Menerima Keadaan dengan Lapang Dada suatu Langkah Pertama Menuju Kebahagiaan Sejati
Dalam hidup tidak semua keinginan bisa sesuai harapan. Terkadang kita mesti belajar menelan pahit kehidupan untuk bangkit dari keterpurukan sehingga terkadang mengguncang kestabilan emosional dan menguras air mata. Namun dari jatuh itu, kita berusaha bangkit untuk mengembalikan semangat yang tinggal seberapa dan menguatkan tekad yang hampir punah dengan mengatasi segala onak duri yang menghadang baik itu berat, sedang, atau kecil sekalipun.
Jika kita di posisi sedang terpuruk, bukan berarti Tuhan tak sayang kita. Justru dengan seberat cobaan itu. Percayalah akan ada hadiah indah yang akan disiapkan tanpa kita duga. Begitu halnya dengan kebahagiaan, itu juga suatu ujian apakah kita masih ingat Tuhan dengan berbagai ujian hidup yang melekat pada kita. Semua punya porsi masing-masing. Semua memiliki jawaban atas teka-teki kehidupan yang perlu kita cari makna tersiratnya.
Jika kita pelajari ada hikmah kehidupan yang kita dapatkan. Bahwa menerima dengan lapang datang suatu keadaan bukan berarti bentuk kepasrahan diri tanpa suatu usaha nyata di diri kita. Namun hal ini sebuah pengakuan dan penerimaan atas kenyataan yang ada dengan sikap terbuka dan tanpa perlawanan. Hal ini tentu melibatkan kemampuan mengamati situasi dengan pikiran jernih dalam mengatasi segala perasaan negatif yang terkadang muncul dan tetap konsentrasi mengenai apa yang bisa dikendalikan.
Memikirkan omongan yang selalu menyudutkan kita akan membuat hidup semakin tak menentu. Mau kita baik atau buruk sekalipun tak lepas dari omongan orang lain. Tapi yakinkan pada diri kita bahwa kita hidup tak merugikan dan selalu berusaha bermanfaat bagi orang lain. Sayang bukan, bila pikiran dan perasaan yang berharga memikirkan segala sesuatu yang kurang bermanfaat. Hidup hanya sekali maka berikan warna yang indah agar dikenang dengan ukiran yang penuh makna.
Begitu halnya dengan kehidupan, segala ikhtiar telah kita lakukan namun semua sia-sia manakala orang lain kurang menghargai perjuangan yang dilakukan. Selain itu, dengan semua kasih sayang dengan segenap hati diberikan kepada seseorang. Tapi apa daya kekecewaan yang didapatkan. Itulah semua harapan bila diinginkan pada manusia, maka banyak kecewa yang kita dapatkan tapi perlu dikembalikan kembali niat awal agar luka yang ditorehkan tidak sedalam saat kita menyembuhkan untuk bangkit kembali.
Banyak hal yang menjadi pelajaran dan berjalan tak sesuai dengan rencana awal, segala tantangan, ketidakpastian, dan kegagalan merupakan bagian yang tak dapat kita hindari dalam perjalanan hidup ini. Saat kita menghadapi situasi ini yang tidak sesuai ekspektasi kita, maka respon kita bisa berpengaruh pada kesejahteraan mental dan emosional secara signifikan.Â
Untuk itu, salah satu cara yang dapat menjadi obat lebih baik adalah menerima segala sesuatu dengan lapang dada. Menerima dengan lapang dada bukan berarti kita menyerah pada keadaan atau kehilangan semangat tapi bagaimana kita mengadopsi sikap terbuka dan penuh penerimaan mengenai suatu hal yang tidak bisa diubah.Â
Dengan menerima segala kenyataan yang terjadi, dengan apa adanya, tanpa berlarut-larut dalam situasi penyesalan, kekecewaan, terpuruk dalam berkepanjangan. Maka kita telah memberikan ruang untuk diri pribadi menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih dalam.
 Apakah dengan penerimaan merupakan langkah meraih kebahagiaan? Bukankah bahagia itu sederhana dan bukankah diri kita yang bisa menciptakan kebahagiaan? Dengan penerimaan secara lapang dada setidaknya menghindari tingkat stres dan kecemasan secara berlebihan. Ketika kita mengalah pada keadaan yang tidak bisa kita ubah, maka tingkat cemas dan stres dapat diminimalisasi. Dengan penerimaan setidaknya memungkinkan kita lebih konstrasi pada hal-hal yang bisa diraih sehingga hidup lebih damai.