Mengapa Perempuan Perlu Tetap Produktif dan Mandiri Setelah Menikah?
    Setiap perempuan yang ingin menikah tentu mendambakan memiliki pasangan yang bisa mengantarkan kebahagiaan tak hanya di dunia juga di akhirat. Namun terkadang kebahagiaan yang didambakan tak sesuai dengan realita yang ada. Apalagi roda kehidupan teruslah berjalan dan masih menjadi teka-teki. Sehingga kemungkinan banyak hal yang terjadi seperti musibah, menikah kembali, berubah pandangan, dan lainnya.
     Berbagai persoalan itu menarik untuk dijadikan refleksi bagi perempuan dalam mengembangkan diri baik melalui pendidikan, karier, maupun usaha secara mandiri. Asal kewajiban sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga tetap dinomorsatukan serta memperoleh izin tentunya dari pasangan agar keseimbangan dalam hidup sejalan dan seirama.
     Kita ketahui bersama bahwa peluang PHK ada di mana-mana? Kebutuhan ekonomi selalu fuktuatif tak menentu ditambah lagi kebutuhan keluarga jika telah memiliki anak yang telah mengenyam pendidikan tentu mengalami kenaikan. Sementara gaji yang diberikan oleh pasangan tak mampu memenuhi kebutuhan hidup. Di sinilah terkadang dari awal peran perempuan tertanam dalam mindsetnya sebagai pembantu penopang ekonomi keluarga agar kehadiran perempuan memiliki kemandirian finansial yang berkontribuisi dalam membantu ekonomi keluarga sehingga kemandirian dan produktivitasnya perempuan membawa dampak bagi dirinya sendiri dan keluarga.
     Berikut ini ada beberapa alasan mengapa perempuan tetap produktif dan mandiri setelah menikah?
Â
Lebih memaksimalkan pendidikannya
  Bagi sebagian perempuan termasuk saya pribadi untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi memerlukan perjuangan yang tak mudah. Kuliah sambil bekerja merupakan tantangan sendiri. Hingga ijazah dari kuliah didapatkan dengan penuh perjuangan. Sehingga sebelum memutuskan berumah tangga saya bisa menyampaikan kepada pasangan bahwa ada harapan orang tua dan pribadi untuk memaksimalkan hasil pendidikannya dengan baik
  Selain itu, jika memiliki kemandirian finansial bagi perempuan tak perlu mendapat izin untuk membahagiakan orang tua dari penghasilan yang didapatnya sehingga keluarga memperoleh manfaatnya. Di sinilah bakti seorang anak yang membuat orang tua bangga. Memang orang tua tak mengharap anak balas budi tapi kita sebagai anak tentu ada niat yang mulia untuk memberikan senyuman di masa senjanya. Apalagi jika beban itu dibebankan pada pasangan tentu sangat memberatkan ekonomi keluarga tapi jika penghasilannya melebihi dan mengizinkan tak masalah.
Â
Mengurangi stres diakibatkan oleh kesulitan ekonomi
  Sebagai perempuan mendambakan hidup berkecukupan setelah menikah. Tapi terkadang fakta berbicara lain. Penghasilan yang diperoleh oleh pasangan tak semua diberikan kepada istrinya apalagi gaya hidup pasangan telah berubah setelah memperoleh jabatan sehingga melirik wanita lain yang lebih menarik. Di sinilah kesulitan ekonomi keluarga mulai tumbuh dan pihak perempuan yang menanti kewajiban bulanan akan semakin tersisi.
   Belum lagi tabiat perhitungan dari pasangan yang membuat mengelus dada. Janji suci pernikahan hanya sekadar narasi belakang layaknya kampanye yang ingin mengumpulkan suara belaka. Sifat perhitungannya yang membuat istri tak mampu berbuat apa-apa sementara kesulitan ekonomi terus membuat stres dan mau tak mau keterampilan hidupnya juga diandalkan untuk mengatasi persoalannya ini.
  Tak hanya itu, bagi pasangan lelaki yang telah berusaha maksimal dan mendapatkan penghasilan belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Hal tersebut membuat pikiran tergantung bagaimana memanajemen keuangan dengan apik. Meskipun telah dilakukan secara maksimal tapi tetap saja masih kurang. Peran istri sebagai pasangan tentu sangat diandalkan atas persetujuan suami tentunya agar kesulitan yang membuat stres dapat diminimalisasikan.
Â
Mengurangi ketergantungan finansial dengan pasangan
    Seperti yang dijelaskan sebelumnya, roda kehidupan tidak ada yang tahu. Kesetiaan yang telah disampaikan ternyata dihianati oleh pasangan. Hal ini akan berdampak pada finansial yang didapatkan oleh istri. Lalu apa yang terjadi? Pihak suami tentu tak seperti dulu, yang ada hanya air mata yang menjadi saksi bisu apalagi kita sebagai istri sudah biasa bergantung dan tak ada keterampilan yang dikuasai. Hal ini mengakibatkan tingkat stres yang membuat hidup semakin berat.
   Belum lagi ada musibah yang tak diinginkan seperti suami meninggal atau jatuh sakit yang berdampak pada finansial keluarga. Ketergantungan finansial secara penuh pada suami terkadang membuat kita sebagai perempuan berada pada posisi  rentan. Jika peristiwa tersebut di atas terjadi pada pasangan kita maka sebagai perempuan belajar mandiri secara finansial dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup guna menjaga kesehatan mentalnya. Dengan memiliki penghasilan dan kemampuan yang ada setidaknya perempuan mempunyai kepercayaan diri lebih besar dalam menghadapi kesulitan yang terjadi yang terkadang kita takt ahu kapan datangnya.
Â
Menunjukkan bahwa perempuan setelah menikah tidak menghalangi tetap produktif dan mandiri
   Kemandirian merupakan hak setiap orang, salah satunya bagi perempuan setelah menikah. Kebebasan dalam berkarier memberikan kontribusi secara produktif meruapakan bagian dari pemenuhan hak perempuan untuk tetap mempunyai kontrol atas kehidupannya. Hal ini tentu berdampak bagi perempuan yang dapat mengelola kehidupannya secara mandiri tanpa mengabaikan kewajiban utamannya.
  Selain itu, pernikahan yang dilakukan bukanlah akhir dari perjalanan mandirinya. Justru pernikahan merupakan sarana untuk saling memberikan dukungan dan motivasi mengejar impian yang sejak lama diraihnya. Saat perempuan memilih tetap produktif dan mandiri setelah menikah, itu berarti para perempuan ingin membuktikan bahwa perempuan setelah menikah dapat berkembang.
Â
Menjadi teladan bagi anak
Jika ibu mereka memberikan teladan tentang semangat hidup dan kemandiran dalam kerja keras tentu akan memberikan stimulus motivasi bagi anak dalam menghargai waktu untuk kerja keras dan mandiri dalam kehidupannya. Peran ganda dari ibu mereka sebagai individu yang mampu membagi waktu keluarga merupakan sesuatu yang membanggakan.
     Â
Itulah beberapa alasan, meskipun banyak alasan lainnya yang perlu kita gali. Intinya menjadi mandiri dan produktif diawali sebelum menikah agar kita sebagai perempuan sudah terbiasa setelah menikah sehingga kita memperoleh keseimbangan, kebahagiaan emosional, dan pengembangan diri. Sebab, kemandirian bagi perempuan mempunyai manfaat besar dimulai dari stabilitas ekonomi hingga pendidikan positif bagi anak. Memilh tetap produktif setelah menikah memiliki peran aktif membangun keluarga yang berdaya, sejahtera, dan harmonis sehingga menjadikan pernikahan sebagai perjalanan hidup yang saling mendukung penuh makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H