Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Harapan Tak Terpenuhi, Belajar Memahami Keterbatasan Manusia

19 September 2024   21:49 Diperbarui: 19 September 2024   21:50 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ketika Harapan Tak Terpenuhi, Belajar Memahami Keterbatasan Manusia

          Dalam hidup terkadang kita menginginkan orang yang selama ini kita ada dalam segala keadaan mampu hadir pada saat yang sama. Namun ternyata, harapan itu pupus dan seolah sirna. Apa yang kita korbankan saat ini tidak ada membekas dan justru menoreh luka yang dalam yang tak mampu ditepiskan begitu saja. Terkadang kita menginginkan suatu dukungan di saat kondisi kita yang kurang bersahabat seperti bentuk dukungan emosional, pertolongan fisik atau bahkan teman akan mengerti apa yang sedang kita rasakan tanpa kita yang menjelaskan secara detail.

          Namun, kita akui terkadang apa yang kita inginkan pada manusia untuk mendukung kita dalam situasi yang tak menentu ternyata seringkali tak seindah sesuai ekspektasi. Manusia dengan segala komplesitasnya mempunyai keterbatasan yang kadang tak selalu sejalan dengan harapan kita. Manusia sebaik apa pun niatnya juga memiliki keterbatasan baik fisik, emosional, dan mental. Terkadang tanpa kita pungkiri, orang lain belum bisa mencurahkan waktu, perhatian, atau dukungan yang kita harapkan.

          Nah, saat kita sangat berharap pada orang yang kita anggap mampu untuk dipercaya tanpa kita terlebih dahulu mempertimbangkan bahwa orang lain juga memiliki keterbatasan yang dimiliki maka secara tak langsung kita sudah membuka pintu kekecewaan di hati. Misalnya di saat dia susah, kita selalu memberikan dukungan baik waktu untuk mendengarkan keluh kesah, membantu meringankan beban hidupnya, dan sebagainya. 

Namun ternyata situasi itu menimpa diri kita sendiri. Ternyata dia tak ada untuk kita. Dari sinilah kita mengerti bahwa teman kita mempunyai kehidupan sendiri yang tak bisa selalu ada untuk kita butuhkan. Keterbatasan inilah menyadarkan pada kita sebagai bagian dari kodrat manusia yang perlu dipahami.

          Dari luka kita belajar untuk menyembuhkan agar tidak mudah terbuka kembali. Kita tahu rasanya terjatuh dan berharap lebih pada orang lain yang menimbukan kekecewaan. Namun apa yang kita harapkan tidak sesuai ekpektasi sehingga kita bisa menemukan cara bagaimana menyikapi sebuah harapan yang tak terpenuhi. Sehingga dari pengalaman hidup merupakan suatu pelajaran berharga untuk kita belajar berkembang sebagai pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi setiap persoalan hidup. Lalu apa yang  perlu kita sikapi jika sesuatu harapan tidak sesuai ekpektasi?

Melepaskan ekspektasi berlebihan pada manusia

Suatu langkah yang bijaksana saat kita terjatuh pada suatu harapan semu yakni kita bisa bijak dengan keputusan yang kita ambil yakni melepaskan ekspektasi berlebihan pada manusia. Kita harus mengakui bahwa manusia tidak ada yang sempurna sehingga secara perlahan menyembuhkan luka akibat kekecewaan di jiwa. 

Hal ini akan membantu kita menerima sebuah kenyataan bahwa melepaskan ekspektasi tidak membuat kita tidak peduli atau menyerah pada hubungan yang telah kita bina. Justru kita sedang memberi ruang untuk orang lain untuk jadi diri mereka sendiri tanpa harus memenihi standar sesuai harapan yang kita inginkan. 

Saat kita berusaha melepaskan ekspektasi yang kurang realiastis maka kedamaian yang kita rasakan. Kita bisa berkonsentrasi pada hal-hal yang bisa kita capai tanpa harus kecewa sebab harapan kita pada orang lain belum bisa dipenuhi.

Berharap pada diri sendiri

Saat kekecewaan menghampiri, di saat itulah kita belajar mengalihkan sebuah harapan yang kita letakkan di pundak orang lain menuju ke kita sendiri. Hal ini tak berarti kita menjadi egois dan seolah menutup diri pada orang lain tapi kita bisa belajar lebih mandiri secara emosional. Tak hanya itu, kita bisa belajar mengembangkan kekuatan dan kapasitas diri untuk mengurangi ketergantungan pada orang lain. Dengan begitu, kita bisa belajar bahwa kebahagiaan itu kita yang ciptakan dari hal kecil sekalipun tanpa harus datang dari orang lain.

Melepaskan dan memaafkan

Saat harapan tak sesuai keinginan, maka cara yang baik adalah memaafkan. Hal ini sebuah cara yang bijak untuk melepaskan perasaan yang membelenggu di jiwa. Memaafkan bukan berarti kita melupakan segala kenangan buruk yang ada di hati tapi bagaimana upaya kita melepaskan segaala beban yang ada di benak yang menganggu fokus kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memanafkan kita memberikan ruang pada diri sendiri untuk membebaskan dari rasa sakit dan menuntun kita bangkit secara perlahan untuk maju dari keterpurukan.

Berharaplah kepada Tuhan

Kita sadari bahwa menaruh harapan pada manusia mempunyai keterbatasan. Manusia bisa mengecewakan kita saat situasi berubah di luar kendali sehingga seringkali harapan tidak terpenuhi. Untuk itu, tempat yang paling tepat tidak pernah mengecewakan dan mengerti harapan kita adalah Tuhan. 

Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Kadang kita berprsangka kurang baik mengenai doa kita yang belum dikabulkan tapi bukan karena Tuhan ingin mengecewakan. Namun Tuhan tahu keseluruhan gambar yang tidak kita ketahui. 

Tuhan mengetahu segala sesuatu yang terbaik untuk kita di waktu yang tepat. Untuk itu, berharap kepada Sang Pemberi Kehidupan merupakan sumber harapan tak terbatas dan juga menghadirkan kedamaian di hati. Kita menyakini bahwa Tuhan tidak akan pernah mengecewakan dan bahkan ada kejutan indah di waktu yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun