Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenali Gaya Marah Guru yang Mengancam Mental Murid

3 Desember 2024   21:58 Diperbarui: 3 Desember 2024   22:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenali Gaya Marah Guru yang Mengancam Mental Murid

       Guru memiliki peran yang signifikan di sekolah tak hanya sebagai pengajar tapi pembimbing dan pendidik. Namun, dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pembelajaran terkadang tanpa disadari guru tersulut emosi oleh perilaku murid yang tak mengenakan hati ditambah lagi suasana hati yang kurang baik. Hal ini dapat mempengaruhi suasana dalam proses pembelajaran. Suasana pembelajaran akhirnya kurang nyaman karena rasa emosi yang ditimbulkan dari rasa marah. Apalagi rasa marahnya belum dapat dikelola dengan baik maka gaya marah guru dapat berdampak kurang baik terhadap mental murid. 

          Sebagai seorang manusia biasa, guru juga tak lepas dari rasa marah. Namun, sebagai figur atau panutan memang rasa marah yang bagaimana yang tak mengancam kesehatan murid? Marahnya guru sebaiknya didasari rasa sayang dari niat untuk membimbing dan motivasi murid agar murid menjadi pribadi lebih baik bukan frustasi pribadi yang sesaat. Tak hanya itu, rasa marah bisa menjadi metode profesional. Maksudnya bagian dari strategi mendidik yang terukur dan sesuai sehingga dapat mengekspresiakn emosinya secara terkontrol dan seimbang tanpa melakukan penghinaan atau hukuman yang merugikan murid.

          Selain itu, marahnya guru masih dalam koridor yang sesuai dan aman bagi kesehatan psikis murid. Kemarahan guru mesti disampaikan dalam lingkungan yang mendukung dan kondusif tanpa melukai hati murid sehingga pilihan kata, nada, suara, dan ekspresi wajah tetap mencerminkan rasa penghormatan kepada murid sebagai individu yang masih dalam proses belajar sehingga mengubah kemarahannya menjadi momen belajar. Maksudnya setelah marah guru dapat mendiskusikan situasi murid, menanyakan perasaan yang dirasakan, dan memberikan nasihat bagaimana cara memperbaiki kualitas diri sehingga dapat menunjukkan empati untuk menjaga hubungan positif.

Gaya Marah Guru yang Patut Diwaspadai?

          Sebagai manusia yang terus belajar, guru juga memiliki kelemahan dari tuntutan kebaikan diri yang terus melekat pada kepribadiannya. Namun, kontrol emosinya seiring perjalanan pengalamannya membuatnya banyak merefleksi diri apalagi guru sangat konsisten meminta umpan balik murid tak hanya profesional dan pedagogik tapi juga kepribadian yang dimiliki. Sehingga guru paham dan belajar dari kesalahannya untuk tidak mengekpresikan rasa marah yang berdampak pada psikis murid sehingga murid merasa kehilangan rasa percaya diri, terintimidasi, dan bahkan meninggalkan rasa trauma yang sulit dilupakan.

          Untuk itu, penting bagi guru untuk mengenali gaya bentuk marah yang berdampak pada kesehatan mental murid yakni

Marah dengan membanding-bandingkan

Saat guru marah tanpa disadari mengeluarkan perbandingan antara murid kelas yang diajar dengan kelas lainnya. Padahal sejatinya sebagai manusia tidak menyukai bila dibandingkan dengan orang lain dan menyadari bahwa manusia mempunyai keunikan sendiri. Untuk itu, sekesal apa pun sebaiknya kita tak perlu menggunakan lisan kita membandingkan murid dengan murid lainnya karena ini menyakitkan dan dapat menimbulkan kebencian.

          Kita bisa melakukan refleksi diri saat kita dibandingkan oleh pimpinan di sekolah dengan rekan kita yang jauh lebih disiplin. Bagaimana perasaan kita? Begitu pula rasa yang dialami oleh murid yang sedang kita perlakukan. Untuk itu, bandingkan murid dengan dirinya sendiri agar sebagai bahan evaluasi dan kesadaran untuk berubah menjadi pribadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun