Oleh         : Suci Ayi Lutfiyana  (231420061)
Dosen pengampu: Dr.H.Syaeful Bahri S.Ag, MM, CHCM
ABSTRAK
Kepemimpinan Islam di dunia menandai perkembangan Agama Islam yang signifikan. Salah satunya adalah berdirinya Dinasti Abbasiyah sebagai salah satu dinasti paling berkuasa kala itu. Abbasiyah memiliki sejarah yang panjang dengan proses pendirian, pola pemerintahan, ekspansi wilayah, dan peradaban yang berbeda dengan dinasti sebelumnya. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perkembangan Dinasti Abbasiyah sejak pendiriannya pada 750 M hingga runtuh pada 1258 M. Dengan berbasis metode kualitatif dan library research, kajian ini menemukan bahwa, Dinasti Abbasiyah resmi berdiri pada 750 M dengan Abu Abbas al-Shafah sebagai khilafah pertama. Dinasti ini memiliki sistem pemerintahan berbasis kekeluargaan dan persaudaraan dengan fokus utama pada perkembangan pengetahuan dan peradaban. Ekspansi wilayah tidak begitu diprioritaskan, namun peradaban Abbasiyah mengalami masa kejayaan, terutama paa bidang pengetahuan dan budaya.
PENDAHULUAN
Perkembangan Agama Islam tidak dapat dilepaskan dari sejarah kepemimpinan umat muslim di dunia. Sistem kepemimpinan berbasis Islam telah melalui sejarah yang amat panjang sejak Nabi Muhammad SAW meletakkan dasar kepemimpinan untuk pertama kalinya di Madinah. Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai kekuasaan pun muncul hingga berakhir pada runtuhnya Dinasti Ottoman di Turki. Kepemimpinan Islam telah bersinar di dunia untuk waktu yang sangat panjang, bahkan diprediksi memiliki sejarah lebih dari 1.000 tahun. Salah satu masa keemasan dan peristiwa penting dalam sejarah kepemimpinan Islam adalah bangkitnya Daulah Abbasiyah atau Dinasti Abbasiyah pada tahun 750 M hingga 1258 M. Sejarah turut mencatat bahwa, dinasti satu ini memiliki lika-liku perkembangan yang rumit dan panjang. Selain itu, Dinasti Abbasiyah juga dianggap telah memberikan beragam kontribusi dalam membangun peradaban muslim yang lebih baik (Pribadi dkk., 2023).
Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai setelah Dinasti Umayyah runtuh (Intan, 2016). Pada masa Abbasiyah, sistem pemerintahannya dinamika yang berbeda dengan dinasti-dinasti yang telah ada sebelumnya. Selain itu, Dinasti Abbasiyah juga memiliki pandangan yang tidak sejalan dengan dinasti sebelumnya, yakni Umayyah dalam hal ekspansi wilayah kekuasaan. Meski begitu, peradaban Islam pada masa berjayanya Dinasti Abbasiyah dianggap sebagai salah satu era keemasan bagi perkembangan Islam, pengetahuan, dan teknologi. Perbedaan dinamika kehidupan sosial pada Dinasti Abbasiyah sangat menarik untuk dikaji dan diteliti. Maka dari itu, artikel ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut terkait dinamika kehidupan peradaban Islam pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, meliputi sejarah pendirian dinasti ini, pola pemerintahan yang digunakan, ekspansi wilayah, dan peradabannya.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini akan berjenis riset kepustakaan atau library research dengan mengumpulkan informasi sebagai dasar analisis dari artikel jurnal dan sumber ilmiah lainnya. Menurut Kaelan dalam Ifendi (2020), riset kepustakaan memiliki karakteristik untuk menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif dan historis. Karakter inilah yang mendorong peneliti untuk menggunakan pendekatan tersebut pada kajian ini yang kental akan unsur historis.
PEMBAHASAN
1. Sejarah Pendirian Dinasti Abbasiyah
Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah telah terjadi sejak tahun 747 M meskipun kala itu Dinasti Umayyah masih berkuasa dan perlahan-lahan mengalami kemunduran. Kala itu, rumor terkait berdirinya Dinasti Abbasiyah telah mulai tersebar di tengah masyarakat, khususnya di daerah perkampung muslim. Dinasti Abbasiyah semakin memiliki pondasi kebangkitan yang kuat seiring dengan terkumpulkan pasukan tempur Abu Muslim guna melengserkan kekuatan Marwan yakni khalifah ke-8 Dinasti Umayyah. Meski Marwan akhirnya dilengserkan, Dinasti Abbasiyah tidak serta-merta langsung bangkit. Setelah wafatnya Hisyam sebagai pimpinan baru Dinasti Umayyah, barulah Abu Muslim mendapatkan dukungan dari sebagian masyarakat. Selain Abu Muslim, tokoh lainnya yakni Abu Abbas al-Shafah juga berperan penting dalam pendirian Dinasti Abbasiyah. Abu Abbas kemudian dilantik menjadi khalifah pertama Abbasiyah pada tahun 750 M yang sekaligus menandakan bermulanya kekuasaan Dinasti Abbasiyah (Intan, 2018).
Berkuasa sejak 750 M hingga akhirnya runtuh pada 1258 M, Dinasti Abbasiyah memiliki sejarah yang dekat dengan pengaruh bangsa Persia. Hal ini dapat terlihat dari melunaknya kehidupan masyarakat yang dulunya primitif. Perubahan gaya hidup primitif menjadi lebih modern ini mendukung perkembangan positif lainnya untuk terjadi pada masa berkuasanya Dinasti Abbasiyah (Daulay dkk., 2020). Maka dari itu, tidak heran jika dinasti ini disebut sebagai masa keemasan dalam peradaban dan kepemimpinan Islam.
2. Pola atau Sistem Pemerintahan
Pada Dinasti Abbasiyah, masyarakat mengalami perkembangan signifikan ditandai dengan berubahnya gaya hidup. Hal ini turut berpengaruh terhadap pola pemerintahan Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah tetap menempatkan Islam sebagai agama resmi negara, bahasa Arab sebagai bahasa resmi yang diakui dan digunakan dalam lingkup negara serta pemerintahan. Perbedaan lainnya yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah adalah setiap warga negara berhak berkuasa di pemerintahan atau menduduki posisi penting di negara. Sistem seperti inilah yang membuat Abbasiyah disebut sebagai dinasti yang lebih demokratis dan menjunjung tinggi persaudaraan antar umat muslim (Daulay dkk., 2020). Pada masa kejayaannya, sistem pemerintahan Abbasiyah yang lebih demokratis juga menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lainnya. Meski begitu, para pimpinan tetap harus berasal dari keturunan Arab asli dengan Kota Baghdad sebagai ibu kota negara (Ifendi, 2020).
Sistem pemerintahan Abbasiyah juga kerap mengalami kemajuan serta kemunduran. Salah satu bentuk kemunduran yang pernah terjadi adalah pada tahun 847 M. Kala itu, sistem pemerintahan melemah karena kekuasaan politik negara yang menurun. Selain itu, manajemen dalam negeri serta kondisi finansial yang buruk turut memperparah kondisi. Guna menyikapi hal ini, maka dilakukan sistem desentrasi kekuasaan (Pribadi dkk., 2023).
3. Ekspansi Wilayah
Apabila dibandingkan dengan dinasti-dinasti sebelumnya, maka Dinasti Abbasiyah tidak memiliki ambisi tinggi untuk melakukan perluasan wilayah. Menurut Syahraeni (2016), Abbasiyah lebih fokus pada peningkatan peradaban dibanding melakukan ekspansi serta kegiatan politik lainnya. Akibatnya, wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah akhirnya memisahkan diri dan berdiri sendiri. Aspek kebudayaan dan pembinaan peradaban menjadi fokus utama Dinasti Abbasiyah, bukan ekspansi wilayah.
4. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Peradaban Islam pada Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan signifikan hingga membuat dinasti ini disebut sebagai masa keemasan peradaban Islam. Masa kejayaan bagi peradaban Islam ditandai dengan adanya kemajuan intelektual, perkembangan filsafat yang signifikan, sains dan fiqih yang berkembang pesat, hingga kemegahan bangunan dan arsitektur kala itu. Peradaban Islam Abbasiyah mengalami perkembangan masif terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan berkembang pesatnya pemikiran filsafat yang dipengaruhi oleh bangsa Eropa. Tidak hanya filsafat saja, bidang ilmu lainnya seperti sains, musik, kesenian, hingga agama seperti Fiqih juga berkembang pesat. Dinasti Abbasiyah juga berhasil membangun bangunan dengan arsitektur megah dan menjadi pertanda kejayaan Abbasiyah kala itu. Kemajuan peradaban Islam pada masa Abbasiyah diklaim dapat terjadi karena beberapa faktor pendorong, seperti pemimpin yang cerdas dan kuat, pemersatuan kekuasaan Islam, keberhasilan politik, hingga dimulainya eksplorasi ilmiah (Daulay dkk., 2020).
Peradaban Islam Abbasiyah tentu juga tidak lepas dari kemunduran hingga akhirnya runtuh pada 1258 M. Pada akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah, pemerintahan dikendalikan oleh pimpinan yang lemah dan tidak berdaya. Sehingga, sistem pemerintahan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berdampak terhadap kemunduran ekonomi, terhambatnya perkembangan dunia ilmu pengetahuan, hingga konflik-konflik agama yang terjadi (Fathiha, 2021). Perebutan kekuasaan juga berkontribusi dalam keruntuhan peradaban Abbasiyah (Daulay dkk., 2020). Faktor-faktor inilah yang menyebabkan runtuhnya salah satu dinasti paling berkuasa dalam sejarah kepemimpinan Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H