Kenali 5 kebutuhan dasar manusia (kebutuhan akan kesenangan, kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk diterima, dan kebutuhan akan pengakuan) agar kita mengenali tipe murid yang kita ajar itu seperti apa? Sehingga penyelesaian akan mudah seperti permasalahan yang dihadapi.
Pada ulasan sebelumnya saya telah memaparkan tentang pentingnya guru membekali wawasan bimbingan konseling yang berupa pendekatan yang tepat baik melalui komunikasi efektif, segitiga restitusi, coaching, dan berbagai bentuk pendekatan yang berpihak murid. Hal itu didapatkan tentu dari belajar meluangkan waktu di tengah waktu yang kita miliki. Dari kegagalan kita tak perlu larut dalam kondisi tapi itu justru semangat baru untuk terus kita asah dan memperbaiki diri.
Langkah pertama sebelum kita mengajar, alangkah baik kita sebagai guru membuat kesepakatan belajar selama 6 bulan ke depan. Apa yang murid inginkan dari pembelajaran dari gurunya begitu pula keinginan dari gurunya. Semua dicatat dan dilaksanakan.Â
Hal yang penting saya sampaikan adalah kesepakatan itu berlaku apabila guru memberikan keteladanan dan tidak menuntut murid yang harus patuh pada kesepakatan. Hal ini menandakan saya sebagai guru menjadi sumber teladan dan inspirasi untuk menjaga wibawa sebagai guru, tidak hanya narasi saja tapi contoh itu yang penting.
Dari kesepakatan itu, saya sampaikan dengan nada tegas tanpa kata yang kasar. Jika kurang sesuai silakan disampaikan baik langsung atau tertulis sehingga murid enjoi melaksanakan.Â
Jika merasa tak nyaman untuk belajar silakan disampaikan sehingga saya terkadang tidak melanjutkan pembelajaran dan mengikuti ajakan murid sekelas mendengarkan keluhan dari berbagai sudut pandang. Di sinilah peran ilmu psikolog yang saya pelajari mampu memberikan solusi di setiap masalah dan menjadi pendengar yang baik.
Ketegasan dalam mendidik itu perlu. Tapi kita perlu perhatikan nada keras atau kasar. Apalagi kita telah mengidentifikasi karakter pada setiap anak. Sebab, karakter setiap anak beda sehingga bentuk perlakuan pun berbeda pula. Ada yang memiliki mental kuat, ada yang pemalu, ada yang mudah marah, tersinggung, dan sebagainya.Â
Bentuk pilihan kata itulah yang perlu kita pelajari jangan sampai merendahkan atau melukai hati murid. Jika kita diperlakukan kasar mungkin kita juga sakit hati. Tapi bagaimana kita melihat konteksnya dan tahapan dalam pembinaan mulai dari awal hingga ke atas.
Melalui pendekatan yang baik dan bijak kita belajar membantu murid untuk memahami kesalahan dan menyadari bahwa murid juga manusia tidak sempurna dan perlu proses belajar untuk menanamkan kepercayaan diri bahwa murid perlu diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.Â
Berikut ada beberapa cara yang barangkali membantu kita semua untuk menegur murid dengan tegas tanpa kasar dengan mengedepankan kesopanan.
Menjaga intonasi suara yang tegas tapi tak kasar