Cermin yang Tertutup Debu
Â
Di hadapan cermin, kutatap diri
Mendekat dengan langkah perlahan
Mengamati diri yang tak lagi berkilauan
Tampak wajah kusam, jiwa terluka
Menemukan bayangan diri sejati
Yang ada kebenaran menatap hampa
Aku bertanya padanya, siapakah aku?
Apa yang kuperbuat benar dan layak berlaku?
Refleksinya pudar, buram tak bercahaya
Seperti hati yang lupa pada jiwanya
Jiwa yang enggan terbuka lebar
Debu-debu bukan milik orang lain
Bukan pula datang sendiri
Lalu, siapa yang menerbangkannya?
Apakah angin atau aku sendiri yang mengantarkannya?
Debu itu tumbuh dari ego tersembunyi
Dari bisikan sombong yang kupeluk erat
Dari kesalahan kecil yang tak kuakui
Hingga kesalahan yang tak pernah aku ingat
Lalu mengendam, menyelimuti hati
Cermin itu berbisik dalam keheningan
"Bagaimana kau menilai orang lain?"
Sementara diri tak pernah diukir kembali
Lalu mengapa sibuk menemukan cela di luar?
Padahal di hati ada noda yang belum disingkirkan
Aku sadar oleh bisikannya
Bahwa cermin ini bukan hanya sekadar benda
Ia meminta untuk jujur pada hati
Tuk bersihkan bukan hanya mengusap permukaan
Bukan untuk orang lain tapi untuk keseimbangan
Kini kupaham, koreksi dimulai dari diri
Dimulai dari hati yang berani mengakui
Sebelum menyaksikan dan menghakimi dunia
Adalah langkah awal dari hidup penuh cahaya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI