi hasil kesehatan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana etika harus diintegrasikan ke dalam praktik medis. 

       Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kasus tragis yang terjadi, menggali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap insiden tersebut, dan mengeksplorasi bagaimana hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap teknologi medis. Dengan demikian, artikel ini akan memberikan wawasan mengenai kebutuhan mendesak untuk mengembangkan pedoman etika yang kuat dan memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya bermanfaat, tetapi juga bertanggung jawab dan aman bagi pasien.

Pembahasan 

      kecerdasan buatan ke dalam bidang kesehatan membawa banyak potensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, tetapi juga menimbulkan tantangan etika yang signifikan. Pendekatan yang hati-hati dan beretika dalam pengembangan dan penerapan AI adalah kunci untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan dengan cara yang aman, adil, dan bermanfaat bagi seluruh pasien. Dialog yang berkelanjutan antara pemangku kepentingan, termasuk dokter, peneliti, pembuat kebijakan, dan masyarakat, sangat penting untuk menciptakan pedoman etika yang kuat dalam penggunaan kecerdasan buatan dalam kesehatan.

      Menurut iklan intuitve Surgical, robot bedah da Vinci ini memungkinkan tindakan yang presisi melampaui tangan manusia yang dirancang untuk ketangkasan alami bagi dokter bedah hanya dengan sayatan kecil sehingga memungkinkan prosedur invasif seminimal mungkin. Harvey Sultzer, seorang laki-laki di Amerira Serikat, pada 6 Februari 2024, melayangkan gugutan pada Insuitive Surgical, karena robot bedah  buatan manufaktur tersebut, telah menyebabkan lubang terbakar pada organ dalam istrinya Sandra Sultzer, yang sakit kanker usus besar. Kejadian ini telah menyebabkan kematian Sandra.

sumber: https://www.tempo.co/internasional/manufaktur-robot-bedah-digugat-karena-sebabkan-pasien-kanker-usus-besar-meninggal--87211   

      Kasus ini melibatkan insiden di mana robot bedah Da Vinci digunakan dalam prosedur medis yang berujung pada komplikasi serius bagi pasien. Meskipun robot ini dirancang untuk meningkatkan presisi, prosedur tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan, baik dari segi teknologi maupun pengoperasian.

      Dengan penggunaan teknologi canggih seperti robot bedah, pertanyaan mengenai tanggung jawab medis menjadi semakin kompleks. Siapa yang harus bertanggung jawab ketika terjadi kesalahan? Apakah itu dokter, rumah sakit, atau produsen teknologi? Diskusi mengenai tanggung jawab ini penting untuk menentukan bagaimana sistem hukum dan etika medis dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

      Keamanan pasien adalah prioritas utama dalam setiap prosedur medis. Insiden ini menyoroti kebutuhan untuk evaluasi yang lebih ketat terhadap keamanan teknologi yang digunakan dalam praktik medis. Proses pelatihan untuk dokter dan tim medis dalam menggunakan robot bedah juga harus ditingkatkan untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. 

      Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh pasien, tetapi juga oleh tenaga medis yang terlibat. Dokter dan tim bedah sering kali menghadapi tekanan psikologis, termasuk rasa bersalah atau kekhawatiran terhadap implikasi hukum dan profesional atas kegagalan prosedur. Situasi ini dapat memperburuk hubungan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, menciptakan jurang kepercayaan yang memerlukan waktu panjang untuk diperbaiki.

      Kasus tragis ini menunjukkan pentingnya pengembangan pedoman etika yang kuat dan regulasi yang jelas dalam penggunaan teknologi medis. Ini termasuk pengawasan yang lebih ketat terhadap penggunaan robot bedah, serta penetapan standar pelatihan yang wajib bagi tenaga medis. Pengembangan pedoman ini bertujuan untuk melindungi pasien dan memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang bertanggung jawab. Untuk memanfaatkan potensi robot bedah Da Vinci dan teknologi medis lainnya, penting untuk membangun kepercayaan masyarakat. Publik perlu diyakinkan bahwa teknologi ini aman dan efektif. Edukasi tentang manfaat dan risiko penggunaan teknologi canggih dalam kesehatan dapat membantu meningkatkan kepercayaan dan penerimaan masyarakat.

Kesimpulan

      Melalui pembahasan ini, menjelaskan bahwa meskipun robot bedah Da Vinci menawarkan banyak manfaat, tantangan dan risiko yang terkait harus ditangani dengan serius. Pendekatan yang hati-hati dan beretika dalam penggunaan teknologi medis adalah kunci untuk memastikan keselamatan pasien dan keberhasilan prosedur bedah di masa depan. Serta memastikan bahwa teknologi ini dapat memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Dialog yang berkelanjutan antara semua pemangku kepentingan sangat penting untuk menciptakan pedoman etika yang kuat dan responsif terhadap perubahan yang terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun